URguide

Cerita Pembaca: Gue Batal Nikah karena Pacar Menghilang

Nindya Sari, Senin, 29 Juli 2024 10.46 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Cerita Pembaca: Gue Batal Nikah karena Pacar Menghilang
Image: Ilustrasi Pexels

Jakarta - Tahun 2023 adalah tahun membuat gue, sebut saja Rendi sangat excited sekaligus sendu. Awal tahun 2023 saat pandemi sudah hampir berakhir, gue dan pacar merencanakan pernikahan.

Sebenarnya, rencana menikah itu sudah gue bicarakan sejak tahun 2021. Tapi karena saat itu lagi pandemi dan gue nggak mau repot, akhirnya rencana itu ditunda sampai waktu yang belum ditentukan.

Maka ketika pemerintah mulai melonggarkan aturan karena pandemi sudah hampir sirna, gue pun melanjutkan rencana menikah. Saat itu, gue sangat exited, pacar gue, Nina juga terlihat bersemangat.

Gue dan dia semangat mencari venue pernikahan yang kami inginkan. Saat itu, kami sama-sama sepakat untuk menggelar pesta pernikahan berkonsep garden dengan tamu yang tidak terlalu banyak.

Bukan intimate wedding juga, tapi kami tidak mau tamunya sampai ribuan. Kami hanya mengundang rekan-rekan yang memang kami kenal secara personal saja. Kurang lebih 200 orang.

Singkat cerita, kami menemukan sebuah restoran yang secara konsep sesuai dengan yang kami inginkan. Kebetulan, restoran tersebut juga memiliki paket venue untuk menikah. Jadilah kami memilih restoran tersebut.

Kami membooking sebuah tanggal di pertengahan tahun. Memang belum lunas, baru DP saja. Karena untuk pelunasannya, bisa dilakukan setelah pesta pernikahan.

Untuk katering, restoran tersebut ternyata juga menyediakan. Setelah kami coba, makanannya enak dan cocok untuk konsep pesta yang kami usung. Jadi kami pun sekalian memesan katering untuk pesta di restoran tersebut.

Setelah mendapat venue kami melakukan pengurusan ke Kantor Urusan Agama (KUA) untuk memastikan tanggal menikah. Kebetulan, saat itu, tidak ada masalah dengan KUA, tanggal yang kami inginkan tersedia.

Setelah semua administrasi beres, kami pun melanjutkan beberapa hal yang telah direncanakan yaitu foto prewedding. Gue sudah memesan fotografer untuk memotret kami.

Singkat cerita, hasilnya sangat memuaskan. Kami sama-sama menyukai hasil foto prewedding tersebut. Foto-foto itu pun kami cetak sesuai kebutuhan, salah satunya untuk keperluan dekorasi di venue pernikahan.

Dari awal tahun hingga bulan Maret 2023, semua persiapan berjalan cukup lancar. Gue dan pacar memang beberapa kali bersitegang karena urusan persiapan pernikahan, tapi pertengkaran itu bukan pertengkaran hebat.

Namun menjelang akhir Maret 2023, mendadak pacar gue hilang. Iya, gue bilang hilang karena dia tidak bisa dihubungi. Bahkan kedua orang tuanya pun mengaku tak tahu ke mana anaknya pergi.

Gue kebingungan. Otak gue seakan beku, tak mampu mencerna apa yang sedang terjadi. Pacar gue sama sekali tak meninggalkan pesan apapun, gue stress.

Gue terus mencari keberadaan pacar gue. Bahkan gue sempat berpikir untuk melaporkan hal itu ke polisi, namun orang tuanya melarang dengan alasan, mungkin anaknya sedang menenangkan diri.

Saat itu gue berpikir, orang tuanya pasti tahu ke mana anaknya pergi karena mereka terlihat sangat tenang. Hal itu bikin gue marah karena, mengapa mereka tidak jujur saja sama gue tentang apa yang terjadi.

Meskipun pahit, gue pasti bakal lebih bisa menerima asalkan diberi penjelasan. Gue nggak menyerah, gue terus mencari keberadaan pacar gue lewat teman-teman dia.

Hampir sebulan berlalu, gue belum juga menemukan titik terang tentang pacar gue. Pernikahan gue tinggal dua bulan lagi dan sekarang gue kehilangan calon pengantin perempuannya.

Tapi gue nggak terlalu memikirkan soal itu. Yang terpenting saat itu adalah gue menemukan pacar gue dan mendapat penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Tapi gue benar-benar frustasi, nggak tahu lagi harus mencarinya ke mana. Hingga suatu sore, gue mendapat pesan dan sahabat pacar gue, Santi. “Lo di mana? Bisa nggak kita ketemu,” pesan singkat yang bikin gue gemetar.

Memang bukan dari pacar gue, tapi gue yakin pesan ini ada kaitannya dengan pacar gue. Gue pun buru-buru membalas pesan itu, gue langsung mengiyakan untuk bertemu.

Kami bertemu di sebuah restoran. Sahabat pacar gue itu datang sendiri dengan ekspresi muka yang terlihat serba salah dan khawatir. “Lo datang sendiri?” tanyanya membuka obrolan.

“Iya, mau sama siapa lagi. Lo mau ketemu gue ada kaitannya sama Nina ya?” gue langsung tembak dengan pertanyaan itu.

“Sebenarnya iya, tapi gue bingung mau ngomong dari mana,” jawabnya.

“Nggak apa-apa, cerita saja. Gue sudah siap dengan segala kemungkinan,” jawab gue.

“Gue ketemu lo sekarang ini sebenarnya tanpa sepengetahuan Nina. Cuma gue ngerasa lo perlu tahu karena selama sebulan ini lo terus nyariin Nina tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi,” kata Santi.

“Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya gue.

“Sebenarnya, sebelum lo sama Nina memutuskan untuk menikah itu, Nina sudah punya pacar lagi. Jadi pas pandemi, waktu kalian jarang ketemu, dia ketemu cowok di online dan mereka intens,” kata Santi.

“Gue sempat bilang ke Nina untuk jujur sama lo, tapi katanya dia nggak tega. Cuma sekarang kan makin kasihan lo,” lanjut Santi.

Menurut Santi, saat ini Nina berada di Swiss bersama pacar barunya tersebut. Dan kata Santi, Nina berencana akan segera menikah di Swiss, tapi tidak tahu kapan pastinya.

Deg. Jantung gue seakan berhenti. Gue nggak habis pikir kenapa Nina bisa begitu jahat sama gue dengan tidak memberikan penjelasan dan membiarkan rencana pernikahan ini terus berjalan.

Demi Tuhan, saat itu gue benar-benar tak bisa menerima. Gue benar-benar marah dengan Nina, orang tuanya, dan juga teman-temannya yang ikut menyembunyikan kenyataaan ini.

Gue hancur, tapi hidup harus tetap berjalan. Kini, setahun setelah kejadian itu, gue sudah mulai pulih. Tapi untuk membuka hati untuk menjalin hubungan yang baru, masih belum terpikirkan.

* Cerita ini berdasarkan kisah nyata namun demi menjaga privasi, nama-nama tokoh dalam cerita ini kami samarkan.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait