URnews

Menerawang Masa Depan Batik Pewarna Alami

Nivita Saldyni, Sabtu, 3 Oktober 2020 11.57 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Menerawang Masa Depan Batik Pewarna Alami
Image: Batik Jolawe karya Dedi Purwadi. (Nivita Saldyni/Urbanasia)

Yogyakarta - Bukan rahasia kalau batik pewarna alami kian diminati oleh masyarakt dunia. Dedi Purwadi, satu dari sekian banyak pengusaha batik asal Yogyakarta bahkan optimis bahwa pasar batik pewarna alami akan meningkat beberapa tahun mendatang.

Menurut Dedi, meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk-produk yang ramah lingkungan akan meningkatkan pasar batik pewarna alami.

“Pasar (batik pewarna alami) cenderung akan meningkat karena isu-isu eco-friendly itu akan terus meningkat,” kata Dedi saat dihubungi Urbanasia.

“Gaya hidup juga mendukung itu, gaya hidup yang ramah lingkungan ditambah dengan kemampuan ekonomi selepas pandemi, kecenderungannya terus meningkat,” imbuhnya.

Namun sebelum itu semua tercapai menurutnya penting untuk menanamkan edukasi kepada masyarakat tentang manfaat dan kelebihan menggunakan pewarna alami, salah satunya pada batik.

“Kalau kami mengharapkan kepada siapapun, terutama pemerintah untuk lebih mensosialisasikan produk-produk yang lebih ramah lingkungan, termasuk di antaranya batik. Karena kita harus melihat jauh ke depan. Ketika produk-produk kerajinan yang tidak ramah lingkungan itu jauh lebih banyak di pasar, maka masalah yang akan timbul juga banyak,” jelasnya.

Masalah yang dimaksud di sini adalah efek dari penggunaan pewarna sintetis yang sangat beragam guys. Mulai dari pencemaran lingkungan, sampai masalah kesehatan.

“Jadi pemahaman dulu itu yang penting ya. Tidak harus kemudian orang harus pemahaman dulu tentang prosesnya, tentang isu lingkungannya, kemudian bagaimana produksinya. Jadi itu yang perlu dipahamkan dulu,” kata perancang, pembatik, sekaligus peramu warna alam di Batik Jolawe ini. 

Ia pun menyebutkan pemahaman mendasar yang perlu ditanamkan di masyarakat ini bisa dimulai dari pendidikan di sekolah guys. Sehingga diharapkan beberapa tahun mendatang, masyarakat lebih paham dan mengenal batik pewarna alami.

“Nah itu antara lain bisa dilakukan melalui pendidikan-pendidikan di sekolah-sekolah. Misalnya untuk pendidikan SD, SMP, itu kan untuk ke depannya nanti. Bukan untuk pasar sekarang. Nanti 10 - 15 tahun yang akan datang, itulah mereka pasar  produk-produk yang menggunakan pewarna alami maupun produk-produk yang prosesnya dilakukan lebih ramah lingkungan,” jelasnya panjang lebar.

Untuk itu, di Hari Batik Nasional yang kita peringati pada hari ini, pria yang telah menekuni batik pewarna alami sejak 2010 ini berharap masyarakat mulai membangun kesadaran akan pentingnya menggunakan produk-produk ramah lingkungan. Salah satunya, sesederhana belajar tentang proses pewarna alami.

“Nah sekarang karena pandemi, orang belajar pewarna alami di rumah. Itu kan bagian dari proses mereka menanamkan kesadaran tentang penggunaan produk yang ramah lingkungan dengan bahan yang bisa dibuat sendiri. Anak-anak kan juga bisa,” tutupnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait