URstyle

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Edukasi Mental Health Mulai dari Puskesmas

Fitri Nursaniyah, Senin, 10 Oktober 2022 13.18 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Edukasi Mental Health Mulai dari Puskesmas
Image: Ilustrasi kesehatan mental. (PIXABAY/geralt)

Jakarta - Tanggal 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia. Tahun ini tema yang diusung adalah 'Make Mental Health and Well-being for all a Global Priority' atau 'Jadikan Kesehatan Jiwa dan Kesejahteraan untuk Semua sebagai Prioritas Global'.

Dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikiater dr. Dian Pitawati, SpKJ menerangkan, peringatan setiap tanggal 10 Oktober ini menjadi sarana untuk menyuarakan dan mengedukasi masyarakat di seluruh dunia soal kesehatan mental.

Kata Dian, masih ada stigma negatif di masyarakat jika berkaitan dengan kesehatan jiwa. Itulah mengapa, dalam edukasi dan sosialisasinya semua stakeholder harus bekerja sama.

"Kalau misalnya orang sudah menyadari, punya awareness kalau dia harus datang ke praktisi kesehatan mental, tapi ketika ada stigma kemudian diskriminasi, dia akan berpikir ulang untuk pergi konsultasi (takut disebut gila)," katanya dalam bincang-bincang virtual Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PSDKJI) melansir ANTARA, Senin (10/10/2022).

Menurutnya, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan jiwa, fasilitas terdekat dengan masyarakat seperti puskesmas hingga posyandu perlu mulai melakukan edukasi dan sosialisasi.

"Kita nggak bisa jalan sendirian. Misalnya psikiater ada di RS tipe A, bagaimana agar edukasi sampai ke keluarga? Berarti ada kewajiban dari fasilitas kesehatan mulai dari tersier, sekunder, sampai primer, nyambung terus sampai ke bawah," tuturnya.

Dian melanjutkan, anggota keluarga juga harus saling mendukung jika ada salah satu yang mengalami masalah kesehatan jiwa dan membutuhkan pertolongan.

Ia berharap keluarga tahu apa fungsi psikiater dan psikolog untuk kesehatan jiwa. Sehingga jika ada yang butuh bantuan tidak perlu malu dengan stigma gila.

"(Pasien) nggak perlu malu lagi, nggak perlu takut dibilang gila," ucapnya. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait