URnews

Daya Tahan Lebaran terhadap Pilkada Serentak

Urbanasia, Senin, 22 Oktober 2018 13.32 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Daya Tahan Lebaran terhadap Pilkada Serentak
Image: istimewa

Urban Asia - Di momentum Hari Raya Idul Fitri 1438 H atau sebutan lainnya lebaran 2018 barang tentu jadi wadah untuk kita saling bermaafan dong. Mau disampaikannya secara langsung atau bisa juga lewat media sosial, masing – masing kita punya cara tersendiri untuk memandang hal ini. Begitu pun dengan politisi. Lebaran dan Pilkada serentak 2018 tahun ini buat tradisi mereka saling bermaafan itu tulus adanya, gak ya?. Banyak diantara mereka para pasangan calon yang sebelum Pilkada biasanya bersilaturrahim dengan pasangan calon lainnya saat Lebaran, sekarang pas kebetulan lagi saingan di Pilkada jadi agak – agak lupa gitu deh, upss. Oh ya FYI, tenggat waktu lebaran dengan Pilkada serentak itu hanya 12 hari. Lebaran tanggal 15 Juni, sedangkan Pilkada 27 Juni, gak lama kan?. Nah sebenarnya pernyataan dari Ketua DPR, Bambang Soesatyo (Bamsoet) yang bilang Lebaran turut mendinginkan suhu politik, itu kayak pernyataan normatif aja sih kesannya. Artinya ya menyederhanakan banget, dengan lebaran kompetisi Pilkada atau tahun politik ini tensinya langsung turun. Karena coba deh kalian perhatiin lewat pemberitaan media, ada berapa politisi yang menggelar open house?. Terus yang datang apakah lawan politiknya yang berseberangan?, atau ya yang hanya satu ‘geng’ aja?. Sebenarnya ini gambaran nyata dari karakter kebanyakan politisi kita. Belum banyak yang dapat bersikap dewasa dalam menghadapi perbedaan. Terlebih disaat suksesi pergantian kekuasaan. Seperti nampak ada jurang pemisah yang cukup luas yang tidak dapat dijembatani buat sebuah kemenangan suara. Ini mungkin sudah masuk tabiat ya. Artinya untuk merubah kedewasaan berpolitik dari politisi kita tidak bisa hanya mengandalkan momentum lebaran semata. Harus ada pembentukan karakter yang memang dilakukan terus – menerus dan dapat dijadikan contoh. Bukan seperti sekarang, kalau kita mau berkaca contoh yang paling pas adalah terkait pengangkatan Penjabat Gubernur (Pj) Gubernur Jawa Barat, Komjen. Pol Iriawan dan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) kasus dugaan chat mesum Habieb Rizieq Shihab dengan Firza Husein. Banyak pendapat yang dapat dinilai tak layak berasal dari politisi maupun netizen. Ah sudahlah, sebelum lebaran saja kita juga sudah diramaikan dengan spanduk klakson 3x bagi yang setuju #2019GantiPresiden dan dibalas dengan spanduk Jalan Tol Pak Jokowi. So, mohon maaf Pak Bamsoet daya tahan bulan puasa, Lebaran hingga pasca Lebaran bukan berarti dapat meredam panasnya suhu politik yang dibumbui dengan fitnah, hoaks serta hasut. Ada baiknya, pabrikan politisi yakni partai politik melakukan introspeksi untuk membentuk karakter kadernya yang mengutamakan kebajikan politik seperti yang dikatakan Plato. Bukan berpegang pada Machiavellisme.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait