Wow! SMP di Malang Ini Jadi Juara Kompetisi se-Asia Pasifik di Australia

Malang – Prestasi gemilang kembali diraih oleh anak muda Malang, guys. Mereka adalah siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Permata Jingga (PJ) Global School.
Siswa-siswi ini sukses meraih juara kedua dalam kategori Action for Youth Junior Level dalam ajang Global Youth Summit Melbourne 2020 setelah melawan delegasi dari sepuluh negara, seperti Filipina, Cina, Vietnam, Mongolia, Australia, India, Kamboja, Bangladesh, Nepal, dan Korea Selatan.
Keenam siswa-siswi ini adalah Kinanti Diah Prameswari, Shalih Cantara Abyan, Muhammad Kensya Kussyahputra Hidayatullah, Azkadhi Putra Wibowo, Andini Safa Aulia Difitri, dan Sulthan Athallah Mariono.
Kompetisi yang diselenggarakan di Melbourne, Australia pada 17 hingga 22 Januari lalu ini diikuti oleh negara-negara di wilayah Asia Pasifik. Ada Australia, Indonesia, Bangladesh, Nepal, India, Kamboja, Vietnam, Philipina, Mongolia, China, dan Korea Selatan.
Baca juga: Wow, Australia Tawarkan Kuliah Pascasarjana Gratis Lewat Beasiswa Ini
Agenda yang digagas oleh Hemispheres Foundation ini mengusung tema "Zero Waste”. Oleh karenanya, tim ini mengajukan sebuah karya tulis yang merujuk pada proses pembuatan biogas di Kampung “Tempe” Sanan Kelurahan Purwantoro, Kota Malang, sebagai obyek penelitian. Topik ini masuk kategori “Zero Waste Industrial House System”.
Kampung Sanan sendiri merupakan area industri tempe terbesar di Kota Malang. Di dalamnya ada usaha mikro hingga skala besar. Di sisi lain mereka juga memiliki ternak sapi berjumlah ribuan.
Dengan begitu, limbah industri tempe dan peternakan ini begitu melimpah. Sehingga muncullah pemanfaatan limbah ini menjadi energi yang berguna yakni biogas.
Sebelum mempresentasikannya di Australia, tim ini lebih dulu melakukan observasi di Kampung Sanan. Mereka dibimbing oleh para guru SMP PJ Global School seperti Yudatomo Tri Nugroho, Yusuf KB Ono Putro, Hunggul Putro Santoso, Yoel Rudy Setiawan dan Qibthiyah Savitri.
Baca juga: Yuk, Daftar! UIN Malang Tawarkan Beasiswa Khusus Hafidz yang Berprestasi
Serta pakar ternak sapi, Dr. Kuswati dan Dr. Tri Eko Susilorini yang juga merupakan dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Setelahnya, tim ini kemudian membuat maket yang merepresentasikan proses pengolahan limbah temped an ternak menjadi biogas. Maket ini juga dibawa ke Australia sebagai pendukung presentasi di depan juri.
“Ini suatu maket yang bisa menjelaskan bagaimana biogas ini bekerja. Seperti misalkan rumah yang membuat tempe, kemudian kan ada limbah. Nah limbah ini diberikkan sapi untuk dimakan sapi. Kotoran sapi ini yang akhirnya diolah menjadi biogas. Limbah tempenya dimakan sapi. Sapinya menghasilkan biogas dan biogasnya digunakan lagi untuk pembuat tempe dan juga lampu. Intinya sih enggak boleh ada sampah yang tersisa,” kata Kinanti Diah Prameswari, salah satu anggota tim ini.
Selain berkompetisi, para siswa-siswi ini juga mengikuti kegiatan lain seperti model United Nations session, key industry speaker seminars, intercultural networking dengan delegasi dari 15 negara, creative workshops dan lainnya.
Baca juga: USBN Dihapus, Sekolah Harus Bikin Soal Ujian Sendiri-sendiri
Menurut Qibthiyah Savitri, salah satu guru pendamping tim ini, sekolahnya merupakan satu-satunya perwakilan dari Jawa Timur. Dari Indonesia, ia berangkat bersama dengan beberapa sekolah dari Jakarta dan Bogor.
Selain juara, hal lain yang lebih penting, menurut Qibthiyah adalah siswa bisa belajar bagaimana bertemu dengan orang.
“Selain itu juga social networking, dapat pengalaman yang lain. Di sana kita juga belajar bagaimana menghargai alam sebetulnya,” tandasnya.