URstyle

Pakar Sebut Pandemi Bisa Sebabkan 'Cabin Fever', Apa Itu?

Nunung Nasikhah, Kamis, 2 Juli 2020 18.30 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Pakar Sebut Pandemi Bisa Sebabkan 'Cabin Fever', Apa Itu?
Image: Ilustrasi cabin fever. (Unsplash)

Yogyakarta – Munculnya pandemi coronavirus disease (COVID-19) membuat banyak orang “terjebak” dalam keterbatasan ruang gerak. Banyak orang yang terpaksa harus di rumah aja untuk menghindari penularan virus corona.

Kondisi seperti ini ternyata dapat memunculkan “cabin fever” loh, guys. Cabin fever tersebut diidentikkan dengan hal-hal negatif yang dirasakan selama melakukan isolasi diri di rumah.

“Cabin fever adalah istilah untuk mengungkapkan perasaan sedih, sepi, takut, bosan, bingung, dan lesu saat terperangkap atau terkurung di suatu tempat selama beberapa jam atau beberapa hari,” ungkap Kepala Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada (UGM), Dr. Diana Setiyawati, seperti dikutip dari website resmi UGM (2/7/2020).

Meski demikian, istilah cabin fever sendiri, kata Diana, merupakan sebuah istilah populer dan bukan merupakan diagnosis gangguan jiwa.

Diana menegaskan, cabin fever berbeda dengan perasaan bosan pada umumnya. Orang yang mengalami cabin fever bisa sampai mengalami kelelahan, kesulitan berkonsentrasi, dan keluhan lainnya.

Kondisi tersebut diibaratkan seperti seseorang yang terjebak di dalam sebuah kabin dan tidak bisa keluar walaupun sudah berusaha keras.

Nah, tiap orang dapat mengalami kondisi gejala dan tingkat keseriusan yang berbeda tergantung pada karakter kepribadian, temperamen, dan kemampuan koping yang dimiliki.

“Resiliensi dalam menghadapi konflik juga berpengaruh,” kata Diana.

Kondisi ini, menurutnya, perlu diperhatikan karena dapat mengganggu produktivitas. Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi perasaan ini, misalnya mengubah pemikiran terkait kondisi saat ini.

Perspektif seseorang terkait kondisi yang menimpanya, kata Diana, akan memengaruhi bagaimana sikap yang akan diberikan dalam kondisi tersebut.

Ia juga merekomendasikan untuk membuat rutinitas selama berada di dalam situasi isolasi atau karantina.

Misalnya dengan melakukan aktivitas yang dahulu ingin dilakukan jika memiliki waktu luang atau membuat pembagian antara pekerjaan atau kewajiban dengan aktivitas lain sebagai sarana hiburan.

Selain itu, seseorang bisa mulai berdekatan dengan alam melalui membuka jendela, berjemur, atau menyiram tanaman, dan tetap membangun koneksi dengan orang lain dengan memanfaatkan teknologi juga menjadi cara yang baik untuk menghadapi cabin fever.

“Ingat bahwa yang dilakukan saat ini adalah physical distancing, bukan social distancing,” tegas Diana.

Diana menambahkan, orang yang mengalami cabin fever juga bisa mencoba melakukan sesuatu yang baru dan menarik, melakukan aktivitas yang dapat mengaktifkan kerja otak, dan beraktivitas yang menggerakkan fisik seperti olah raga.

Selain itu, bisa juga ditambah dengan menguatkan keyakinan bahwa setiap masa akan berganti. Hal tersebut dapat membantu mengatasi perasaan-perasaan negatif yang dapat muncul selama menghabiskan waktu di rumah di tengah pandemi.

“Setiap kesusahan akan berganti dengan kemudahan, dan setiap fase kehidupan akan datang silih berganti,” pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait