URguide

Cewek Ngerental Pacar, Bentuk Emansipasi Baru?

Ika Virginaputri, Sabtu, 23 Juli 2022 21.24 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Cewek Ngerental Pacar, Bentuk Emansipasi Baru?
Image: Freepik

Seiring perkembangan zaman yang makin modern, gaya hidup manusia pun terus mengalami perubahan bentuk. Nggak terkecuali untuk urusan asmara. Kalau dulu ada yang ketemu jodoh dengan cara dikenalkan oleh keluarga dan teman, sekarang kita bisa cari sendiri lewat dating apps.

Untuk urusan pacar, umumnya cowok dan cewek mengalami masa PDKT dulu sebelum jadian. Sekarang? Ada jasa rental pacar, yang memungkinkan kamu buat skip tahap PDKT, dan langsung nge-date atau jalan bareng loh, Guys!

Nggak bisa dimungkiri bahwa di era media sosial ini, segala sesuatunya makin terbuka. Nggak hanya berbagi gaya hidup out of the box, sebagian orang juga nggak malu-malu lagi menyampaikan hal paling pribadi dari diri mereka. Dengan tagar dan kata kunci tertentu, kamu bisa dengan mudah menemukan pacar sewaan.

Dari pengamatan Urbanasia, ada beragam alasan untuk menyewa seorang pacar. Misalnya, buat jadi plus one ke acara kondangan atau reuni sekolah. Ada juga yang hanya mencari pendengar curhat karena nggak tahan menanggung beban pikiran sendirian.

Kebutuhan Orang Sibuk

Menurut relationship coach Kelas Cinta, Lex dePraxis, munculnya fenomena jasa rental pacar di Indonesia ini hanya menyasar sebagian kecil orang. Jadi, nggak heran kalau keberadaannya belum populer banget, meski bahasannya banyak ditemukan di media sosial. Lex juga mengamati bahwa layanan ini biasanya menyasar orang-orang yang sibuk, pergaulannya terbatas, atau merasa kurang luwes untuk menjalin hubungan.

 “Saya ngeliatnya kayak layanan yang mungkin baru belakangan ini muncul untuk mengisi kebutuhan orang-orang tertentu. Jadi, ini adalah untuk orang-orang yang punya kesulitan dalam membina hubungan sama orang baru, karena teman-temannya terbatas atau waktunya terbatas. Hanya untuk orang-orang tertentu aja,” ungkap Lex kepada Urbanasia.

Lex menilai itu juga yang terjadi dengan jasa rental pacar yang ada di luar negeri, yang penyedia jasanya akrab dengan sebutan escort. Walau nggak populer, namun ada aja peminat dan pelanggan yang mencari.

“Di sepanjang zaman manusia, ada yang namanya layanan escort, layanan menemani. Kurang lebih ini ada di irama yang sama, walau mungkin pelayanan yang diberikan berbeda. Seumur-umur manusia di bumi, ada layanan escort seperti itu,” ungkap Lex.

1658740361-Lex-dePraxis.jpgSumber: Lex de Praxis, relationship coach Kelas Cinta (Foto: dok pribadi)

Keberdayaan Perempuan

Layanan hubungan berbayar umumnya memang didominasi kaum Adam sebagai konsumennya. Namun Lex menilai kurangnya waktu dan skill sosial, yang rata-rata jadi latar belakang kebutuhan akan pacar sewaan ini. Baik cowok maupun cewek, sama-sama mengalami masalah tersebut. Karenanya, Lex beranggapan bahwa nggak ada faktor pembeda antara konsumen cowok maupun cewek.

“Sama aja. Mau konsumennya cewek atau cowok, sama aja. Di zaman modern ini kan perempuan makin aktif di dunia kerja. Jadi, mereka punya waktu yang sangat terbatas dan mereka juga punya uang. Jadi, amat sangat wajar ketika mereka merasa, 'wah kayaknya gue butuh temen ngobrol deh, atau untuk makan malam, jalan-jalan, datang ke festival. Soalnya gue nggak punya waktu untuk pacaran yang sebenarnya'. Saya kebayang itu amat sangat wajar dipakai perempuan dan juga laki-laki,” imbuh Lex.

Meski begitu, Lex nggak menampik bahwa emansipasi juga menjadi salah satu alasan yang membuat jasa rental pacar ini muncul untuk memenuhi kebutuhan kaum Hawa. Inilah konsekuensi kemajuan zaman.

“Kalau saya sih bilangnya ini konsekuensi dari kemajuan zaman. Kalau seseorang memiliki kekuatan finansial, otomatis dia akan menggunakan keberdayaan itu untuk memenuhi kebutuhan dia. Kalau itu diterjemahkan sebagai bentuk emansipasi, bisa aja, boleh-boleh aja. Konsekuensi yang bagus sih sebenarnya,” Lex memaparkan.

Hubungan Transaksional

Konsumen yang menggunakan jasa pacar sewaan memang belum banyak. Sifatnya pun sementara, karena 'kencan' hanya berlangsung dalam waktu singkat. Jadi, jelas fenomena pacar sewaan nggak bakal menggantikan hubungan tradisional antara pria dan wanita. Hubungan klasik seperti pacaran dan pernikahan, masih jadi pilihan utama yang menjawab kebutuhan emosional manusia.

“Mereka menggunakan (jasa) ini tidak untuk waktu kontinu yang panjang, karena layanan ini kan terbatas ya? Hanya untuk temen jalan, temen makan, curhat lewat telepon, atau datang ke acara-acara kondangan atau party. Sementara hubungan sendiri kan lebih dari itu. Jadi, orang yang pakai layanan ini memang untuk periode tertentu saja. Abis itu dia bakal move-on nggak ngelanjutin ini,” Lex berpendapat.

Untuk alasan ini juga Lex menilai orang yang jadi konsumen pacar sewaan nggak akan mengalami ketergantungan emosional berlebihan dari hubungan transaksional yang berlangsung singkat. Normalnya, mereka bakal cepat menyadari bahwa pacar sewaan bukan hubungan yang sifatnya real. Namun, Lex nggak menutup kemungkinan ada aja orang-orang ekstrem yang bisa kecanduan.

“Menurut saya, secara umum seorang konsumen nggak akan berlama-lama ada di fase ini. Of course, akan ada orang-orang ekstrem yang akan kecanduan terus. Tapi secara umum, si pengguna jasa juga tahu ini bukan pacaran beneran gitu, ya? Dia akan merasa hubungan ini nggak akan kemana-mana, sementara manusia kan pingin punya hubungan yang makin lama makin intim, makin dekat, makin ada banyak kesamaan dan perasaan. Jadi, akhirnya mereka menyadari 'ah gue cari hubungan yang lebih wajar aja dibanding ini',” pungkas Lex.

Sebagai kesimpulan nih Guys, Lex mengingatkan bahwa kewajaran menggunakan jasa rental pacar ini terletak pada kesiapan konsumen menerima konsekuensi. Kalau nggak siap, ya lebih baik tidak diteruskan atau bahkan tidak dimulai sama sekali.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait