URnews

Fajar Shiddiq, Pengemudi Tuli Taksi Online yang Bermimpi Punya Kedai Kopi

Afid Ahman, Kamis, 5 Desember 2019 08.33 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Fajar Shiddiq, Pengemudi Tuli Taksi Online yang Bermimpi Punya Kedai Kopi
Image: Fajar Shiddiq pengemudi tuli taksi online (Grab)

Jakarta - Keterbatasan bukan sebuah alasan untuk berpangku tangan. Begitu pun dengan yang dilakukan Fajar Shiddiq, pengemudi tuli taksi online asal Bandung, ingin bekerja layaknya orang biasa.

Fajar tidak pernah mengeluh dengan keterbatasannya. Meski tidak bisa mendengar, dia menyadari masih memiliki kemampuan agar hidupnya mandiri.

Karena itu, dia selalu berusaha bekerja untuk menghidupi diri sendiri dan membantu perekonomian orang tuanya. Dia sempat bekerja di butik selama satu tahun.

Pria berusia 27 tahun ini bertugas memotong kain dan semacamnya. Namun, karena merasa tidak cocok dan penghasilannya terasa kurang, dia memilih berhenti.

Setelah keluar, Fajar mencari pekerjaan di tempat lain. Namun, dia selalu ditolak. Bahkan, selama satu tahun dia tidak memiliki pekerjaan.

Baca Juga: 10 Orang Tewas Akibat Topan Kammuri di Filipina

“Awalnya saya sudah mencari kerja ke banyak tempat, tapi selalu ditolak. Saya bingung. Kemudian, waktu itu, saya dapat info dari Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia) soal kesempatan kerja di Grab. Mereka tahu kemampuan menyetir saya sangat baik,” ujarnya.

Fajar pun mendiskusikan hal tersebut dan meminta restu orang tuanya. Meskipun tahu risiko bekerja di jalanan, namun dia tetap bertekad untuk bekerja sebagai mitra pengemudi Grab karena ingin membantu sesama dan mendorong perekonomian untuk mendapat kehidupan yang lebih layak.

Orang tua Fajar mengizinkannya bekerja di Grab dengan satu syarat: hati-hati. Dia pun tidak merasa khawatir bekerja mengemudikan mobil karena sudah terbiasa sejak dulu.

Setelah melamar dan 3 bulan menunggu, Fajar resmi menjadi mitra GrabCar pada Juli 2019. Fajar menjadi mitra tuli GrabCar pertama di Bandung.

Namun Fajar sadar akan kemungkinan kesulitan berkomunikasi dengan customer, maka dia selalu mengatakan kepada setiap penumpangnya, “’Maaf saya enggak bisa dengar. Jadi, kalau mau komunikasi bisa duduk di depan’. Dia juga tempel poster berisi informasi bahwa dirinya tuli dan informasi lainnya di mobil saya. Harapannya supaya customer paham.”

Setelah bergabung dengan Grab, Fajar mengaku banyak perubahan yang telah dialaminya. Dulu dirinya merasa kurang percaya diri bila bertemu orang lantaran khawatir salah bicara yang menyebabkan salah paham.

Baca Juga: Duh, Program Chickenisasi Walikota Bandung Dapat Kecaman dari PETA

"Tapi, setelah masuk Grab, saya jadi berpikir, tidak apa-apa, meskipun saya tuli, saya tetap harus berani untuk berkomunikasi. Apalagi saya punya tanggung jawab agar customer selamat sampai tujuan, jadi saya harus berani,” tutur lelaki yang senang berolahraga ini.

Fajar mengaku terbantu secara ekonomi. Hasil jerih payahnya itu dia pakai untuk keperluan sehari-hari, membantu orang tua, ditabung untuk menikah, dan membuat usaha lain.

Kini, Fajar sedang berupaya mewujudkan salah satu mimpinya, yakni membuat Kopi Tuli. Nantinya, selain menjadi tempat ngopi, tempat tersebut juga menjadi ruang bagi masyaraka untuk belajar bahasa isyarat.

“Saya ingin memiliki usaha Kopi Tuli. Kebetulan di Bandung belum ada Kopi Tuli. Saya juga sedang mencari tempatnya. Di sana, orang-orang juga bisa belajar bahasa isyarat,” katanya.(*)

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait