URnews

Pemkot Surabaya Gelar Simulasi 'Blended Learning' Selama 14 Hari

Nivita Saldyni, Selasa, 8 Desember 2020 12.09 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Pemkot Surabaya Gelar Simulasi 'Blended Learning' Selama 14 Hari
Image: Ilustrasi - Sekolah tatap muka di Surabaya. (Dok. Dispendik Kota Surabaya)

Surabaya - Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Pendidikan Kota Surabaya mulai menggelar simulasi sistem pembelajaran Blended Learning pada 14 sekolah jenjang SMP Negeri dan Swasta sejak Senin (7/12/2020). Simulasi ini rencananya akan dilakukan selama 14 hari, guys.

Nah, untuk Urbanasia yang belum tahu, sistem pembelajaran Blended Learning adalah metode belajar yang menggabungkan proses belajar tatap muka di kelas dan proses e-learning. Dengan metode ini, diharapkan pembelajaran di tengah pandemi COVID-19 tetap berjalan ideal.

Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Supomo mengatakan simulasi ini menjadi upaya pihaknya untuk mempersiapkan sekolah tatap muka tahun depan. Lewat simulasi ini pula diharapkan ada gambaran utuh secara natural ketika siswa mengikuti pembelajaran di sekolah.

"Harapannya, kami mendapatkan gambaran yang utuh apabila nanti sekolah dibuka dalam masa pandemi. Misalnya ketika anak-anak keluar dari kelas maupun ke kamar mandi, kemudian ketika mereka istirahat di kelas. Sehingga kami dapat gambaran dan apa yang kami lakukan ini agar benar-benar bisa mengendalikan penyebaran COVID-19," kata Supomo dikutip dari rilis resminya, Selasa (8/12/2020).

Nah, pada proses belajar mengajar tatap muka di masa pandemi COVID-19 mendatang, Supomo menjelaskan ada beberapa ketentuan yang telah dibuat. Pertama, seluruh warga sekolah, baik guru, tenaga pendidik, dan siswa yang hadir di sekolah dipastikan harus dalam kondisi sehat dan telah mengikuti swab dengan hasil negatif.

"Kemudian, ada persetujuan oleh orang tua. Jadi mereka semua (siswa) yang datang di sekolah tatap muka harus mendapat persetujuan dari orang tua," imbuhnya.

Selain itu, harus ada persetujuan dari komite sekolah dan juga sarana prasarana protokol kesehatan yang mendukung. Semua itu harus disiapkan dengan kalkulasi jumlah siswa yang datang. 

1607403974-SMP-1-Sby-Simulasi-tatap-muka.jpgSumber: Sekolah tatap muka di Surabaya. Sumber: Dispendik Kota Surabaya.

Oh iya, simulasi ini dilaksanakan khusus untuk siswa kelas IX loh. Sebab Dispendik Kota Surabaya menilai, siswa kelas IX lah yang paling urgent mengikuti sekolah tatap muka saat ini.

"Semuanya kelas IX, karena kami melihat mereka yang paling urgent untuk kemudian dilakukan sekolah tatap muka," imbuhnya.

Sementara itu, Kepala SMPN 1 Surabaya, Akhmad Suharto menyatakan, simulasi pembelajaran tatap muka di sekolahnya hari pertama (7/12/2020) berjalan lancar. Seluruh siswa yang hadir dalam kondisi sehat dan telah dilakukan swab dengan hasil negatif COVID-19. 

"Alhamdulillah berjalan lancar, seluruh siswa dalam kondisi sehat. Sebelumnya telah di-swab oleh Pemkot Surabaya. Yang mengajar juga guru-guru umurnya di bawah 50 tahun," kata Suharto, Senin lalu.

Dari 405 siswa kelas IX di SMPN 1 Surabaya, ada 18 siswa yang ikut tatap muka. Sisanya, mengikuti pembelajaran melalui online di rumahnya masing-masing. 

"Dari seluruh siswa kelas IX sebanyak 405 anak itu materinya sama, antara yang berada di rumah dan sekolah. Jadi siswa yang berada di rumah juga menerima pembelajaran yang sama," jelasnya.

Bahkan, untuk mendukung pelaksanaan simulasi belajar tatap muka di sekolahnya, pihaknya juga menyiapkan sarana prasarana protokol kesehatan. Di antaranya, pengecekan suhu tubuh menggunakan thermo gun di pintu masuk, bilik sterilisasi, tempat cuci tangan, penerapan jaga jarak di kelas, hingga akses jalan One Way atau satu arah.

Simulasi hari pertama juga berjalan lancar di SMP YBPK 1 Surabaya. Kepala SMP YBPK 1 Surabaya, Erwin Darmogo menjelaskan pada simulasi hari pertama ini diikuti 11 siswa dari 47 siswa kelas IX di sekolahnya.

"Karena dari total 47 siswa yang diizinkan orang tua hanya 11 siswa," kata Erwin.

Selain itu, 11 siswa ini adalah mereka yang orang tuanya telah bersedia mengantar jemput anaknya tepat waktu. Sebab, Erwin mengaku pihaknya memiliki kebijakan untuk tidak mengizinkan siswa masuk sekolah jika orang tua mereka tak bersedia antar jemput tepat waktu.

"Bagi orang tua yang siap antar jemput anaknya tepat waktu akan kami izinkan. Karena kami juga tidak ingin ada kerumunan-kerumunan di sekolah," tutup Erwin.

Untuk informasi, sebanyak 14 SMP di Kota Surabaya yang mengikuti simulasi terdiri dari 11 SMP Negeri dan 3 SMP Swasta. Sekolah-sekolah ini adalah SMPN 1 Surabaya, SMPN 2 Surabaya, SMPN 3 Surabaya, SMPN 10 Surabaya, SMPN 12 Surabaya, SMPN 15 Surabaya, SMPN 19 Surabaya, SMPN 26 Surabaya, SMPN 28 Surabaya, SMPN 46 Surabaya, SMPN 62 Surabaya, SMP 17 Agustus 1945 Surabaya, SMP YBPK 1 Surabaya, dan SMP GIKI 2 Surabaya. 

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait