URguide

Banana Provider, Komunitas Anak Muda Malang Kampanyekan Permainan Tradisional

Nunung Nasikhah, Minggu, 8 Maret 2020 13.48 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Banana Provider, Komunitas Anak Muda Malang Kampanyekan Permainan Tradisional
Image: Banana Provider

Malang – Banyaknya anak-anak jaman sekarang yang tak mengetahui sensasi asyik bermain permainan tradisional, menggerakkan sekelompok anak muda asal Malang, Jawa Timur untuk membentuk sebuah komunitas dengan misi mengenalkan kembali permainan tradisional.

Komunitas ini bernama “Banana Provider”. Kata “banana” merupakan singkatan dari “Bermain bersama anak”. Sementara “provider” yang merupakan bahasa inggris mengacu pada arti “penyedia”.

“Jadi semacam komunitas yang fokus pada kegiatan anak dan memberikan informasi baru tentang parenting kepada para orang tua,” ungkap Ni’matul Bahril Wahdah, salah satu anggota komunitas Banana Provider.

Dipilihnya permainan tradisional sebagai fokus dari komunitas ini berangkat dari sebuah kekhawatiran. Ni’matul dan anggota komunitas lainnya merasa prihatin dengan anak-anak yang jarang bergerak karena lebih senang duduk dan hanya mengakses gawai.

“Kita khawatir bagaimana generasi selanjutnya itu kok lebih suka mengakses smartphone. Badan mereka jarang digerakkan dan itu berpengaruh ke otak. Dengan minimnya gerakan pada anak itu selain kecerdasannya kurang menurut dr. Kris (pembimbingnya) itu saat ini semakin banyak anak-anak usia 14 tahunan sudah terkena diabetes,” paparnya.

Baca Juga: Yuk! Main Permainan Tradisional Bareng di Kampoeng Dolanan Surabaya

Menurut Ni’matul, permainan tradisional tidak hanya mampu melatih sensorik anak, namun juga mampu menyasar motorik kasar dan halus.

“Jadi anak-anak bisa belajar loncat, leadership, kekompakan. seperti dalam permainan ular naga ini kan mereka di bagi dua kelompok jadi harus kompak menjaga tim-nya. Kebersamaan, kesetiakawanan mereka ini terbentuk secara sendirinya dalam permainan tradisional ini,” ujarnya.

Pendirian komunitas ini, menurut Ni’matul, tercetus sejak tahun 2015. Ada proses panjang yang dilalui untuk menjadi komunitas dengan nama Banana Provider.

“Banana provider itu awalnya dari kakak-kakak tingkat saya, pada tahun 2015 di jurusan psikologi UIN Malang yang mengadakan seminar tentang mengapa orang harus positif thinking. Dari event tersebut, ternyata ada sisa dana cukup banyak,” kata Ni’matul mengawali cerita.

Karena tak mau digunakan begitu saja, para anak muda dari jurusan Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang tersebut akhirnya memutuskan untuk membentuk komunitas yang di dampingi oleh salah satu dokter di RS di Malang yang juga merupakan dosen di kampus tersebut.

“Akhirnya terbentuk Banana Provider ini. Nah, komunitas ini memang fokusnya pada permainan tradisional dan parenting. Akhirnya sampai sekarang turun temurun dilanjutkan ke kita, karena kakak-kakaknya sudah pada lulus,” terangnya.

text Foto: Banana Provider

Baca Juga: Unik! Mencoba Permainan 'Bambu Gila' di Kota Malang

Komunitas yang mayoritas digerakkan oleh anak-anak muda ini seringkali melakukan kampanye untuk mengenalkan permainan tradisional kepada publik.

“Yang rutin itu hari Minggu di Car Free Day. Kita biasanya buka stand permainan tradisional di depan perpustakaan daerah. Kadang kita juga diundang untuk mengisi event-event,” tandas Ni’matul.

“Kita tidak jualan. Jadi kita buka stand gratis. Di situ ada permainan tradisional dan kita mengajak adek-adek untuk bermain. Namun nggak Cuma anak-anak. Mahasiswa boleh ikut, ibu- ibu boleh ikut,” sambungnya.

Banana Provider sendiri memiliki banyak peralatan untuk memainkan permainan tradisional. Mulai dari egrang batok, bola bekel, lompat tali, ular tangga, dakon dan masih banyak lagi.

“Kami juga sering mengajak main yang tidak pakai alat seperti engklek, gobak sodor, gitu-gitu,” tutur Ni’matul.

Ni’matul bersama anggota komunitas yang lain juga tak jarang berbagi ilmu dengan komunitas ibu-ibu, orang tua atau lembaga taman belajar anak melalui sebuah event seperti seminar atau workshop.

“Kami juga setiap tahun mengadakan seminar tentang parenting ataupun permainan tradisional. Seminar terakhir itu tentang parenting. Jadi semacam kolaborasi dengan lembaga-lembaga lain,” ucapnya.

Di samping itu, Banana Provider juga sering melakukan kolaborasi dengan komunitas lain seperti komunitas Marine Buddies Malang yang peduli dengan laut.

Ni’matul bercerita, selama menjalankan misi untuk mengenalkan permainan tradisional kepada anak ini, ia dan anggota komunitas lain merasa bahagia melihat anak-anak asyik bermain dengan teman-temannya, mau bergerak dan tidak pantang menyerah.

Baca Juga: Festival Layang-layang, Perkenalkan Kembali Permainan Tradisional

Menurutnya, dengan cara seperti ini, anak bisa terlepas dari akses menggenggam gawai meski hanya sementara waktu.

Selain itu, dengan permainan tradisional, kata Ni’matul, anak-anak dapat terbantu dalam pembelajaran akademik.

“Misalnya anak-anak bermain permainan tradisional ini secara rutin atau mereka sudah paham tentang permainan, mereka tidak perlu belajar akademis seperti berhitung pun mereka sudah bisa dengan sendirinya,” tandasnya.

Hal tersebut terjadi karena permainan tradisional mengajarkan anak untuk belajar menjalani proses panjang sehingga memori yang tersimpan dalam otak menjadi lebih kuat.

(Nunung Nasikhah)

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait