Kisah Simon Leviev yang Ngaku Crazy Rich Israel, Ternyata Penipu di Tinder
Jakarta - Nama Simon Leviev mendadak jadi perbincangan di dunia maya, seiring munculnya film dokumenter true-crime besutan Netflix bertajuk ‘The Tinder Swindler’ yang tayang pada 2 Februari 2022.
Film ‘The Tinder Swindler’ mengisahkan sejumlah korban penipuan dari seorang pria yang mereka kenal melalui aplikasi kencan.
Film yang diangkat dari kisah nyata ini dialami sejumlah perempuan di Norwegia, ketika mereka menjadi korban penipuan seorang pria yang dikenal sebagai Simon Leviev.
Laki-laki berusia 31 tahun itu mengaku dirinya adalah ‘Crazy Rich Israel’ yang telah menipu dan memanipulasi perempuan-perempuan Eropa.
Simon akan mencari korban seorang wanita di Tinder lalu membuat mereka terpesona dengan hal-hal mewah seperti naik jet pribadi, ngebut dengan Ferrari, bersantai di kapal pesiar, mengisap cerutu sambil minum sampanye mahal, dan berpakaian necis.
Melansir Insider pada Jumat (4/2/2022), profil dari Simon diperkuat dengan statusnya sebagai CEO LLD Diamonds, perusahaan pemasok berlian. Dia mengaku sebagai anak miliarder keturunan Rusia-Israel.
Profil Tinder Simon juga terkoneksi dengan akun Instagram pribadi yang akan membuat para perempuan memutuskan swipe right, dan tentu mereka semakin terkesima dan berpikir bahwa mereka telah berjodoh dengan Christian Grey dalam kehidupan nyata.
Namun lewat film ‘The Tinder Swindler’, jati diri Simon dibongkar oleh beberapa korban. Sebuah sumber mengatakan, Simon yang mengaku sebagai ‘son of a diamond billionare’ itu sebenarnya hanya nama lain dari Shimon Yehuda Hayut.
Mengutip Deseret News, laki-laki yang berasal Bnei Brak, Israel itu, tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Lev Leviev. Ia bahkan bertempat tinggal di apartemen sederhana layaknya rumah susun.
Simon disebut telah menipu ratusan orang dengan estimasi kerugian hingga US$ 10 juta. Korbannya mulai dari perempuan Norwegia yang berdomisili di London, pekerja industri mode di Amsterdam hingga perempuan Finlandia yang jadi temannya berpesta.
Simon diketahui pernah menjadi buronan polisi Israel karena kasus pemalsuan dokumen. Namun, menurut The Times of Israel, dia melarikan diri dari negara itu sebelum dijatuhi hukuman.
Tahun 2019, Simon ditangkap lagi dan menjalani hukuman penjara. Meski begitu, hukumannya hanya berlangsung lima bulan dari seharusnya 15 bulan.
Pemotongan itu beralasan sebagai bagian dari program yang bertujuan untuk mengurangi populasi penjara di tengah kekhawatiran wabah virus COVID-19 di antara narapidana.
Setelah itu, ia melancarkan aksinya dengan menggunakan identitas baru untuk melanjutkan ‘karirnya’ sebagai penipu di aplikasi kencan tersebut.