URedu

Dari Skill sampai Tech Savvy, Ini Loh 4 Modal Sukses Digital Nomad

Ika Virginaputri, Senin, 31 Januari 2022 22.03 | Waktu baca 6 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Dari Skill sampai Tech Savvy, Ini Loh 4 Modal Sukses Digital Nomad
Image: Digital Nomad (ilustrasi: Shutterstock)

Prinsip kerja keras yang dulu digaungkan generasi baby boomers dan generasi X kini sudah bergeser jadi kerja cerdas yang digagas para milenial sejak booming internet. Buat jadi sukses nggak harus selalu berangkat pagi ke kantor dan pulang malam. Buka laptop di pinggir pantai atau sambil piknik di taman kota pun bisa jadi karier yang menjanjikan. Tapi apakah artinya jadi nggak bisa dapat promosi jabatan dan kenaikan gaji?

Risiko Anywhere-Anytime

Bekerja sambil traveling alias digital nomad banyak dipilih milenial dan Gen Z yang jenuh dengan rutinitas berkantor. Jatah libur yang cuma dua hari saat weekend dirasa nggak cukup untuk melakukan hal-hal lain yang sifatnya menyenangkan diri. Contohnya Agnes Friska Cyntia dan Dada Sabra Sathilla. Sebelum memulai work from anywhere (WFA) ala digital nomad, keduanya mengaku sudah cukup 'kenyang' bertahun-tahun malang melintang di dunia korporat. Demi keleluasaan waktu, akhirnya mereka berdua memutuskan resign dari kantor dan kerja sambil jalan-jalan. Melepas berbagai jaminan dan kepastian yang biasa didapat dari kantor, tentu bukan perkara ringan. Butuh pemikiran panjang dan persiapan matang sebelum memberanikan diri menghadapi tantangan kerja mandiri. 

Nah, poin itulah yang ingin ditegaskan oleh Vina Andhiani Muliana Omar, seorang profesional karier yang saat ini bekerja di sebuah BUMN (Badan Usaha Milik Negara) bidang pertambangan sekaligus content creator yang sering bagi-bagi tips seputar kerja. Dengan followers lebih dari 3,8 juta, akun Vina sempat memenangkan challenge konten edukasi terbaik yang diadakan TikTok Indonesia, Oktober 2021 lalu. Kepada Urbanasia, Vina mengingatkan bahwa asumsi jadi digital nomad yang dianggap bisa kerja santai ternyata nggak sepenuhnya benar, loh. Berbeda dengan kerja kantoran yang semua jabatan dan job desc-nya jelas, berkarier sebagai digital nomad butuh komitmen tinggi. Bahkan Vina berpendapat, work from anywhere bisa jadi berkah sekaligus ‘kutukan’.

"Jadi plus-minusnya begini, plusnya adalah we can work from anywhere, everywhere, every time. Minusnya juga sama," ungkap Vina kepada Urbanasia. "Jadi menurut aku tuh bekerja dari mana saja dan kapan saja bisa jadi plus dan bisa jadi minus. Menurut saya sih itu risiko yang harus ditanggung digital nomad ya," lanjut juara I pemilihan Abang-None Jakarta tahun 2014 ini. 

1643641166-Vina-Muliana.jpgVina Andhiani Muliana Omar (Foto: Dok pribadi)

Urbanreaders yang sekarang berstatus freelancer pasti kebayang kan, maksud pernyataan Vina tersebut? Saat kita pikir deadline sudah selesai dan siap istirahat, bukan hal yang mengejutkan tiba-tiba klien menghubungi untuk meminta kita melakukan kerjaan tambahan ini-itu. Makanya, Vina juga lantas menambahkan bahwa risiko digital nomad lainnya bersumber dari pekerjaan mereka yang kebanyakan based on project. Nggak jarang mereka menemui banyak kendala, utamanya dalam proses penyesuaian dengan kebutuhan klien. Proses penyesuaian ini, menurut Vina, jarang yang berjalan mulus. Mau nggak mau, digital nomad sebagai pekerja lah yang harus menyesuaikan diri.

"Kadangkala ada penyesuaian macem-macem lah. Nah, justru hal-hal itu yang mau nggak mau dia harus sesuaikan, karena dia nggak punya bargaining point. Kalo misalnya sama perusahaan, dia kan punya bargaining point misalnya 'wah gue nggak punya resources atau nggak punya apa' mungkin dia bisa seperti itu. Tapi ketika dia jadi digital nomad kan nggak bisa," jelas Vina.

Meski bekerja sebagai digital nomad punya tantangan tersendiri, gaya hidup ini tetap menarik buat banyak orang. Kalau kamu tertarik mencobanya, setidaknya ada empat modal utama yang mesti kamu miliki untuk menjadi digital nomad yang sukses. Apa aja tuh?

1. Modal Skill

Menurut Vina, nggak masalah kerja lepas nggak punya kantor jika kita tahu betul kemampuan dan keahlian kita. Karenanya, fokuskan komitmen di bidang yang kita kuasai itu.

"Jadi jika memang kita sudah memutuskan jadi seorang digital nomad, kita udah harus tahu tuh kita mau fokus di bidang apa dan apa kompetensi kita," ujar Vina.

2. Tech Savvy

Judulnya aja 'digital nomad'. Sudah pasti kita dituntut mahir menggunakan perangkat teknologi ya, Guys? Nah, Vina berpendapat pengetahuan teknologi seorang digital nomad harus lebih mumpuni dibanding hanya sekadar mengoperasikan software standard.

"Seorang digital nomad harus tech savvy. Jadi dia bisa memaksimalkan teknologi. Bukan hanya teknologi-teknologi standard, tapi juga harus punya tools yang mengatur produktivitasnya sendiri. Dan bisa memiliki tools yang membantu dia mencari klien, karena sebenarnya pendapatan dia kan dari klien," lanjut Vina.

3. Portofolio Kerja

Yang satu ini menurut Vina bakal membantu banget mendongkrak kredibilitas dan image positif seorang digital nomad. Selain untuk dokumentasi, portofolio ampuh juga loh Guys, untuk menarik klien lebih banyak supaya makin cuan.

"Seorang digital nomad juga perlu mengumpulkan portofolio dari apa yang sudah dia kerjakan sebelumnya," Vina memberi saran. "Misalnya penulis lepas. Kalo dia ingin mempertegas pengalaman yang sudah dia lakukan sebagai seorang freelance writer, nah dia juga harus punya portofolio untuk bisa membangun image-nya. Untuk nantinya bisa diberikan ke klien dan klien bisa mengerti kompetensi yang dia miliki," lanjutnya.

4. Soft Skill

Saat menjelaskan modal digital nomad yang terakhir ini, Vina menekankan poin inilah yang terpenting. Vina mencontohkan skill membagi waktu dengan baik agar bisa menciptakan work-life balance, sekaligus kerja secara efektif dan efisien namun tetap produktif.

"Satu lagi yang paling penting menurut aku adalah soft skill. Digital nomad harus bisa membatasi kapan dia harus fokus bekerja secara full dan kapan harus istirahat. Jadi, dia harus punya kemampuan time management yang baik. Bukan hanya untuk work-life balance, ya? Jadi dia harus bisa produktif, efektif dan efisien dalam bekerja, dan bisa memaksimalkan waktu sebaik mungkin dalam mengerjakan project-projectnya," papar alumni Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran ini.

Networking dan Upgrade Diri

Buat pegawai kantoran, pasti sudah biasa dikirim bos untuk ikut program training atau kelas pelatihan supaya potensi diri meningkat. Istilahnya, upgrade skill. Tapi buat digital nomad, hal itu bisa jadi ‘barang langka’ karena waktu yang mereka punya biasanya hanya untuk menyelesaikan pekerjaan. Karena itu, Vina menilai ada baiknya jika digital nomad mengalokasikan waktu khusus untuk upgrade skill secara mandiri. Dengan begitu, kamu termotivasi untuk tetap kompetitif di bidang kerjaan yang kamu tekuni. Salah satu cara gampangnya menurut Vina adalah bergabung dengan komunitas satu profesi.

"Yang pertama, gabung dengan komunitas. Dengan komunitas itu dia akan selalu ter-update dengan kondisi profesional sekarang," papar Vina. "At least di bidangnya masing-masing. Misalnya dia freelance writer, bergabunglah dengan komunitas writer. Misalnya dia designer, gabunglah dengan komunitas designer. At least sebagai pintu, jendela dan telinga dia untuk mengerti, sebenernya sekarang perkembangannya seperti apa," katanya lagi.

Selain untuk meningkatkan skill set, gabung dengan komunitas juga oke banget loh Guys, untuk networking. Itu juga yang dilakukan Agnes untuk mengembangkan bisnisnya sebagai digital nomad. Menurut Agnes, networking adalah kunci pengembangan kariernya sebagai konsultan dan pemilik bisnis digital marketing.

"Networking itu kunci banget sebenenrya. Dari kuliah dulu aku biasain diri untuk networking sama siapa pun. Banyak juga dari klien-klien aku yang satisfied. Ambil satu project, satisfied, ternyata either dia ambil project lain atau dia refer ke orang lain. Jadi, networking is the key," Agnes berkisah.

Selain itu, Agnes juga menekankan pentingnya berbaur dengan warga lokal di tempat tujuan. Selain bisa membantu kita mengeksplorasi lingkungan sekitar, Agnes merasa akan lebih nyaman tinggal di suatu wilayah jika dia bisa ikut merasakan kehidupan penduduk aslinya. Pengalaman networking Agnes dan interaksinya dengan warga lokal juga serupa dengan yang dialami Dada Sabra Shatilla yang mengaku menjadi digital nomad karena memang terinspirasi dari teman-temannya di komunitas traveler. Keuntungan lain yang didapat Dada dari networking dengan warga lokal adalah pekerjaan sampingan yang tentunya memberinya penghasilan tambahan.

"Ini lebih banyak benefitnya, nggak cuma as digital nomad tapi traveling in general gitu," ujar Dada. "Karena kita jadi adaptif gitu ya, bisa beradaptasi ke lingkungan baru. Terus kreativitasnya jadi berkembang pesat. Mungkin analoginya kayak main game kali, ya? Orang main game kelihatannya main aja, tapi sebenarnya kan banyak benefitnya. Gimana caranya problem-solving secara cepat. Nah, itu saya banyak nemuin sih ketika di luar negeri. Gimana caranya bisa klik sama orang lokal karena saya perlu kerja sama dia," imbuh Dada.

Poin terakhir soal komunitas dan interaksi dengan penduduk asli di tempat tujuan, seringkali lepas dari pemikiran kita. Padahal, ternyata penting juga tuh dilakukan oleh digital nomad. Selain bisa nambah kenalan baru, bisa juga nambah ilmu baru atau bahkan kerjaan baru. Seru banget ya, Guys? Nah, sudah mantap jadi digital nomad atau mau tetap kerja kantoran aja?

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait