URtainment

Mencoba Ramalan Kuno "Ciamsi" di Kelenteng Historis Sin Tek Bio

Healza Kurnia H, Rabu, 22 Januari 2020 17.45 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mencoba Ramalan Kuno "Ciamsi" di Kelenteng Historis Sin Tek Bio
Image: Bagian depan dari klenteng tertua di Jakarta yang berlokasi di Pasar Baru, Sin Tek Bio atau Vihara Dharma Jaya. (Ardha Franstiya/Urbanasia)

Jakarta - Siapa di antara Urbanreaders yang udah muali mempersiapkan diri jelang Tahun Baru Imlek 2020?

Biasanya ada beberapa hal yang perlu kamu siapkan seperti lampion, dupa, lilin minyak hingga aneka jajanan khas Imlek seperti kue keranjang.

Nah, tapi nggak hanya pernak pernik guys. Menyambut Tahun Baru Imlek, biasanya banyak orang yang mencoba melihat peruntungan mereka melalui ramalan kuno yang dalam budaya Cina disebut Ciamsi.

Perlu kamu tahu bahwa Ciamsi sendiri sudah lama menjadi tradisi dalam budaya Cina. Ciam sendiri artinya adalah batang bambu yang digunakan untuk meramal.

Sedangkan Kiu ciam adalah ‘memohon ciam’ dan ciamsi adalah kertas hasil kiu ciam yang isinya berupa syair-syair.

Baca Juga: Serunya Menyantap Simbol Kemakmuran "Yee Sang" saat Imlek di Hotel Bintang 5

Ciamsi ini sendiri dikenal sebagai metode peramalan yang menggunakan tumbuhan atau batang rumput.

text Model ramalan kuno Cina "Ciamsi" di klenteng Sin Tek Bio atau Vihara Dharma Jaya. (Ardha Franstiya/Urbanasia)

Untuk membuktikan budaya ramal kuno yang sudah dikenal sejak lama dalam masyarakat Tionghoa, tim Urbanasia pun mencoba Ciamsi di klenteng paling bersejarah di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat yaitu, Sin Tek Bio atau yang bernama resmi Vihara Dharma Jaya.

Kedatangan Urbanasia pun disambut ramah oleh Santoso Witoyo, Ketua Pengurus Yayasan Vihara Dharma Jaya.

"Mau nyobain Ciamsi, mas? Silahkan dimulai dari depan dulu ya," ucapnya.

Kepada kami, pria yang akrab disapa Kokoh Santoso ini pengunjung yang datang untuk mencoba Ciamsi harus menghadap "Sang Tuan Rumah" atau bernama Dewa Fu Te Chen Shen dan Hok-tek Ceng-sin atau Dewa Bumi dan Rejeki atau Dewa Dagang.

"Jadi, biasanya di pasar-pasar itu kebanyakan memiliki Vihara Dewa Dagang, di mana warga berdoa meminta keberkahan dan keselamatan," ungkap dia.

Baca Juga: Deretan Kuliner Ini Nggak Jauh dari Tahun Baru Imlek, Lho!

Sebelum mencoba Ciamsi, kami diberi tahu bahwa ada 60 nomor peruntungan yang berpeluang menjadi "ramalan nasib" selama setahun ke depan.

Kami pun mencoba mulai mengambil wadah berisi bilah-bilah kayu bambu yang sudah ada nomornya.

"Jangan lupa sebutkan nama, tanggal lahir, alamat asli dan permintaan yang diinginkan sambil dikocok-kocok ya," ucap Santoso.

Akhirnya, setelah keluar nomornya untuk memastikan apakah nomor yang keluar tersebut bisa diramal, kami harus melempar sebuah kayu dengan bentuk mirip hati berwarna hitam.

Dalam budaya Cina benda ini biasa disebut dengan Poapoe. Santoso sendiri menjelaskan bahwa sebenarnya dalam aksara mandarin adalah babei yang berarti memutar atau menarik kerang.

Awalnya alat poapoe ini terbuat dari kerang guys. Tapi, saat ini bahan yang dipakai adalah yang terbuat dari kuningan atau kayu, berbentuk menyerupai hati.

text Alat poapoe. (Ardha Franstiya/Urbanasia)

Baca Juga: Warga Tionghoa di Medan Punya Tradisi Sendiri Rayakan Tahun Baru Imlek

Dengan ini, maka poapoe dipastikan sudah berkembang dan dipakai selama ribuan tahun. Selain digunakan untuk peramalan, poapoe juga digunakan untuk berkomunikasi dengan alam lain. Jika melempar poapoe, maka akan terjadi beberapa kemungkinan.

"Nanti kalo alat ini dua-duanya telungkup berarti Dewa marah sama permintaan kita. Kalo satu terbuka dan satu tertutup maka Dewa mengiyakan permintaan "ciam" kita. Sedangkan kalo dua-duanya terbuka itu Dewa sedang ketawa bingung mau jawab iya atau nggak dengan permintaan kita," begitu Santoso menjelaskan pada kami.

Setelah Poapoe kami lempar, beruntung hasilnya adalah Dewa menerima permintaan kami dan kami mendapat sebuah kertas berwarna kuning lengkap dengan keterangan yang ada.

text Kertas "Ciamsi" yang setelah mendapat "persetujuan" dari Dewa. (Ardha Franstiya/Urbanasia)

Dalam kertas tersebut berisikan sesuai dengan nomor yang keluar dari bambu tadi beserta keterangan ramalan nasib kita. Di sampingnya juga ada syair dengan bahasa sastra tinggi yang hanya bisa kita tanyakan pada "pembaca Ciam".

Di klenteng Sin Tek Bio ini, kami mendapat kertas dengan satu sisi berbahasa Indonesia dan pada sisi lainnya berbahasa Mandarin.

Baca Juga: Sambut Imlek, 3 Ribu Lampion Bakal Warnai Vihara Maitreya Medan

Setelah dari "Sang Tuan Rumah" kami pun mencoba peruntungan rezeki pada Dewa Cai Sin Ya di lantai 2 klenteng ini. Bedanya, di lokasi Ciamsi ini ada 100 nomor peruntungan yang bisa kita coba.

Caranya pun masih sama seperti yang di awal, jika diterima kami pun akan diberikan kartu Ciamsi sesuai dengan nomor yang keluar.

Setelah mencoba peruntungan rezeki, kami pun masih mencoba peruntungan jodoh menghadap Dewa Hua Kung Hua Mu. Letaknya berada di area belakang klenteng lantai bawah.

Ada juga lokasi Ciamsi yang sangat sering dikunjungi orang yaitu di tengah-tengah Klenteng yakni mencoba Ciamsi menghadap Dewi Kwan Im atau Dewi Welas Asih. Di tempat itu, ada 60 nomor peruntungan juga yag bisa dicoba oleh pengunjung.

Setelah kita mengumpulkan kertas-kertas "Ciamsi" nanti kita bisa berkonsultasi dengan salah satu pengurus Yayasan atau pembaca Ciamsi.

Baca Juga: Imlek 2020, Mal Taman Anggrek Hadirkan Akrobat Kelas Dunia dari Cina

"Biasanya menjelang Imlek gini ada smapai 60 orang mencoba melakukan Ciamsi di klenteng ini. Karena kan banyak orang juga ingin tahu bagaimana nasib mereka selama setahun mendatang," tutur salah satu penjaga.

Nah, buat Urbanreaders yang udah penasaran mencoba Ciamsi, nggak ada salahnya lho dateng ke Vihara Dharma Jaya atau lebih dikenal klenteng Sin Tek Bio. Apalagi, menjelang Imlek mereka setiap saat dapat menerima pengunjung untuk pelayanan dan termasuk salah satunya, Ciamsi.

"Kami pasti akan menerima layanan setiap saat pengunjung datang dan kalo mau beli pernak pernik juga kami selalu siap persediannya," pungkasnya.(*)

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait