Jurus Minimalis Finansial: Hemat Tapi Nggak Pelit
Kalau ngomongin perencanaan finansial, mungkin yang pertama kali terlintas di benak kita adalah hemat, menabung, atau ‘kencangkan ikat pinggang’. Namun, sebenarnya kondisi keuangan yang sehat bisa dimulai dari budgeting yang tepat. Salah satu jurusnya adalah dengan menerapkan gaya hidup minimalis.
Sebagai bagian dari masyarakat modern yang akrab dengan media sosial, promo marketplace, dan layanan pesan-antar, godaan untuk belanja setiap saat ada di depan mata. Kalau nggak ‘kuat iman’, bisa-bisa tekor terus tiap bulan.
Hidup Berkecukupan
Menurut perencana keuangan Widya Yuliarti, di sinilah terletak keuntungan jadi minimalis. Prinsip minimalisme dijabarkan Widya sebagai gaya hidup berkecukupan yang sesuai dengan kebutuhan. Nggak ada tuh, istilah beli-beli hanya karena diskon atau barangnya lucu. Widya bilang, dengan mengendalikan keinginan berbelanja, uang yang dihemat bisa dialokasikan untuk investasi.
"Minimalis ini sebenernya gaya hidup berkecukupan," ujar Widya kepada Urbanasia.
"Kita kan terkadang belum bisa mengontrol keinginan kita, gimana caranya mengontrol pengeluaran, apa yang bener-bener kita butuhkan. Nah, dengan gaya hidup minimalis ini, kita jadi tahu sebenernya apa sih yang kita butuhkan, sehingga nanti kita tidak akan membeli sesuatu yang tidak kita butuhkan. Dari uang yang selama ini kita pakai untuk barang-barang yang nggak kita butuhkan itu, sebenernya bisa kita alokasikan untuk berinvestasi," lanjutnya.
Sumber: Widya Yuliarti, perencana keuangan (Foto: Dok pribadi)
Widya beranggapan prinsip minimalisme ini bisa jadi solusi bagi mindset yang salah tentang cara membelanjakan uang. Apalagi generasi sekarang punya istilah FOMO alias Fear of Missing Out. Takut dibilang ketinggalan zaman, takut dianggap nggak tahu tren, atau takut kehilangan momen yang lagi happening. Nah, FOMO ini nggak berlaku buat orang minimalis. Jika bukan sesuatu yang benar-benar mereka butuhkan, mereka nggak akan beli meski ada uangnya sekali pun.
"Orang-orang minimalis nggak akan merasa FOMO. Misalnya temen-temennya punya mobil terbaru semua. Dia juga punya uang untuk beli itu. Tapi buat apa? Mobil keluaran lama juga nggak masalah, kok. Bukan untuk gegayaan. Jadi beli barang memang sesuai fungsinya gitu. Bukan karena FOMO tadi,” ucap Widya.
Meski banyak membatasi pengeluaran belanja, gaya hidup minimalis nggak sama artinya dengan pelit, guys. Saat kamu pengen hidup minimalis, sebenarnya kamu tahu bahwa kamu bisa membeli barang itu. Tapi, kamu memilih untuk tidak membelinya karena sadar bahwa kamu nggak butuh barang tersebut. Kontrol diri inilah yang menurut Widya menjadi kunci hidup minimalis.
Prinsip hidup serupa sudah diterapkan oleh Allan Fadlansyah, seorang minimalis yang mengaku sebelumnya paling hobi belanja gadget karena alasan FOMO. Setelah jadi minimalis, Allan mulai berhati-hati dalam membelanjakan uangnya. Sebelum membeli barang, dia bahkan menyiapkan empat pertanyaan buat dirinya sendiri.
"Saya mempertanyakan 4 hal sebelum membeli sesuatu," kata Allan. "Apakah punya uangnya? Sudah ada barang dengan fungsi serupa fungsi di rumah? Kalau saya nggak upload (pamer) di media sosial, apakah tetep dibeli? Dan kalau tidak dibeli sekarang juga, apa dampaknya ke saya?"
Tiga tahun menjalani hidup sebagai minimalis sejak 2018, Allan sudah merasakan dampak positifnya. Keuangannya jadi lebih baik, tabungan mulai bertambah, melek dana darurat, punya kesempatan untuk belajar investasi, dan berhenti membeli barang dengan sistem cicilan bulanan.
Minimalis vs Frugal
Beberapa dari kamu mungkin menyamakan prinsip minimalis dalam finansial ini dengan gaya hidup frugal. Frugal didefinisikan sebagai gaya hidup cerdas secara ekonomis, di mana kamu tahu bagaimana cara mengatur pengeluaran dan menjadi konsumen yang bertanggung jawab. Namun, menurut Widya, ada sejumlah perbedaan antara frugal dengan minimalisme.
"Kalo minimalis, butuhnya satu ya beli satu aja. Nggak peduli harganya berapa," kata Widya.
"Kalo frugal lebih melihat segi uangnya. Orang frugal akan beli yang paling murah. Nah, kadang-kadang frugal ini jeleknya adalah harga murah biasanya harus beli dalam kuantitas banyak. Misalnya kayak ada promo apa harus belinya tiga, maka dia akan beli tiga. Karena akan lebih murah daripada beli satu,” papar Widya.
Meski begitu, Widya mengatakan bahwa konsep minimalis dan frugal bisa dikombinasikan.
“Let's say gini. Misalnya, butuh kemeja buat meeting nih, nah cari kemeja dengan kualitas yang sama tapi dengan harga termurah. Itu kan sebenernya udah penggabungan antara minimalis dan frugal. Ini barang bisa bertahan 5 tahun dengan harga semurah mungkin,” ujarnya.
Di awal menjalani hidup minimalis, Garniasih yang biasa dipanggil Gar mengaku menerapkan frugal-praktis ekonomis. Ada masa di mana Gar rajin menghitung barang-barang yang dia miliki saking pinginnya punya barang sesedikit mungkin. Tapi kemudian Gar sadar, minimalis lebih tentang menghargai kualitas dibanding kuantitas.
"Dulu ada masanya di awal itu aku frugal praktis dan ekonomis. Goal-nya tuh bener-bener punya barang sesedikit mungkin," Gar menuturkan.
"Jadi ada tahap dulu aku ngitungin hanya boleh punya barang berapa, jadi goalnya kuantitas. Tapi akhirnya goal-nya jadi kualitas. Jadi sedikit lebih fleksibel gitu,” papar Gar.
Quality over Quantity
Membahas aspek finansial dan kaitannya dengan prinsip minimalisme, kadang bikin kita salah kaprah dalam memahaminya. Hidup minimalis nggak berarti pelit sama diri sendiri sampai menggunakan barang termurah yang berkualitas rendah. Hidup minimalis juga bukan sekadar memiliki barang sesedikit mungkin. Mindset yang dipakai dalam prinsip minimalisme adalah quality over quantity.
"Konsep minimalis biasanya kan cuma punya misalnya 25 barang. Sebenernya nggak. Konsep minimalis bukan sekedar 'oh harus punya baju 4'. Konsep minimalis adalah yang secukupnya sesuai kebutuhan. Bukan berarti bahwa punya uang terus beli barang ini itu, tapi sebenernya nggak butuh," jelas Widya.
Salah kaprah soal keuangan ini juga pernah dialami Cynthia Lestari, pegiat minimalis pendiri komunitas Lyfe with Less. Mindset bahwa mandiri secara ekonomi berarti harus punya kartu kredit mengakibatkan dirinya terjerat FOMO yang berujung pada quarter life crisis. Padahal, sejak kecil orang tua Cynthia selalu mengajarkan hidup berkecukupan.
"Ada beberapa mindset yang mungkin dulu kita taunya memang gini kalo mengonsumsi," Cynthia menjelaskan kesalahan masa lalunya kepada Urbanasia.
"Misalkan punya credit card. Itu kan sebenernya satu stigma yang nggak ada rules tertulisnya, tapi mungkin banyak orang punya pandangan itu. Credit card itu tanda udah dewasa dan mandiri secara finansial. Harus punya credit card, harus nyoba nyicil sesuatu pake credit card, nah jadi konsumtif tuh. Setelah aku jadi minimalis, ya pandangan itu udah nggak ada lagi," katanya.
Jurus Minimalis Finansial
Mengubah mindset memang nggak gampang, apalagi soal keuangan. Butuh waktu yang cukup lama serta kesadaran diri, untuk mengamankan masa depan dengan perencanaan keuangan yang baik. Namun, kamu bisa memulainya dengan menerapkan jurus-jurus jitu pengaturan keuangan.
Sebagai langkah awal memulai gaya hidup minimalis dalam bidang keuangan, Widya memiliki sederet tips yang bisa kamu simak.
1. Ketahui apa yang bener-bener kamu butuhkan. Kalau memang harus beli atau upgrade barang baru, lakukan karena itu memang sesuai dengan kebutuhan kamu, bukan karena takut ketinggalan zaman.
2. Bikin pembukuan alias mencatat pemasukan dan pengeluaran. Dari situ, akan terlihat kemampuan finansial kamu seperti apa dan bagaimana kamu menghabiskan uang. Tidak hanya mengontrol keuangan, kamu juga bisa mengontrol diri saat ada keinginan belanja.
3. Pakai prinsip quality over quantity. Memprioritaskan kualitas adalah salah satu prinsip minimalis supaya tidak kemudian menumpuk barang. Asalkan berkualitas, nggak masalah mengeluarkan uang untuk barang yang kita butuhkan.
4. Menggabungkan prinsip minimalis dengan gaya hidup frugal. Belilah apa yang kamu butuhkan saja, dengan tetap melakukan pembelian seekonomis mungkin. Namun, jangan kompromi untuk masalah kualitas.
Menjadi seorang minimalis nggak berarti jadi menyusahkan diri sendiri. Kalau diterapkan dengan benar, konsep hidup ini tak hanya akan memberimu kebebasan finansial, namun juga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan bikin hidup kamu lebih bahagia. Tertarik untuk mencobanya?