URtainment

Curhatan Mahasiswa Indonesia di Negara dengan Kasus COVID-19 Terbanyak

Eronika Dwi, Jumat, 3 April 2020 18.07 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Curhatan Mahasiswa Indonesia di Negara dengan Kasus COVID-19 Terbanyak
Image: Instagram/Mehulika Sitepu

New York - Hingga hari ini, Jumat (3/4), Amerika Serikat (AS) menjadi negara dengan jumlah kasus positif virus corona (COVID-19) terbanyak di dunia berjumlah 245,373 kasus dan salah satu epicentrum virus corona di AS adalah Kota New York berjumlah 93,053. Di antara 245,373 kasus ada 6,095 orang meninggal dan 10,403 pasien sembuh.

Tinggal di kota dengan jumlah kasus positif terbanyak virus COVID-19 di AS tentu bukanlah hal yang mudah, seperti yang dirasakan salah seorang Mahasiswa Indonesia di Kota New York (NY).

Mehulika Sitepu, mahasiswa asal Indonesia peraih beasiswa S2 Administrasi Publik di Columbia University, NY, menceritakan pengalamannya yang sering mengalami serangan kecemasan akibat pandemi COVID-19 ini.

"Saya lagi mandi, agak sulit nafas. Itu sampai serangan kecemasan. Sampai langsung keluar kamar mandi buru-buru dan buka jendela selebar mungkin. Parnoan banget bawaannya kalau ada apa-apa," cerita Mehulika yang dikutip dari Youtube, Jumat (3/4).

Mehu lalu bercerita bahwa dirinya sering terbangun subuh karena banyaknya suara sirene (ambulans) yang lewat setiap 10 menit sekali. Hal itu Mehu semakin takut dan selalu berpikir kalau di luar sana sudah sangat berbahaya.

"Dari dalam apartemen itu selalu kedengaran suara sirene (ambulans). Bahkan tiap 10 menit pasti ada suata sirene dan itu sampai tengah malam. Bahkan enggak jarang saya kebangun subuh-subuh dan mau enggak mau ini masuk ke dalam alam bawah sadar ya. Jadi kita mikir 'di luar pasti udah bahaya banget'," lanjut Mehu.

Sebagai anak rantau yang tinggal sendirian di apartemen, menjadi masalah utama Mehu menghadapi pandemi mematikan ini. Dirinya mengaku takut jika terjangkit dan nantinya tidak ada yang bisa merawat. Tidak ada yang bisa memberinya semangat.

Perjuangan ke Supermarket

1585911517-wni-juga.jpg

Selain itu, Mehu juga membagikan pengalamannya saat berbelanja ke supermarket. Dia harus mengenakan pakaian sebagai penutup wajahnya karena sudah tidak lagi memiliki masker.

"Keliatan lebay tapi mau gimana lagi, saya udah enggak ada masker sama sekali. Di sini (NY) udah nyaris mustahil bisa dapet masker," jelasnya.

Di NY sendiri sudah diberlakukan kebijakan lockdown pada 22 Maret 2020 kemarin. Hal itu membuat warganya diwajibkan untuk tinggal di dalam rumah. Warganya hanya boleh keluar untuk melakukan aktivitas penting, seperti beli obat atau kebutuhan sehari-hari. Itupun harus antre dua meter setiap orangnya.

Saling Menguatkan Sesama Mahasiswa Indonesia

1585911610-wniii-juga.jpg

Meski begitu, Mehu tetap berusaha berpikir positif dengan saling menguangkat bersama-sama mahasiswa Indonesia lainnya yang berada di NY. Saling bertanya kabar mengenai kesehatan dan berbagi cerita tentang apa yang sedang mereka rasakan. Dari situ, Mehu lalu yakin untuk bersama-sama bangkit menghadapi pandemi ini.

"Selalu berbagai sama teman Indonesia di sini. Selalu sharing bagaimana update kesehatan mereka. Akhirnya karena tau teman-teman merasakan ketakutan yang sama. Jadi kaya ngerasa 'ok kita ngadepin (virus corona) sama-sama'," tuturnya.

Terakhir, dia juga membagikan saran untuk cobalah menganggap semua orang termasuk diri sendiri sudah kena virus corona. Sehingga membuat diri menjadi lebih waspada.

"Kalau kita menganggap orang lain sudah kena pasti kita enggak mau deket-deket orang itu kan. Itu benar-benar membuat waspada diri sendiri," tutupnya. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait