Calo Tiket Konser, Antara Dicaci dan Dicari

Sejak masih kuliah, aku paling suka nonton konser musik. Tapi, tahu sendiri lah seberapa sih kantong mahasiswa? Untungnya, aku punya banyak kenalan senior yang bekerja di media. Mereka cukup sering dapat tiket konser buat liputan. Nah, aku suka ‘nodongin’ mereka tuh kalau ada kelebihan tiket. Lumayan kan bisa nonton konser gratis?
Lama-lama, aku tuh jadi kepikiran “Gimana ya caranya bisa nonton konser gratis terus?” Lalu, hal pertama yang terlintas di pikiranku adalah bekerja di media, mengikuti jejak para seniorku. Kalau aku kerja di media, pastinya ada lebih banyak kesempatan liputan konser musik, di mana aku bisa masuk secara gratis. Jadinya, bisa kerja sambil healing juga.
Aku pun mulai melebarkan sayap dengan membangun event organizer kecil-kecilan dan aktif menjalin kerja sama dengan promotor-promotor besar seperti Ismaya, Berlian, dan juga Big Daddy. Nggak kebayang senengnya waktu Big Daddy bikin konser Linkin Park. Aku bisa megang tiket sampai 30 lembar, yang harganya bisa mencapai Rp 6 juta per tiket. Awalnya, aku bagi-bagiin aja tiket itu ke teman, pacar, dan saudara. Tapi, sisa tiketnya masih lumayan banyak, sekitar 10an tiket. Nah, aku mulai bingung, mau diapain nih tiket?
Ternyata, ada juga yang mau beli tiket dari aku, loh. Aku terus kepikiran, “Ini kan bisa jadi duit ya?”. Akhirnya, aku jadi ketagihan deh ngebisnisin tiket kayak gitu.
Itu tadi sekelumit kisah Agus yang pernah menjajal usaha sampingan di tahun 2010 lalu, sebagai calo tiket konser. Berkat keuletan dan kesempatan yang dia dapatkan, bisnis sampingan Agus ini bahkan sudah membuahkan hasil yang cukup membanggakan, yaitu sebuah mobil.
Namun Agus mengaku nggak mudah tergiur dengan keuntungan yang bisa dia dapatkan. Ia bahkan cenderung berhati-hati dalam mematok harga barang dagangannya. Meski di luaran sana banyak yang menjual tiket dengan harga nggak masuk akal, Agus tetap konsisten pada margin keuntungan 30-40%. Alasannya, selain agar pelanggannya tetap setia, Agus juga nggak mau ‘merusak’ harga pasar.
“Jualnya nggak gila banget sih. Nggak sampe 2 kali lipat kok, nggak! Kadang margin 30-40%,” kata Agus soal kisaran harga tiketnya.
Dengan puluhan tiket di tangan untuk 3-4 kali konser setiap bulannya, Agus pun mulai membuat website khusus untuk menjual kelebihan tiket yang ia dapat dari promotor. Namun, tiket yang didapatkannya nggak hanya dari promotor, melainkan juga dari pihak lain seperti orang yang batal nonton, hingga dari rekan-rekan seprofesi di kantor lain.
“Waktu itu, ada konser tapi mediaku nggak jadi media partner. Harga tiketnya Rp 15 juta,” kenang Agus, merujuk pada konser pianis senior dari luar negeri. “Ya gue cari lah blesak-blesek. Kebetulan orang promonya masih temen-temen juga. Akhirnya jual di situsku. Yang beli banyaaak, banyak banget!" imbuh cowok yang juga pernah jadi manajer artis ini.
Jual Santai
Tanpa harga tinggi pun, bisnis tiket konser diakui Agus sudah sangat prospektif. Selama ini, Agus juga nggak pernah menemui masalah atau mengalami kerugian. Bahkan saat ia harus mengeluarkan modal sendiri namun tiketnya tidak terjual habis, Agus nggak merasa rugi karena tiket yang ia dapatkan selalu dengan harga diskon.
“Misalnya aku modal 10 tiket nih, jual 5-6 tiket sebulan sebelum konser itu udah balik modal,” Agus menjelaskan. “Aku bisa dapet dari harga yang memang udah diskon atau kayak yang gratisan. Dijualnya nothing to lose aja,” tambah Agus.
Lebih Praktis
Dari cerita Agus, kita jadi tahu ya Guys, nggak sedikit penikmat konser yang membeli tiket bukan dari jalur resmi. Salah satunya, Aris. Kepada Urbanasia, Aris mengungkapkan sederet alasan lebih memilih beli tiket konser via calo. Yang pertama karena lebih praktis dibanding harus ‘war’ tiket.
“Lebih praktis aja karena kalo beli online kan harus rebutan, harus jadi member lah, harus pakai data diri segala macem,” kata Aris saat berbincang dengan Urbanasia.
Alasan lain adalah karena ia nggak pernah merencanakan jadwal nonton konser dari jauh-jauh hari. Aris mengaku ia lebih sering menonton konser secara dadakan. Maka, beli tiket on the spot via calo di venue konser jadi pilihannya. Ia menambahkan terkadang tiket calo justru lebih murah dari harga resmi. Contohnya, waktu ia menonton band Brit Pop Keane di tahun 2012. Datang secara spontan ke Tennis Indoor Senayan sebelum konser dimulai, tiket asli Rp 800 ribu bisa dia tawar hingga nyaris setengah harga.
“Daripada rugi udah beli jauh-jauh hari tapi nggak bisa dateng, mendingan beli on the spot. Kalo pinter nawar malah lebih murah,” imbuh cowok wiraswasta yang berbisnis sneakers ini.
Anti Calo Club
Karena berbagai alasan tersebut, jasa calo tiket memang sepertinya akan terus diminati ya, Guys? Padahal nggak sedikit juga masalah yang ditimbulkan layanan calo ini. Mulai dari penipuan hingga tiket palsu yang bikin promotor jadi target amukan fans. Itulah kenapa Nana ogah beli tiket lewat calo.
“Untuk urusan apapun dari dulu gue anti calo sih,” ujar Nana kepada Urbanasia. “Karena tiket konser kan nggak murah. Gue takut dibohongin,” tambah cewek berhijab ini.
Nana beruntung selama ini belum pernah kehabisan tiket konser idolanya. Namun ia berprinsip, kalah ‘war’ tiket dan kehilangan kesempatan nonton idola, bukanlah alasan tepat untuk beli tiket via calo. Nana beranggapan membeli lewat jalur resmi tetap lebih aman dan bikin kita terhindar dari masalah yang mungkin terjadi di kemudian hari.
“Kalo gue milih nggak usah nonton ya daripada kena masalah,” pungkas Nana.