URamadan

Hidup Sehat, Puasa Lancar

Ika Virginaputri, Sabtu, 9 April 2022 18.48 | Waktu baca 5 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Hidup Sehat, Puasa Lancar
Image: ilustrasi puasa Ramadan (Foto: Shutterstock)

Setelah mencermati pola makan diet intermittent fasting, rasanya sejalan banget dengan ibadah puasa Ramadan ya, Guys? Selain sama-sama membatasi asupan dalam jangka waktu tertentu, baik intermittent fasting maupun puasa Ramadan, keduanya punya manfaat kesehatan. Bagaimana sih menjalani puasa sehat dari sudut pandang Islam?

Sederhana, Tak Berlebihan

Ajaran agama selalu mengandung kebaikan bagi umatnya. Nggak terkecuali puasa Ramadan yang bertujuan melatih kedisiplinan dan membuat hidup lebih seimbang. Jadi, jika ada umat muslim jatuh sakit karena berpuasa, menurut Ustad Hilman Fauzi kemungkinan ada yang salah dengan pola hidup orang tersebut saat menjalani puasa. 

Ustad asal Garut, Jawa Barat tersebut menjelaskan inti dari puasa dalam Islam adalah tentang kesederhanaan. 

"Rasul itu bersabda bahwa puasa itu menyehatkan. Jadi sebenarnya kalau ada orang jadi sakit gara-gara puasa, itu bukan salah puasanya," ungkap Ustad Hilman kepada Urbanasia. 

"Pasti ada kesalahan pada pola hidup ketika dia berpuasa. Misalnya, ada pola sahur yang tidak benar, baik dari sisi waktu maupun dari sisi menunya. Kalau secara gambaran Islami, boleh jadi terlalu berlebihan. Nabi mengajarkan kepada kita tidak berlebihan dan sederhana. Itu poinnya," ujar pria 31 tahun itu.

1649504035-Ust-Hilman.jpgSumber: Ustad Hilman Fauzi menegaskan kesederhanaan adalah inti dari pola hidup sehat selama Ramadan (Foto: Instagram @AHilmanFauzi)

Ustad Hilman kemudian mencontohkan pola makan Nabi Muhammad SAW yang hanya mengonsumsi kurma dalam jumlah ganjil saat berbuka puasa. Hal itu merujuk pada hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu:


كَانَ رَسُو لُ اللِّهِ صَلَّى اللَّهً عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أََنْ يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَا تٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَم تَكُنْ حَسَا حَسَواتٍ مِنْ مَاءٍ

Artinya: Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka dengan korma basah (ruthab), jika tidak ada ruthab maka berbuka dengan korma kering (tamr), jika tidak ada tamr maka minum dengan satu tegukan air.

Menurut Ustad Hilman, menu apapun yang kita pilih nggak jadi masalah, asal kadarnya nggak berlebihan. Selain itu, waktu untuk sahur dan berbuka juga perlu diperhatikan. Islam mengajarkan agar orang berpuasa menyegerakan waktu berbuka dan mengakhirkan sahur. Artinya, lebih baik makan sahur nggak lama sebelum imsak. Dan saat terdengar azan magrib, segera batalkan puasa lalu bersiap salat magrib. Waktu makan yang terbatas membantu kita menjaga kesederhanaan dan terhindar dari tindakan berlebih-lebihan.

"Allah melarang kita berlebihan, kan? Berlebih-lebihan itu kan, sesuatu yang tidak baik," Ustad Hilman menegaskan. "Kalau berlebihan habis sih oke. Yang jadi persoalan adalah ketika berlebihan tapi nggak habis, jadinya kan sia-sia. Nah, kalau sia-sia masuknya kategori mubazir dalam Islam. Mubazir itu adalah perkara yang menghambur-hamburkan sesuatu yang pada akhirnya mengarahkan kita pada perkara yang sia-sia. Sesungguhnya perbuatan mubazir itu di Quran disebut bagian dari perbuatan setan," tambah Ustad Hilman lagi.

Ibadah Pribadi

Dengan anjuran kesederhanaan dan nggak berlebihan, Ustad Hilman ingin menegaskan bahwa Islam tidak mau memberatkan umatnya dalam beribadah. Misalnya dalam melaksanakan kewajiban salat, ada bentuk keringanan jamak dan qashar, serta membayar fidyah bagi mereka yang nggak mampu berpuasa dalam kondisi tertentu. 

Ustad Hilman menjelaskan, ada beberapa kategori yang nggak mewajibkan berpuasa dalam Islam seperti orang yang melakukan perjalanan jauh, orang sakit, orang lanjut usia, atau ibu hamil dan menyusui. Namun, bukan berarti ibadah puasa bisa disepelekan karena surat Al Baqarah ayat 184 menyatakan:

يَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗ وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah : 184)

Berdasarkan ayat tersebut, Ustad Hilman menyarankan agar kita mengukur kemampuan diri, Guys. Jika dirasa puasa akan membuat kondisi fisik jadi nggak baik, maka boleh aja nggak memaksakan puasa. Tapi kalau mampu dan kuat berpuasa, tentu akan lebih baik karena mendatangkan pahala. Hal ini rupanya nggak lepas dari sifat puasa yang sangat pribadi antara individu dengan Allah SWT.

"Mampu atau tidak (untuk berpuasa) yang bisa mengukur adalah kita, karena puasa ini ibadah yang secara konkret cuma kita dan Allah yang tahu. Ibadah paling pribadi. Beda sama salat. Kalau salat kan orang tahu kita salat atau tidak. Zakat, orang tahu kita bayar atau tidak. Haji, orang tahu kita berangkat atau tidak. Tapi puasa Ramadan itu kita yang menjalankan, kita juga yang merasakan, kita juga yang tahu apa impact dari puasa yang kita tunaikan," imbuh Ustad Hilman.

Tetap Aktif 

Bicara tentang pola hidup sehat dalam Islam, berarti menjalankan pola hidup yang seimbang. Di sinilah puasa Ramadan jadi pengingat bahwa mengerjakan ibadah dan urusan duniawi sama pentingnya. Setiap amal kebaikan akan mendatangkan pahala, begitu juga halnya dengan aktivitas kita. 

Urbanreaders pasti akrab dengan kalimat bahwa tidur saat puasa dihitung sebagai ibadah, kan? Nah, apalagi aktivitas lain yang sifatnya produktif, Guys. Contohnya olahraga dan bekerja. Menurut Ustad Hilman, puasa memang nggak seharusnya jadi alasan mager alias malas gerak. Ustad Hilman menceritakan bagaimana Nabi Muhammad tetap berenergi menjalankan rutinitas seperti hari-hari biasa saat Ramadan.

"Setiap amal kebaikan di bulan suci Ramadan berpotensi mendapatkan pahala ibadah," kata Ustad Hilman. "Bahkan ada yang menyebutkan tidur aja ketika puasa Ramadan itu bisa menjadi pahala ibadah. Tetapi jangan dipotong sampai di situ ya hehehee. Maksudnya, tidur jadi ibadah daripada ngomongin orang lain, daripada melakukan maksiat. Jadi poinnya lebih kepada amal kebaikan. Termasuk jangan menjadikan ibadah puasa Ramadan itu sebagai alasan untuk kita bermalas-malasan," ucapnya.

Bekerja dan mencari nafkah juga termasuk ibadah. Ustad Hilman bahkan bilang seorang suami yang keluar rumah mencari nafkah bagi keluarganya, maka dia bernilai jihad fisabilillah. Dia beribadah, dosanya pun diampuni. Apalagi jika dilakukan di bulan Ramadan saat setiap ibadah diganjar pahala berlipat ganda. Jadi, untuk mendapatkan hidup sehat seimbang, Ustad Hilman 'membocorkan' rumusnya nih, Guys.

"Saya ingin memberikan satu khazanah bahwa bukan berarti karena kita puasa jadi boleh malas-malasan, kemudian mager. Itu keliru menurut saya," Ustad Hilman berpendapat. "Kalau saya bikin rumus mungkin begini kali ya, amalan yang fardhu, yang wajib itu diperbaiki. Amalan yang sunnah itu ditambah. Apa misalnya? Baca Quran, infak-sodaqoh, termasuk bekerja kan bagian dari ibadah dalam Islam," jelasnya.

Jika diringkas, maka kesimpulan dari pola ibadah puasa sehat menurut Ustad Hilman Fauzi yaitu:

1. Pastikan pola sahur dan berbuka tidak berlebihan dengan asupan makanan yang mengandung energi protein terbaik.
2. Pastikan tetap olahraga ringan setiap hari. Jika berat, bisa dioptimalkan waktu malam untuk olahraga.
3. Pastikan hati kita bersih dengan sikap yang bisa mengendalikan emosi seperti mengurangi kemarahan, kekesalan dan kegelisahan.
4. Selain memerhatikan asupan makanan, pengaturan pola tidur juga hal penting. Mengantuk selama puasa bukan disebabkan oleh tak makan dan minum seharian, melainkan karena tak memiliki waktu tidur yang cukup.

Yuk, manfaatkan waktu puasamu dengan tetap produktif dan hidup berkualitas!

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait