URnews

Fenomena Hujan di Cikarang Hanya Basahi Satu Mobil, Ini Kata BMKG

Shelly Lisdya, Selasa, 2 November 2021 15.09 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Fenomena Hujan di Cikarang Hanya Basahi Satu Mobil, Ini Kata BMKG
Image: Tangkapan layar sebuah mobil diguyur hujan (Uryan Riana/Instagram)

Jakarta - Pada Minggu, 30 Oktober 2021 kemarin, fenomena langka hujan di satu lokasi sempat ramai diperbincangkan publik.

Fenomena tersebut direkam oleh Ketua Fraksi PKS Kabupaten Bekasi, Uryan Riana. Diketahui kejadian tersebut berada di tempat parkir sebuah hotel di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.

Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan, fenomena itu belum tentu benar kejadiannya. 

Hal tersebut dikarenakan diameter awan cumulonimbus yang menghasilkan hujan seperti pada video umumnya memiliki diameter beberapa puluhan hingga ratusan kilometer.

"Hujan yang terjadi hanya pada area yang sangat sempit (di atas 1 mobil) dengan diameter butiran air yang jatuh cukup besar secara logika dan teori sangat kecil kemungkinan terjadi," kata prakirawan BMKG dalam keterangan resmi yang diterima Urbanasia, Selasa (2/11/2021).

"Hujan umumnya terjadi ketika awan sudah cukup matang, dan jika proses kondensasi pada awan cukup kuat maka akan menghasilkan hujan dengan intensitas sedang-lebat (umumnya dicirikan dengan diameter butiran yang besar juga) pada area yang luas," lanjut BMKG.

BMKG juga menjelaskan jika hujan dari awan Cumulonimbus dengan cakupan yang tidak luas, akan menghasilkan hujan lebat maka akan ditemukan hujan dengan intensitas ringan yang ditandai dengan butiran lebih kecil di satu sisi hujan dengan intensitas yang lebat. 

"Kondisi tersebut tidak ditemukan pada video yang beredar karena hujan yang jatuh pada area cakupan sempit dan intensitas lebat (tidak ada satupun sisi yang menunjukkan intensitas hujan ringan," lanjutnya.

"Lokasi hujan pada awan Cumulonimbus umumnya juga mengikuti pergerakan awan sehingga sangat jarang terjadi pada titik lokasi yang sama pada waktu lama, terutama jika diameter awan cukup kecil maka akan sangat jelas terlihat pergerakan awan dan hujannya," imbuhnya.

Namun, BMKG saat ini belum dapat mengonfirmasi terkait fenomena hujan tersebut, mengingat data yang ada saat ini hanya berupa visual video. Sementara data-data pengamatan cuaca visual yang sifatnya lokal yang dapat dianalisis secara objektif setempat tidak tersedia.

"Ketika terjadi hujan yang sifatnya sangat lokal, dapat dipastikan ada angin dan tutupan awan yang tidak merata. Awan cumulus penyebab hujan lokal sulit terbentuk di kondisi setelah hujan seperti kejadian yang viral saat ini," tutupnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait