URnews

Curhatan Para Perantau Asal Jawa Timur yang Galau Mudik saat Pandemi Corona

Nivita Saldyni, Selasa, 31 Maret 2020 16.14 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Curhatan Para Perantau Asal Jawa Timur yang Galau Mudik saat Pandemi Corona
Image: Antara

Surabaya - Pandemi virus corona di Indonesia tak bisa dianggap sepele. Pasalnya virus asal Wuhan, China ini sudah menyebar ke berbagai daerah, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya.

Bahkan, pemerintah pusat dan daerah pun tak bosan-bosannya mengimbau masyarakat, terutama yang berada di daerah terjangkit COVID-19 untuk untuk bekerja, belajar, dan beribadah di rumah aja.

Hal ini pun membuat para perantau, termasuk mereka yang dari Jawa Timur menjadi dilema untuk merayakan momen lebaran bersama keluarga di kampung halaman.

Salah satunya Intan Puspita, salah satu pekerja di Jakarta yang berasal dari Sidoarjo, Jawa Timur.

"Hmmm dilematis sih. Kalau aku kebetulan udah beli tiket buat akhir mei dan sampai saat itu tiba nggak akan mudik juga, sih. Selama aku masih bisa stay at home aku pilih nggak mudik," katanya lewat pesan singkat kepada Urbanasia.

Ia lebih memilih tetap di perantauan daripada harus pulang dan malah khawatir menjadi carrier virus corona di keluarganya.

"Ngeri kalo liat orang rumah kenapa-kenapa. Rasa bersalahnya bakalan gedeeee banget kalo worst case happened," pungkasnya.

Hal sama juga diungkapkan oleh Selma Theofany, salah satu pekerja di Jakarta yang berasal dari Lamongan Jawa Timur.

"Aku lihat kondisi nanti, kalau harus nggak mudik ya mggak. Kalau beresiko mendingan nggak dulu sih. Soalnya itu bisa berdampak ke orang lain juga," kata Selma kepada Urbanasia.

Tapi ternyata nggak semua orang memilih untuk stay di perantauan, ada juga yang pulang kampung lebih awal. Seperti Rizka Harianti, salah satu mahasiswa di Yogyakarta asal Bojonegoro, Jawa Timur.

"Aku mudik (lebih awal) soalnya temen-temen kos pada mudik. Aku selalu ngerasa parno kalo kos sepi, jadi memutuskan untuk mudik," katanya, Selasa (31/3/2020).

Ia yang kini telah tiba di Bojonegoro mengaku tengah mengisolasi diri selama 14 hari, sesuai anjuran RT dan RW setempat.

"Aku khawatir banget sebenernya. Awal aku udah berencana di kos aja, dan bapakku juga nggak mengizinkan aku pulang, pokoknya nurut aturan pemerintah. Tapi karena hampir semuanya temen kos udah pulang duluan, akhirnya aku memutuskan pulang tapi dengan cara yang paling safety yang bisa dilakukan," pungkasnya.

Ia pun mengaku mengikuti protokol kepulangan dari salah satu kampus di Surabaya yang didapat dari salah satu temannya.

Protokol kepulangan itu menunjukkan cara-cara yang harus dilakukan jika mendesak harus pulang ke kampung halaman. Seperti menyemprot seluruh barang di koper dengan disinfektan, jaga jarak selama perjalanan, memeriksakan kesehatan, menyemprotkan disinfektan setiba di rumah dan langsung mencuci baju.

Namun ia mengatakan, jika kondisi aman dan memungkinkan akan lebih baik tetap berada di perantauan dan ikuti anjuran pemerintah.

Apalagi, juru bicara pemerintah untuk penanganan corona Achmad Yurianto menyebut, tak ada jaminan kalau pemudik akan bersih dari virus corona saat pulang kampung.

"Apakah orang itu dari daerah yang banyak kasus, ini juga bukan masalahnya. Jadi tidak ada garansi meski dari daerah yang tidak banyak (pasien) COVID-19 tidak membawa virus ini," kata Yuri di Kantor BNPB, Kamis (26/3/2020) lalu.

Jadi  kita tak akan pernah tau, dimana dan kapan kita akan terinfeksi virus corona ini guys. Bisa aja saat di perjalanan kita menuju kampung halaman, nggak ada yang tau.

Untuk itu, lebih baik kita tetap di rumah dan menerapkan pola-pola pencegahan yang telah dianjurkan dan menjadi arahan dari pemerintah ya. Yuk, stay at home demi kebaikan diri sendiri, keluarga, dan orang-orang tersayang!

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait