URedu

Resah Karena Asap Karhutla, Mahasiswa ITS Ciptakan Masker CO2 Free Air Device

Nivita Saldyni, Selasa, 5 November 2019 09.08 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Resah Karena Asap Karhutla, Mahasiswa ITS Ciptakan Masker CO2 Free Air Device
Image: (Humas ITS)

Surabaya - Asap kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan dan Sumatera beberapa waktu lalu telah menjadi kekhawatiran bagi Indonesia.

Pasalnya tahun ini dua daerah tersebut selalu menjadi bulan-bulanan bencana kebakaran hutan.

Asap yang tak kunjung menghilang pasca kebakaran selalu menjadi momok bagi warga di Kalimantan dan Sumatera. Bagaimana tidak? Seluruh makhluk hidup turut menjadi korban dari ulah manusia tak bertanggung jawab ini.

Alhasil bencana yang tak hanya sekali dua kali terjadi ini pun tak luput dari perhatian dunia. Beragam solusi coba ditawarkan, seperti yang dilakukan lima mahasiswa ITS berikut.

Baca Juga: Bantu Pemadam Kebakaran Hutan di Kalimantan, Awkarin Marah

Mereka adalah Ferdi Saepulah, Filo Sofia Kamila Mukmin, Ahmad Imam Fatoni, Hafiz Salam, dan Naufal Allam Gani Atmojo.

Keprihatinan mereka terhadap asap kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera telah menghasilkan sebuah karya solutif dan inovatif yang diberi nama CO2 Free Air Device (CFD).

CFD merupakan masker yang bisa mengatasi masalah kesehatan akibat asap kebakaran hutan.

Berbeda dengan masker-masker di pasaran, CFD mampu menurunkan kandungan zat CO2 dengan menggunakan prinsip pengontakan udara kotor dengan larutan kapur.

Dengan CFD, kalsium (Ca) akan mengikat dengan CO2 menjadi endapan kalsium karbonat (CaCO3) sehingga kadar CO2 bisa menurun.

"Alat CFD ini efektif menurunkan CO2 hingga 38 persen (satuan ppm)," kata Ferdi.

Menariknya lagi, CFD juga diakui cukup terjangkau dan efektif. Ini dia kelebihan utama CFD karya mereka, low cost with high efficiency.

Alat ini dibuat dengan mengutamakan pembersihan CO2 dari udara dengan teknik yang bisa dilakukan pada seluruh kondisi.

"Hal ini menuntut agar mudah diproduksi, mudah dipahami teknik penggunaannya, dan bahan dasar mudah ditemukan," imbuhnya.

Dengan persiapan yang terbilang cukup singkat selama satu setengah bulan, tim ini berhasil membawa CFD lolos ke ajang International Invention and Innovative Competition (INIIC) Series 2 2019 di Palace of The Golden Horses, Selangor, Malaysia, Sabtu (2/11) lalu.

Baca Juga: Ada 12 Titik Kebakaran Hutan di Jawa Timur dalam Sebulan, di Mana Saja?

Pada kompetisi tersebut, tim binaan dosen Teknik Kimia ITS, Setiyo Gunawan dan Fadlilatul Taufani ini meraih penghargaan perunggu untuk kategori University dengan subtema Science, Engineering, and Technology.

Saat ini, CFD sedang ditargetkan untuk mendapatkan hak paten dari alat dan membuat jurnal ilmiah yang akan dipublikasikan. Wow, keren ya guys!(*)

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait