12 Gempa Destruktif Guncang Malang Sejak 1896, 2 di Antaranya Terjadi di 2021

Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 6,2 SR yang kemudian dimutakhirkan menjadi 5,9 SR yang mengguncang Kabupaten Blitar, Jawa Timur adalah satu dari 12 gempa di Malang dan sekitarnya yang bersifat destruktif.
Gempa ini menjadi gempa ke-12 di wilayah Malang dan sekitarnya yang bersifat destruktif sejak 1896.
"Sejak 1896, Malang dan sekitarnya itu sudah mengalami 9 kali kejadian gempa bumi. Nah ini kita lihat listnya 12 kali. Di antara 12 (gempa bumi) yang desruktif itu yang merusak itu 9 kali. Artinya sisanya tidak merusak," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers virtual yang dilihat Urbanasia di Surabaya, Sabtu (22/5/2021).
Dari data tersebut, dua di antaranya terjadi di tahun 2021. Tepatnya pada 10 April lalu saat gempa mengguncang wilayah Malang, dan 21 Mei malam saat gempa mengguncang wilayah Blitar.
"Dari data yang sudah ada ini terlihat tahun 2021, April sudah terjadi tanggal 10, Mei tanggal 21. Sebelumnya 2016 dan paling awal tahun 1896 dengan intensitas tertinggi yaitu skala VII MMI," imbuhnya.
Sumber: Data gempa bumi destruktif di Malang dan sekitarnya (YouTube infoBMKG)
Dwikorita pun membenarkan bahwa ini merupakan bagian dari peningkatan aktivitas gempa di Selatan Jawa. Di mana data BMKG menunjukkan sejak Januari - saat ini sudah ada 3.315 kejadian gempa, sehingga rata-rata ada lebih dari 500 kejadian gempa setiap bulannya di kawasan Selatan Jawa.
"Data BMKG mulai Januari - Mei, telah kejadian gempa bumi sebanyak 3.315 kali. Itu dalam sekitar lima bulan, jadi rata-rata kurang lebihnya per bulan lebih dari 500 kali. Angka ini melampaui rata-rata bulanan tahun lalu yang setiap bulan 300 - 400 kali," jelasnya.
Dengan data ini, Dwikorita menegaskan bahwa pihaknya tak bermaksud menakut-nakuti. Melainkan ini menjadi alarm bersama agar kita meningkatkan kewaspadaan.
"Tidak untuk membuat panik. Jangan panik, jangan khawatir, kalau kita tahu artinya kita mulai berbenah, menyiapkan bangunan-bangunan rumah kita ini agar sedapat mungkin sudah cukup tahan terhadap gempa bumi," pungkasnya.
Ia pun meminta kepada seluruh pemerintah daerah di wilayah Selatan Jawa untuk memperhatikan wilayah pesisir. Mulai dari melengkapi fasilitas evakuasi hingga memastikan bahwa konstruksi di sekitarnya sudah tahan gempa.
"Bagaimana untuk mewaspadai, kami mohon agar untuk segera melakukan atau memastikan bahwa konstruksi-konstruksi bangunan di wilayah-wilayah pesisir Selatan Jawa ini benar-benar, terutama bangunan vital seperti sekolah, gedung mall, kantor-kantor, mohon pastikan itu benar-benar sudah sesuai dengan standar bangunan tahan gempa. Terutama saya ulangi sekali lagi mohon rumah sakit, bangunan-bangunan penting yang mengundang atau banyak orang akan berada di situ," pesan Dwikorita.
Hal ini, kata Dwikorita menjadi langkah antisipasi jikalau aktivitas gempa bumi berpotensi tsunami. Sebab dari sejarahnya, gempa di sekitar Selatan Jawa pernah melampaui magnitudo 6 dan berpotensi tsunami.
"Kami tidak bisa memastikan apakah itu akan terjadi tapi dari pelajaran masa lalu, dari sejarah kegempaan, memang sudah terjadi beberapa kali dan mohon berkenan untuk mewaspadai dalam arti tidak panik, justru kalau tahu tidak panik tapi segera menyiapkan bangunan yang cukup kuat tersebut," tegasnya.