URnews

CEO Urbanasia Bahas Seputar Media di Indonesia Lewat ‘Biznet Goes to School’

Nivita Saldyni, Kamis, 25 Maret 2021 18.27 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
CEO Urbanasia Bahas Seputar Media di Indonesia Lewat ‘Biznet Goes to School’
Image: Achmad Rouzni Noor II, CEO Urbanasia dalam acara Biznet Goes To School Online Class : ‘Seluk Beluk Dunia Jurnalistik dan Media di Indonesia’ yang digelar secara virtual, Kamis (25/3/2021). (Screenshot YouTube Biznet)

Jakarta – Bicara soal jurnalistik dan media, ternyata ada banyak profesi yang menjanjikan di industri satu ini loh. Salah satunya menjadi seorang jurnalis.

Bersama Biznet, CEO Urbanasia Achmad Rouzni Noor II, mengupas tuntas tentang dunia jurnalistik dan media kepada teman-teman dari SMAN 1 Cirebon dan pelanggan setia Biznet. Lewat acara Biznet Goes To School Online Class: ‘Seluk Beluk Dunia Jurnalistik dan Media di Indonesia’ yang digelar secara virtual pada Kamis (25/3/2021), pria yang akrab di sapa Rourry ini juga berbagi pengalamannya selama balasan tahun berkecimpung di industri media loh.

Kepada para peserta Rourry pun berbagi ilmu tentang apa itu media, apa itu jurnalistik, seluk beluk industri media, proses berita hingga ke bisa dinikmati audiens, pengalamannya pribadinya berkecimpung di dunia jurnalistik, homeless media dan tak ketinggalan tentang Urbanasia tentunya.

Nah bicara soal media di Indonesia, Rourry mengungkapkan bahwa berdasarkan data Dewan Pers di tahun 2015, Indonesia memiliki 2.000 media cetak dan 43 ribu lebih media online. Namun di luar itu ada banyak ‘homeless media’ yang berkembang dengan subur, seperti misalnya dagelan, lambe turah, dan banyak lagi lainnya. Mereka adalah media-media yang tidak menggunakan kaidah jurnalistik yang terverifikasi Dewan Pers.

“Tapi dari sisi lain, homeless media ini juga gak jelek-jelek banget karena mereka itu kreatif. Itulah kekurangan yang dimiliki media konvensional,” kata Rourry.

Nah Urbanasia, kata Rourry melihat kekurangan dan kelebihan masing-masing media ini sebagai peluang untuk membuat Urbanasia. Di satu sisi, Urbanasia adalah media yang terverifikasi Dewan Pers, namun di sisi lain menggunakan pendekatan ala homeless media.

“Kami di Urbanasia akhirnya melihat ini ada dua peluang yang bisa kami jalani. Kami sebagai media konvensional yang terverifikasi Dewan Pers tapi melakukan pendekatannya ala homeless media. Kami bikin sekreatif mungkin. Pendekatannya pun pendekatan media sosial. Makanya ini contohnya Urbanasia bikin TikTok di mana kami mempresentasikan berita ala TikTok, mau itu sambil joget-joget, mau itu sambil dibacain seperti di TikTok dan dalam waktu dua bulan followers kami di TikTok sudah 1 juta. Likesnya sudah 18 juta. Segitu efektifnya memang cara homeless media,” jelas Rourry panjang lebar.

Kini, Urbanasia dalam waktu dua tahun telah berhasil menjaring para pembaca dari berbagai daerah. Adapun pembaca setia Urbanasia atau Urbanreaders terbesar berada di Jakarta, Sumatera, dan Kalimantan.

“Nah ini bisa dilihat dalam waktu singkat visitors kami naik tiga juta, di mana pengguna kami 80 persen itu anak muda yang baca Urbanasia ini. Pembaca kami paling banyak di Jakarta memang, tapi kedua terbesar itu ada di Sumatera dan Kalimantan. Kami baru menggelar media ini dalam waktu dua tahun, 2019 sebelum COVID-19," pungkasnya.

"Jadi semua orang bisa bikin media, semua orang bisa jadi jurnalis, dan semua orang terbuka peluangnya di sini,” tutup Rourry.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait