URsport

Bukan Sekadar Biopik, "Susi Susanti: Love All" Catatan Sejarah Perjuangan Indonesia

Nunung Nasikhah, Senin, 28 Oktober 2019 16.00 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Bukan Sekadar Biopik, "Susi Susanti: Love All" Catatan Sejarah Perjuangan Indonesia
Image: bookmyshow.com

Jakarta - Siapa yang tak kenal Susi Susanti? Legenda pemain bulu tangkis Indonesia ini telah mencetak banyak prestasi di dalam dan luar negeri.

Sederet kemenangan untuk bangsa telah berhasil ia raih mulai dari, medali emas di Sudirman Cup Jakarta tahun 1989, medali emas di World Cup Guangzhou tahun 1989, medali emas di Olimpiade Barcelona tahun 1992 dan masih banyak lagi lainnya.

Tentu, kiprah dan perjuangannya menuju titik ini tidak mudah. Kisah ini lah yang kemudian diangkat ke layar lebar agar bisa dinikmati oleh para penggemarnya dan juga generasi penerus bangsa yang haus akan semangat berjuang untuk negara.

Melalui film berjudul Susi Susanti: Love All, kisahnya dalam dunia perbulutangkisan selama ini dikuak. Cerita dimulai dari masa kecil Susi Susanti yang diperankan oleh Moira Tabina Zayn.

Baca Juga: Wah, Malang Bakal Jadi Tuan Rumah Kejuaraan Badminton Internasional

Susi kecil dikisahkan memilih kabur saat harus tampil menari balet di panggung 17-an dan memilih menonton sang kakak bertanding bulutangkis. Karena kalah, sang kakak diejek oleh lawannya.

text Sumber: http://filmindonesia.or.id/

Karena tak terima kakaknya diejek, Susi menantang lawan kakaknya itu untuk bertanding dengannya. Tak disangka, Susi bisa mengalahkan lawan kakanya itu dan berakhir dengan tawaran berlatih di PB Jaya Raya.

Dari sinilah, kiprah Susi Susanti di dunia bulutangkis mulai terbuka.

Nuansa perjuangan keras Susi Susanti untuk mengumpulkan medali emas sangat terasa.

Susi Susanti besar yang diperankan Laura Basuki mendapatkan dukungan dari ayahnya, Risad Haditono yang diperankan oleh Iszur Muchtar yang juga mantan atlet bulu tangkis PON.

Baca Juga: Surabaya Bangun Museum Olahraga, Risma Sumbang Raket dan Kaos Legenda Bulutangkis

Susi juga mendapatkan dukungan dari sang idola, Rudy Hartono yang diperankan Irwan Chandra. Rudi berpesan bahwa bakat saja tidak cukup. Butuh kerja keras serta kedisiplinan. Dari situlah semangat Susi kian terpacu.

Selepas memenangkan World Championship Junior 1985, Susi pun melangkah ke pelatihan nasional PBSI dan semakin matang.

Ia dilatih oleh Tong Sin Fu yang diperankan oleh Chew Kinwah dan Liang Chu Sia yang diperankan oleh Jenny Chang.

Susi juga bertemu teman-teman atlet seperti Alan Budikusuma yang diperankan Dion Wiyoko, Ardy B. Wiranata yang dipernakan Nathaniel Sulistyo dan teman lainnya.

Hanya saja, film ini tidak hanya mengisahkan hidup Susi Susanti sebagai seorang atlet bulu tangkis. Namun juga mengisahkan bagaimana kondisi Indonesia di masa lampau. Khususnya tahun 90-an di masa pemerintahan Presiden Soeharto.

Baca Juga: PB Djarum dan Para Pesohor Bulutangkis Indonesia

Di tahun 1995, sebagai seorang keturunan Tionghoa, Susi merasa resah karena status kewarganegaraannya masih tidak jelas.

Di masa-masa itu, memang nasib keturunan Tionghoa masih terombang-ambing. Sulit sekali mendapatkan kejelasan soal kewarganegaraan.

Kendati berkali-kali berprestasi mengharumkan nama Indonesia, nasib kewarganegaan Susi tak lantas menjadi terang benderang.

Medali sebanyak apa pun tidak menjamin status warga negaranya. Bahkan dalam film ini muncul kutipan berbunyi “Atlet setelah turun podium, tingginya sama rata”. Artinya, mau sebanyak apapun medali yang dihasilkan, akhirnya akan sama saja.

Selain kondisi politik kala itu, kerusuhan 1998 pun juga sempat ditampilkan dalam film.

Jadi, tak hanya soal biografi, film ini juga sarat akan catatan sejarah Indonesia di masa lampau yang tak pernah terekspose dalam layar kaca.

Selain menyuguhkan cerita perjuangan dan semangat nasionalisme, film besutan Sim F ini juga menyuguhkan beberapa adegan jenaka saat para atlet muda berada di PBSI.(*)

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait