URnews

26 Menteri Sri Lanka Undurkan Diri di Tengah Krisis Ekonomi

Nivita Saldyni, Senin, 4 April 2022 13.32 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
26 Menteri Sri Lanka Undurkan Diri di Tengah Krisis Ekonomi
Image: Ilustrasi - Presiden Gotabaya Rajapaksa (tengah) saat memimpin rapat terkait penanganan pandemi COVID-19 di Sri Lanka. (president.gov.lk)

Kolombo – Sebanyak 26 menteri kabinet Sri Lanka mengundurkan diri dari jabatannya. Langkah itu diambil di tengah protes yang terjadi karena krisis ekonomi di negara tersebut dan berujung pada penetapan status darurat ekonomi oleh Presiden Gotabaya Rajapaksa.

Melansir The Guardian, Menteri Pendidikan Sri Lanka, Dinesh Gunawardena mengatakan, para menteri itu menyerahkan surat pengunduran diri saat pertemuan yang berlangsung Minggu (3/4/2022) malam.

“Kami serahkan surat pengunduran diri kami kepada perdana menteri (Mahinda Rajapaksa),” kata Dinesh.

“Presiden dan perdana menteri akan membahasnya dan mengambil keputusan yang sesuai,” imbuhnya.

Sayangnya ia tak menyebut nama-namanya. Namun laporan The Guardian mengatakan, dari pengunduran diri itu hanya menyisakan dua nama yang masih bertahan, yaitu Presiden Gotabaya Rajapaksa dan Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa yang merupakan saudara laki-lakinya.

Sementara Menteri Pemuda dan Olahraga Sri Lanka, Namal Rajapaksa yang merupakan keponakan Presiden Gotabaya menyatakan dirinya merupakan satu dari 26 menteri yang mengundurkan diri dari jabatannya. Lewat cuitan di Twitter, ia mengatakan langkah ini diambil dengan harapan dapat membantu membangun stabilitas bagi pemerintah dan juga rakyat Sri Lanka.

“Saya tetap berkomitmen untuk pemilih saya, partai saya, dan orang-orang #Hambanthota,” cuitnya.

Sebelumnya, Presiden Gotabaya Rajapaksa telah menetapkan darurat ekonomi pada Jumat (1/4/22) saat negara tersebut mengalami kelangkaan bahan pokok hingga naiknya harga-harga. Aksi protes masyarakat pun tak bisa dibendung. Pemerintah kemudian memblokir akses media sosial secara nasional sebagai respons dari kerusuhan massal yang terjadi akibat krisis ekonomi.

Sri Lanka sendiri telah mengalami krisis ekonomi sejak beberapa dekade dan meningkat beberapa waktu terakhir. Banyak ekonom menyebut kondisi negara yang berpenduduk 22 juta jiwa itu diperparah karena pemerintah yang salah urus perekonomiannya. Alhasil Sri Lanka kini tengah dihadapkan dengan defisit kembar.

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait