URnews

Dosen Unair: Mudik Jadi Implikasi Besar Perputaran Ekonomi

Shelly Lisdya, Senin, 17 Mei 2021 09.06 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Dosen Unair: Mudik Jadi Implikasi Besar Perputaran Ekonomi
Image: Ilustrasi kemacetan saat mudik. (Freepik/puishish)

Jakarta - Eksodus Idul Fitri atau mudik adalah tradisi tahunan selama bulan suci Ramadan di mana orang-orang kembali ke kampung halamannya. 

Namun, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, selama dua tahun terakhir terdapat larangan mudik Lebaran dari pemerintah karena Indonesia belum terbebas dari pandemi COVID-19

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR), Ni Made Sukartini menjelaskan, ada dua esensi Lebaran dan mudik. Pertama, sebagai perayaan hari raya dan momen interaksi sosial bersama keluarga. Kedua, implikasi terhadap kegiatan ekonomi, terutama di pedesaan, sangat tinggi. 

Made pun mengatakan, tradisi mudik sebagai perayaan Idul Fitri memiliki implikasi yang lebih besar dalam konteks ekonomi. Hal ini terkait dengan kegiatan ekonomi dalam berbelanja keperluan kumpul keluarga.

"Tentunya, kegiatan ini akan membawa pengaruh ekonomi yang cukup besar pada kegiatan ekonomi secara keseluruhan,” jelasnya dalam pernyataan resmi.

Menurut Made, meski ada larangan mudik dari pemerintah, hal itu tidak mengurangi nilai ekonomi tradisi eksodus. 

“Saya kira tidak (mengurangi nilai ekonomi, Red). Jika yang sebelumnya kita lakukan secara offline kini bisa dilakukan secara online, maka kegiatan ekonomi juga bisa dilakukan. Kami masih bisa berbelanja di tempat kami sekarang, dan mengirimkannya ke kerabat kami di desa,” jelasnya. 

Kini aktivitas ekonomi telah bergeser dari offline ke online. Di mana orang-orang masih memiliki banyak pilihan untuk berbelanja online. 

Misalnya membeli baju lebaran melalui UMKM yang sudah terlibat dalam penjualan online, dan juga membeli makanan atau kue lebaran secara online dan mengirimkannya ke kerabat. 

Produk pertanian dan UMKM yang ada di desa, lanjut Made, juga bisa dipromosikan secara online. Surplus produksi yang ada di desa dapat ditingkatkan oleh para pemuda desa agar keluarga yang tidak kembali ke kampung halaman tetap dapat menikmati makanan khas desa. 

“Dengan begitu, kegiatan ekonomi baik di kota maupun di desa tetap bisa berjalan meski tidak secepat dan secepat kondisi normal,” pungkasnya. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait