URstyle

Kemenkes Tanggapi Flu Babi Jenis Baru yang Berpotensi Jadi Pandemi

Eronika Dwi, Kamis, 2 Juli 2020 11.13 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kemenkes Tanggapi Flu Babi Jenis Baru yang Berpotensi Jadi Pandemi
Image: Ilustrasi babi. (Pixabay)

Jakarta - Para peneliti dari China Agricultural University (CAU) menemukan flu babi jenis baru yang bisa meluas hingga menyebabkan pandemi.

Dilansir AFP, Selasa (2/1/2020), virus tersebut secara genetik adalah turunan dari strain H1N1, sebuah virus yang menyebabkan pandemi pada 2009 silam.

Virus yang diungkap oleh sebuah penelitian yang diterbitkan PNAS jurnal sains di Amerika Serikat (AS) pada, Senin (29/6/2020) kemarin, diberi nama G4 EA H1N1, yang disingkat G4.

Berdasarkan laporan ilmuwan China tentang galur baru virus influenza G4, virus ini dikabarkan berpotensi menular dari hewan ke manusia (zoonosis).

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mewaspadai kemungkinan serangan flu babi pada manusia dengan terus melakukan surveilans. Hal itu sebagai upaya untuk mendeteksi setiap kemungkinan yang terjadi.

"Surveilans kita masih jalan untuk memantau kemungkinan mengenai hal itu. Untuk mendeteksi kemungkinan kasus pada orang atau petugas, pekerja yang bekerja di peternakan (peternakan babi). Itu sebenarnya ranahnya Kementerian Pertanian (Kementan)," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, yang dilansir dari Antara, Kamis (2/7/2020).

Selain itu, Kemenkes memiliki tugas dan fungsi dalam menginformasikan kemungkinan penemuan kasus orang yang sakit flu pada satu populasi tertentu, misalnya pada pekerja di peternakan babi.

"Kemudian oleh Puskesmas bersama Dinas Peternakan sama-sama melakukan kajian epidemiologi kalau di suatu daerah mungkin ada," katanya.

Namun, menurut Siti Nadia Tarmizi, hingga kini Kementan maupun Kemenkes belum menemukan adanya potensi serangan virus G4 tersebut, baik pada hewan ataupun potensi penularannya dari hewan ke manusia.

Lebih lanjut, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, virus tersebut pada dasarnya merupakan self limiting desease atau penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya.

Menurut Siti Nadia Tarmizi juga, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun sudah menyatakan bahwa flu babi adalah flu biasa, karena vaksinnya pada hewan juga sudah ada.

"Sebenarnya (untuk pencegahan) standarnya sama, cuci tangan, melakukan praktik-praktik untuk pencegahan dan sebagainya," kata dia.

Siti Nadia Tarmizi pun menegaskan bahwa sekarang kunci dalam menghadapi flu babi tersebut adalah surveilans. Selama surveilans jalan, kita tidak terlalu jad masalah. 

"Karena sampai saat ini belum ada kasus. Artinya, kita melihat kasus pada manusianya belum ada laporan. Tapi kasus pada hewannya juga kita tidak mendapat laporan dari Kementan," kata Nadia.

Sebelumnya, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan menjelaskan bahwa virus flu babi (swine flu) berbeda dengan virus demam babi Afrika atau African swine fever (ASF).

"Kasus penyakit pada babi yang ada di Indonesia pada saat ini adalah ASF dan bukan flu babi," kata Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait