URstyle

Update Kasus Gangguan Ginjal Akut: 324 Pasien, 195 Meninggal

Priscilla Waworuntu, Senin, 7 November 2022 17.04 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Update Kasus Gangguan Ginjal Akut: 324 Pasien, 195 Meninggal
Image: Ilustrasi gangguan ginjal akut. (Freepik/gstudioimagen1)

Jakarta - Kasus gangguan ginjal akut yang menyerang anak-anak tidak mengalami penambahan hingga Minggu (6/11/2022). Hal ini disampaikan oleh Mohammad Syahril, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. 

"Kami sangat bersyukur, sampai 6 November 2022 tidak ada kasus yang terlaporkan, baik itu kasus baru, maupun yang lama. Termasuk angka kematiannya," kata Mohammad Syahril, dikutip dari ANTARA, Senin (7/11/2022). 

Menurut Syahril, akumulasi kasus gangguan ginjal akut progresif di Indonesia hingga Sabtu (5/11/2022) telah mencapai 324 kasus yang tersebar di 28 provinsi. Dari total 324 kasus, sebanyak 195 di antaranya meninggal dunia, 27 dalam perawatan, dan 102 dinyatakan sembuh. 

Selain itu Kemenkes juga melaporkan bahwa depan provinsi di antaranya menjadi penyumbang kasus nasional terbanyak, yaitu DKI Jakarta sebanyak 83 kasus, Jawa Barat 41 kasus, Aceh 32 kasus, Jawa Timur 25 kasus, Banten 22 kasus, Sumatera Barat 20 kasus, Bali 16 kasus, dan Sumatera Utara sebanyak 15 kasus. 

Kasus kematian berdasarkan kelompok umur didominasi pasien berusia 1 hingga 5 tahun sebanyak 130 dari total 190 kasus, usia kurang dari 10 tahun 27 orang dari total 50 kasus, usia 6 hingga 10 tahun 26 orang dari total 43 kasus, dan 11 hingga 18 tahun 11 orang dari total 40 kasus.

Syahril menyampaikan bahwa penurunan laju kasus ini dipengaruhi oleh serangkaian kebijakan pemerintah, mulai dari pelarangan penggunaan obat sirup dan penggunaan obat penawar Fomepizole per 18 Oktober 2022 lalu. BPOM sendiri juga ikut membantu dalam hal memberikan informasi terkait daftar obat apa saja yang aman dan tidak aman untuk dikonsumsi masyarakat. 

"Pada 25 Oktober 2022, kami mendistribusikan Fomepizole intim digunakan di rumah sakit di luar RSCM serta takedown obat-obatan berbahaya, seperti produksi Afi Farma," ucapnya. 

Berbagai kebijakan ini diberlakukan setelah pemerintah yakin dan memastikan bahwa penyakit gangguan ginjal akut ini dipengaruhi oleh adanya cemaran dari senyawa Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG).

"Dari temuan, ini para peneliti di bawah kepemimpinan Kemenkes mempunyai dugaan kuat, yaitu faktor penyebab terbesar adalah karena intoksikasi," katanya.

Kemudian jika dihubungkan dengan kematian anak-anak di Gambia, faktor penyebab yang ditimbulkan dari gangguan ginjal akut progresif ini cukup sama. Karenanya, bagi para orang tua sebisa mungkin untuk kembali mengecek kandungan dalam obat apa pun yang dikonsumsi untuk anak. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait