5G Jadi Ancaman Besar Bagi Konsol Game

Jakarta - Kehadiran 5G diyakini akan mengubah banyak hal, bahkan menjadi ancaman besar bagi konsol game seperti PS5, Xbox Series X dan Nintendo Switch.
Demikian disampaikan Director Square Enix Naoki Yoshida. Square Enix adalah perusahaan di balik game ternama, seperti Final Fantasy dan Dragon Quest.
Dia berpendapat kecepatan streaming dari jaringan 5G akan menjadikan televisi sebagai media utama dalam bermain game.
"Pemain dapat menikmati pengalaman bermain game berkualitas tinggi di perangkat apa pun tanpa perlu terikat ke perangkat gaming atau monitor TV. Kit pasti menuju ke arah itu, dan saya kira virus corona tidak akan memperlambat perubahan ini," katanya, mengutip Financial Times.
Baca Juga: Begini Cara Menikmati Layanan 5G Telkomsel
Yoshida memperkirakan cloud gaming akan bisa menggantikan pengalaman bermain menggunakan konsol. Dengan cloud gaming dan koneksi 5G yang lebih cepat, game AAA pun bisa dimainkan di laptop dengan spesifikasi seadanya.
Pun begitu banyak analis di industri gaming yang tidak yakin cloud gaming bisa mengakhiri dominasi konsol.
Dua konsol gaming yang diluncurkan akhir tahun lalu misalnya, PS5 dan Xbox Series X, masih banyak peminatnya sampai stoknya terus mengalami kelangkaan hingga sekarang
Soal itu, Yoshida berpendapat pemicuny karena kebijakan di rumah aja membuat masyarakat mencari hiburan langsung dari rumah, termasuk dari konsol game.
Baca Juga: 5 Manfaat 5G yang Diluncurkan Hari Ini
"Dengan konsol rumah, kamu hanya perlu duduk di depan televisi dan menyalakan konsol game. Itu adalah hiburan yang memakan waktu. Namun dengan stay at home, ada lebih banyak peluang untuk menyalakannya," ujarnya.
Yashid menyakini kepopuleran konsol bakal merosot mencapai 8,9 persen. Penyembabnya kelangkaan chip global yang masih akan terus berlangsung sepanjang 2021 ini
Dan di saat yang sama industri game kesulitan mengembangkan produk karena tidak dapat berinteraksi secara langsung. Mereka kesulitan untuk menyesuaikan koordinasi saat melakukan pertemuan secara online.
"Sulit untuk membaca suasana ketika Anda online. Orang-orang akan terus bertanya sepanjang waktu lewat chat online," pungkasnya.