Hasil Rapid Test Sambal Cireng Positif COVID-19? Yuk Cek Kebenarannya!

Jakarta - Belum lama ini, presenter Rina Nose mencoba menguji sambal cireng menggunakan alat rapid test antigen COVID-19.
Lewat unggahan Instagramnya, Rina menulis bahwa ia menguji dengan memasukkan sambal ke alat rapid test antigen, hasilnya dua garis yang berarti positif.
Sementara saat ia dan orang rumahnya memakan sambal yang sama dalam satu mangkok baru kemudian menguji, hasil rapid test antigen-nya negatif.
"Lalu nge-swab diri sendiri dan orang-orang rumah yang makan sambal yang sama dalam satu mangkok, hasilnya satu garis. Gw sih ga mau ambil kesimpulan ini artinya apa. Cuma pesen gw, ga ush pada iseng ya gaes.. biar ga bingung," tulis Rina Nose, dikutip Urbanasia, Selasa (22/12/2020).
Unggahan Rina itu pun langsung menyita banyak perhatian publik, salah satunya Associate Professor di Department of Chemistry, Universiti Putra Malaysia, Bimo A. Tejo.
Pria yang akrab disapa Prof. Tejo itu memaparkan alasan sambal cireng positif COVID-19 saat diuji dengan rapid test antigen.
Dalam unggahannya, Prof. Tejo memaparkan beberapa orang lain yang juga melakukan uji coba seperti Rina. Misalnya, di Jerman seorang menguji selai apel menggunakan rapid test antigen dan hasilnya positif.
Selain itu, anggota Perlemen Austria, Michael Schnedlitz, juga menguji coca-cola menggunakan rapid test antigen dan hasilnya positif.
Lalu pada unggahan lainnya, Prof. Tejo memberi penjelasan bahwa alat rapid test antigen hanya bisa berfungsi pada pH tertentu.
Pada paparannya tertulis bahwa alat rapid test antigen sangat sensitif terhadap keasaman (pH) sampel yang digunakan.
Oleh sebab itu, sampel swab hidung harus dimasukkan ke dalam larutan penyangga (buffer) supaya keasamannya stabil di kisaran pH 7-8.
Sedangkan nilai pH sambal cireng, selesai apel, dan Coca-Cola berada di luar nilai pH yang diizinkan sehingga merusak alat rapid test antigen.
1. Sambal cireng (mengandung asam jawa): nilai pH 2.5
2. Selai apel: nilai pH 3.1 - 3.6
3. Coca-Cola: 2.3 - 3.0
Selanjutnya, apa yang terjadi jika pH sampel yang digunakan terlalu rendah?
Dipaparkan Prof. Tejo, larutan pH rendah dapat merusak antibodi dan nanopartikel. Lalu, karena antibodi dan nanopartikel rusak, mereka tersangkut dan mengendap di test line serta control line, maka muncul dua garis atau positif.
Lalu dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat rapid test antigen harus dilakukan sesuai intruksi yang diberikan oleh pabrik.
"Perbuatan iseng yang membingungkan publik adalah hal yang sangat tidak terpuji dalam kondisi sulit seperti ini," tutup Prof. Bejo dalam paparannya.