URtrending

Bakal Balik ke Surabaya, Teater Gandrik Bawa ‘Para Pensiunan’

Nivita Saldyni, Selasa, 12 November 2019 13.00 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Bakal Balik ke Surabaya, Teater Gandrik Bawa ‘Para Pensiunan’
Image: Penampilan Butet dalam Teater Gandrik April lalu di Jakarta (Instagram @masbutet)

Surabaya - Kabar bahagia bagi pecinta seni teater di Surabaya. Pasalnya, setelah empat tahun berlalu, akhirnya Teater Gandrik akan kembali pentas di Surabaya!

Dengan membawa lakon "Para Pensiunan", mereka akan tampil di Ciputra Hall Surabaya bulan depan. Kabarnya mereka akan menyapa penggemar seni teater di Surabaya pada tanggal 6 dan 7 Desember 2019.

Dilansir dari Suara Surabaya, Butet berbagi cerita persiapan penampilan Teater Gandrik pada Senin (11/11) lalu.

Menurut Butet Kartaredjasa, kembali pentas di Surabaya bagi Teater Gandrik sudah seperti pulang kampung. Karena Teater Gandrik yang kita kenal memang kental akan nuansa Jawa seperti pertunjukan Ludruk.

"Bedanya dengan ludruk yaitu cerita isu mutakhir, dalam disiplin teater modern, menggunakan skenario, temanya bisa ke mana-mana, musiknya tidak harus musik tradisional seperti ludruk, dan pemainnya tidak 'dobel kelamin'," katanya.

Baca Juga: Monolog Binikku akan Dipentaskan di Festival Teater Islam Dunia 2019

Selain itu, Arif Afandi, panitia penyelenggara pementasan Teater Gandrik mengatakan bahwa Gandrik bisa menjadi alat sosialisasi tanpa ketegangan.

Inilah yang jadi kelebihan mereka, yaitu dapat mengangkat isu sosial dan isu kontemporer dengan jenaka.

Teater Gandrik hadir sebagai tontonan yang menghibur di tengah hiruk pikuk persoalan perpolitikan dalam serangkaian pesta demokrasi, Pilpres dan Pileg, dan ketegangan yang dihadapi masyarakat.

"Nah, setelah berakhir ramai-ramai demokrasi, masyarakat perlu mendapat pelepasan psikis. Dengan mendapat hiburan yang cerdas. Saya kira, Teater Gandrik sangat tepat dengan kebutuhan itu," ujarnya.

Pada pementasan kali ini, naskah yang dibawakan merupakan hasil saduran karya sebelumnya. Yup, sebelumnya pada 1986 karya serupa berjudul "Pensiunan" milik Heru Kesawa Murti sudah eksis duluan.

Baca Juga: Menyemai Bibit Seniman Musik Khas Banyuwangi Lewat Festival Gendhing Using

Alhasil, setelah melalui serangkaian proses yang panjang, akhirnya naskah ini ditulis kembali oleh Agus Noor dan Susilo Nugroho dan berganti menjadi "Para Pensiunan".

Naskah ini mengangkat persoalan yang hangat di masyarakat, semisal Pilpres. Lakonnya sangat dinamis, bisa berubah.

"Kita jaga plot dan pesan utama, para tokohnya harus bisa membuktikan dirinya bersih. Kalau tidak bisa, tidak bisa dikuburkan," kata Arif.

Wah jadi makin penasaran dan nggak sabar nonton, kan?

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait