URnews

Anosmia Jadi Gejala Baru Seseorang Terinfeksi COVID-19, Apa Itu?

Griska Laras, Selasa, 24 Maret 2020 17.21 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Anosmia Jadi Gejala Baru Seseorang Terinfeksi COVID-19, Apa Itu?
Image: istimewa

Jakarta - Jumlah kasus virus COVID-19 di Indonesia semakin bertambah tiap harinya. Beberapa pasien corona tidak menunjukkan gejala sakit atau asymptotic. Kasus korban yang asymptotic inilah yang membuat penyebaran virus corona makin meluas.

Belum lama ini, ahli THT Inggris menemukan gejala baru yang bisa mengidentifikasi seseorang terpapar virus COVID-19. Gejala itu adalah anosmia, kondisi seseorang yang kesulitan mencium bau dan mengecap rasa.

Berdasarkan Jurnal American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery, gejala anosmia bisa digunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan infeksi virus corona, terutama pada pasien yang tidak menunjukkan gejala demam tinggi, batuk dan sesak napas.

"Anosmia secara umum sudah terlihat pada pasien asymptotic yang positif corona,” demikian tertulis dalam jurnal.

Sejumlah literatur medis juga menyebut kalau kehilangan kemampuan mencium dan mengecap rasa bisa menjadi tanda seseorang mengalami masalah infeksi pernapasan.

"Ada sejumlah laporan tentang pasien positif COVID-19 yang tidak sakit, tapi mengalami kesulitan mencium bau dan mengecap rasa.  Jumlah pasien tersebut mengalami peningkatan yang signifikan," dalam sebuah keterangan.

Gejala anosmia ini juga banyak ditemukan di negara-negara yang terjangkit corona, seperti Iran, AS, Jerman, Italia dan Korea Selatan.

"Iran sudah melaporkan peningkatan kasus anosmia yang signifikan. Sejumlah pasien dari AS, Jerman, Italia dan Korea Selatan juga mengalami gejala yang sama.  Sementara di Jerman 2 dari 3 orang positif COVID-19 mengalami anosmia dan di Korea Selatan 30 orang mengalami gejala serupa," jelasnya.

Anosmia juga banyak ditemukan pada pasien berusia muda yang tidak menunjukkan gejala seperti demam, batuk dan sesak napas.

"Pada pasien muda, mereka tidak memiliki gejala yang signifikan seperti batuk dan demam. Tapi mereka mengalami kehilangan indera penciuman dan pengecapan yang menunjukkan bahwa virus ini tinggal di hidung,” jelasnya lagi.

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait