Yuk, Kenalan Sama 5 Spesies Baru yang Ditemukan di Indonesia Tahun Ini

Jakarta - Sepanjang tahun 2019, banyak ditemukan aneka satwa dengan spesies baru yang cukup unik. Saking uniknya, penampakannya sangat berbeda dengan spesies yang sudah ada.
Dari puluhan spesies baru yang ditemukan oleh para ilmuan di seluruh pelosok dunia, 5 di antaranya ditemukan di Indonesia lho, guys.
Penasaran apa saja guys? Yuk, kenalan sama mereka.
Baca Juga: Heboh Penemuan Ikan Pari Raksasa di Sungai Ogan Sumsel, Hewan Dilindungi?
1. Lele-lelean dari Sungai Mahakam
Spesies baru ikan air tawar berjenis lele di Hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur ini ditemukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Ikan yang memiliki nama latin Leiocassis rudicula ini ditemukan dari kolaborasi penelitian mendiang Renny Kurnia Hadiaty, peneliti pusat penelitian Biologi LIPI, dan Ng Hoek Hee dari Natural History Museum Singapura.
Leiocassis rudicula sendiri merupakan jenis ikan lele-lelean anggota ketujuh genus Leiocassis dari family Bagridae. Habitatnya hidup di sungai berarus deras dan jernih dengan substrat pasir atau kerikil.
Untuk ciri-ciri fisik, ikan ini memiliki bagian kepala dan badan terkompresi adanya cekungan di atas mata, selain itu bagian punggungnya hampir merata, dan seluruh bagian tubuh berwarna kuning kecokelatan dengan ukuran 43,8 – 118 mm.
2. Katak tanduk Kalimantan
Katak dengan nama latin Megophrys kalimantanensis ini merupakan jenis katak yang baru saja dideskripsikan oleh tim peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kyoto University, Jepang, Aichi University of Education, Jepang, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Negeri Semarang.
Jenis baru ini dikoleksi dari ekspedisi yang dilakukan di pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, juga di Bario, Sarawak dan pegunungan Crocker di Sabah, Malaysia. Penemuan jenis baru ini dipublikasikan di jurnal Zootaxa vol. 4679.
Ciri morfologi katak tanduk Kalimantan ini sangat mirip dengan katak tanduk pinokio (Megophrys nasuta) yang tersebar luas mulai dari Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaya serta pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Spesimen pertama dari jenis baru ini sebetulnya sudah dikoleksi pada tahun 2008 oleh peneliti senior Pusat Penelitian Biologi LIPI, Irvan Sidik namun dengan nama katak tanduk pinokio.
Baca Juga: Berkenalan dengan Dunkleosteus, Hewan Laut Dalam Zaman Purba
3. Dua spesies burung baru di kepulauan Wakatobi
Dua spesies burung baru di kepulauan Wakatobi, Sulawesi ditemukan oleh ahli zoologi dari Trinity College Dublin bekerja sama dengan Universias Halu Oleo (UHO) dan Operasi Wallacea.
Penjelasan mengenai burung yang dinamai mata putih Wakatobi dan mata putih Wangi-wangi ini telah dipaparkan dalam jurnal Zoologi Linnean Society yang terbit Rabu, 24 April 2019.
4. Kumbang Yoda di Sulawesi
Kumbang kecil yang ditemukan di hutan tropis terpencil ini sepertinya tidak diperhatikan selama puluhan tahun.
Para ilmuwan menamakan mahluk ini berdasarkan karakter Star Wars dan Asterix, termasuk Yoda, kumbang hijau mengkilat, dan Obelix, spesimen yang agak bulat.
Yang lainnya diambilkan dari nama ilmuwan, termasuk Charles Darwin, dan perintis DNA, Francis Crick dan James Watson.
Panjang kumbang hanyalah beberapa milimeter. Hanya satu anggota kelompok serangga ini yang pernah ditemukan sebelumnya di Sulawesi, pada tahun 1885.
Para peneliti mengatakan terdapat lebih banyak kumbang di daratan Sulawesi. Penelitian masih belum selesai dan kemungkinan masih akan ditemukan spesies lebih banyak lagi.
Baca Juga: Geotag Instagram dapat Mengancam Keberadaan Hewan di Alam Liar
5. 16 keong spesies baru di Jawa
Seorang peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ayu Savitri Nurinsiyah berhasil menemukan 16 spesies baru keong darat di Pulau Jawa.
Laporan mengenai penemuan tersebut telah dipublikasikan di European Journal of Taxonomy edisi Mei 2019 dengan judul “Revision of the land snail genus Landouria Godwin-Austen, 1918 (Gastropoda, Camaenidae) from Java“.
Ayu menyusunnya bersama Marco Neiber dan Bernhard Hausdorf, peneliti dari Centrum für Naturkunde, Universität Hamburg, Jerman.
Ketiganya melakukan penelitian berdasarkan investigasi terhadap keong bergenus Landouria dari hasil koleksi langsung di Jawa maupun yang tersimpan di berbagai museum dunia seperti Natural History Museum of London (Inggris), Naturalis Biodiversity Center (Belanda), Senckenberg Museum of Frankfurt (Jerman), Zoological Museum of the University of Hamburg (Jerman), dan Museum Zoologicum Bogoriense (Indonesia).(*)
