URnews

Adaptasi New Normal, Jepang Larang Ciuman di Bar

Anisa Kurniasih, Rabu, 22 Juli 2020 13.49 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Adaptasi New Normal, Jepang Larang Ciuman di Bar
Image: Ilustrasi hiburan malam (Freepik)

Jakarta - Di Tokyo, kasus corona mendekati 300 dalam sehari pada akhir pekan lalu. Pemerintah juga mengecualikan orang yang bepergian ke dan dari ibu kota.

Selain itu, pekerja malam di Jepang juga dianggap butuh pedoman tata cara agar tetap sehat dan terus bisa menjalankan bisnis di tengah pandemi virus corona (COVID-19).

Hal itu disampaikan Shinya Iwamuro, seorang ahli urologi dan advokat kesehatan masyarakat yang telah mengajarkan langkah-langkah pengendalian infeksi di distrik Shinjuku Tokyo dan tempat hiburan malam lainnya dikutip dari Reuters, Rabu (22/7/2020).

Menurutnya, para pegawai bar membutuhkan aturan praktis cara berinteraksi dengan pelanggan termasuk aturan tak boleh ciuman, tidak boleh berbagi tempat makan, dan berbicara harus dilakukan dengan sudut pandang tertentu guna menghindari kontaminasi droplet.

"Sedapat mungkin, ciumanlah hanya dengan pasangan, dan hindari ciuman yang dalam," kata Iwamuro, menguraikan apa yang ia sebut sebagai 'etiket berciuman'.

Pengujian strategis di distrik kehidupan malam di Tokyo sendiri telah mengungkap meningkatnya kasus harian virus corona, terutama di antara orang-orang berusia 20-an dan 30-an.

Nah, adanya cluster itu mendorong Gubernur Tokyo untuk meningkatkan peringatan kota ke level 'merah' tertinggi pada 15 Juli.

Selain itu, pemerintah juga mempertimbangkan untuk memperkuat tindakan - tindakan khusus yang memungkinkannya untuk menyatakan keadaan jadi darurat.

Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengatakan, mungkin ada lebih banyak pemeriksaan spot dari bisnis kehidupan malam.

Tetapi ada kekhawatiran bahwa kehidupan malam telah menjadi kambing hitam bagi kegagalan pemerintah untuk melacak dan mengendalikan penyakit ini.

Masayuki Saijo, direktur virologi di National Institute of Infectious Diseases mengatakan, tidak tepat untuk mendiskriminasi orang berdasarkan di mana atau kapan mereka bekerja.

"Tidak ada perbedaan, bekerja di malam hari atau bekerja di siang hari," kata Saijo. 

"Strategi untuk mengurangi infeksi manusia ke manusia adalah sama," ujarnya.

Pasalnya, lebih dari satu juta orang diperkirakan bekerja di industri ini, kata Kaori Kohga, perwakilan Asosiasi Bisnis Kehidupan Malam.

Kelompoknya juga telah menyusun peraturan keselamatan sendiri untuk anggotanya, termasuk mendisinfeksi mikrofon karaoke. Karena, mereka menganggap rekomendasi pemerintah, seperti memakai topeng dan jarak sosial dua meter, tidaklah praktis.

"Tidak ada yang akan berubah jika Anda hanya mengkritik kami sebagai orang jahat," kata Kohga menambahkan.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait