Lintang Academy: Sekolah IT Gratis di Lereng Gunung Slamet

Banyumas - Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi, akses terhadap pendidikan digital masih menjadi tantangan bagi banyak masyarakat, terutama di daerah pelosok Indonesia. Namun, di lereng Gunung Slamet, Jawa Tengah, sebuah inisiatif luar biasa tengah berjalan — Lintang Academy, sebuah sekolah IT gratis yang hadir untuk mengatasi kesenjangan tersebut.
Berlokasi di kawasan lereng Gunung Slamet, sekolah ini didirikan oleh komunitas praktisi industri dan relawan dari berbagai bidang IT di seluruh Indonesia. Tujuan utamanya adalah memberikan akses pendidikan teknologi yang berkualitas tanpa dipungut biaya, terutama bagi pelajar dan pemuda dari latar belakang ekonomi menengah ke bawah.
Selastio Fadli merupakan sosok kunci di belakang berdirinya Lintang Academy. Ia memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun dalam pengembangan perangkat lunak dan pemberdayaan digital. Saat ini, ia aktif sebagai pendiri dan pembina Lintang Academy, bootcamp IT gratis yang berlokasi di Baturaden, Banyumas, dengan misi membekali generasi muda dari desa-desa dengan keterampilan *full stack web development* dan dasar komputer.
“Semua ini berawal dari keresahan saya dan teman-teman, dimana kita yang merupakan bangsa besar, selama ini hanya sebagai pengguna di bidang IT, baik tik-tok, IG hingga WhatsApp. Padahal banyak dari anak-anak muda kita merupakan generasi yang cerdas, namun belum mendapatkan kesempatan,” ujar Selastio Fadli pendiri Lintang Academy saat ditemui awak media di Baturraden, Kabupaten Banyumas, Senin (30/6).
Fadli melanjutkan visi Lintang Academy adalah menciptakan generasi muda yang *digital-ready*, mampu bersaing di dunia kerja global, dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan solusi teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat lokal maupun di dunia kerja nantinya.
Lintang Academy menyediakan berbagai program pelatihan, antara lain:
- Dasar UX/UI Design - memahami perbedaan user experience dan user interface
- Menjadi Developer Handal - full stack web & mobile (front end, back end, API dan database)
- Menguasai Cloud Computing & Dev Ops - sebagai infrastruktur masa depan IT
Selain itu, peserta juga diberikan pembekalan mengenai etika digital, hak cipta, dan keamanan data — yang sangat penting dalam era digital saat ini. Tak hanya itu Lintang Academy bakal memiliki kurikulum bidang *Virtual Assistance* yang pasti banyak dibutuhkan Indonesia dalam membangun Gig ekonomi.
Selain Fadli tiga pendiri Lintang Academy lainnya, yaitu **Michelle Ayu** dan **Satrio Herlambang.** Michelle merupakan seorang profesional pemasaran dengan pengalaman lebih dari 11 tahun. Saat ini, ia menjabat sebagai Chief Marketing Officer (CMO) di Rascloud, sebuah perusahaan teknologi yang berfokus pada solusi cloud dan transformasi digital.
Sementara Satrio adalah seorang profesional di bidang digital product & design dengan pengalaman lebih dari 10 tahun dalam merancang, mengembangkan, dan memimpin produk digital di berbagai industri. Ia telah bekerja di berbagai perusahaan, mulai dari digital agency, stasiun televisi, media online, hingga berbagai perusahaan teknologi, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Selain kedua praktisi tersebut, **Fajar Widi** seorang praktisi teknologi komunikasi dengan pengalaman 15 tahun di berbagai industri *corporate* dan *startup* juga merupakan sosok penting di balik Lintang Academy. Dalam sebuah wawancara eksklusif, Fajar Widi yang saat ini hadir sebagai *co-founder* Lintang Academy dan sebagai *tech advocate* memiliki beberapa pandangan yang cukup menarik.
Sumber: Istimewa
Pendidikan Vokasi Adalah Kunci
“Kita memasuki era dunia pendidikan di mana gelar tidak menjamin kompetensi dan kelulusan tidak menjamin kesiapan bekerja. Ini adalah hal-hal mendasar yang harus segera disadari di dalam dunia pendidikan kita saat ini, ujar Fajar Widi kepada awak media saat pembukaan Lintang Academy.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Fajar Widi, Indonesia saat ini memang mengalami penurunan lowongan kerja formal di bidang ICT (Information Communication Technology), sementara jumlah lulusan S1 angkatan baru semakin naik. Artinya ini menimbulkan efek angka pengangguran ICT yang cukup besar. Ironisnya Indonesia memiliki jumlah wirausaha mapan yang masih sangat kecil yakni 3.35% —data BPS , red.
Dijelaskan lanjut bahwa pendidikan vokasi adalah kunci dari permasalahan ini. Lintang Academy yang muncul di lerang Gunung Slamet merupakan sebuah representasi solusi bagi pengangguran di Indonesia. Menurut pengamatan kami, lulusan Lintang bisa menjadi enabler bagi para wirausaha lokal di Baturraden yang masih belum memanfaatkan teknologi secara optimal.
“Dari perspektif praktisi industri terkadang tidak mudah mencari orang lulusan S1 Sistem Informasi yang siap kerja. Jujur saja berapa banyak kanan kiri kita yang belajar *computer science* yang membuat produk sendiri (bukan menjadi pengguna). Jadi kenapa kita tidak mencoba memberdayakan talenta lokal mulai dari literasi hingga pembekalan skill dasar.
Sumber: Istimewa
“Artinya dibutuhkan sebuah lembaga pendidikan non-formal yang bisa membetulkan kerangka berpikir, membangun etos kerja, sehingga pada akhirnya industri yang membutuhkan serapan tenaga kerja bisa di-*supply* dari tenaga kerja yang lebih siap, tutup Fajar Widi.
Dalam kesempatan ini Fajar Widi juga menjelaskan bahwa Lintang Academy membuka kesempatan kerjasama seluas-luasnya bagi para mitra principal software/ hardware, lembaga pendidikan formal, korporasi yang berfokus ke pendidikan, hingga komunitas-komunitas teknologi yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.