URguide

Ini Alasan Orang Jepang ‘Betah’ Menjomblo

Alfian Muntahanatul Ulya, Senin, 20 Juni 2022 13.52 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Ini Alasan Orang Jepang ‘Betah’ Menjomblo
Image: Ilustrasi wanita Jepang mengenakan pakaian tradisional mereka. (Unplash)

Jakarta - Kantor Kabinet Biro Kesetaraan Gender Jepang melakukan survei untuk mengetahui persentase wanita dan pria yang tidak ingin menikah. Survei dilakukan pada periode Desember dan Januari lalu. 

Melansir Insider pada Senin, (20/6/2022), survei tersebut melibatkan responden sebanyak 20.000 orang yang terdiri dari wanita dan pria lajang di Jepang. Usia responden berkisar antara 20-60 tahun. 

Hasil survei itu kemudian dipublikasikan dalam paper yang terbit pada Selasa, 14 Juni 2022 lalu. Dalam survei itu terungkap bahwa 25,4 persen wanita Jepang di atas 30 tahun enggan menikah. Sementara pria Jepang dengan rentang usia sama yang enggan menikah sebanyak 25,6 persen. 

Para responden yang enggan menikah itu turut mengungkapkan alasan yang berbeda-beda. Responden wanita rata-rata mengaku enggan menikah karena tidak mau memikul tanggung jawab berumah tangga, termasuk mengurus anak dan suami dalam waktu panjang. 

Selain itu, muncul juga alasan terkait aturan nama di Jepang. Beberapa responden wanita enggan menikah karena merasa kesulitan untuk mengubah nama belakang mereka sesuai dengan hukum sipil dan hukum daftar keluarga yang ditetapkan di sana.

Sementara itu, alasan yang ditemukan pada pria Jepang yang enggan menikah di antaranya adalah karena mereka menginginkan kebebasan. Kebebasan ini meliputi kekuatan finansial mereka yang akan berbeda ketika menikah.

Selain itu, sebanyak 36,2 persen pria Jepang berusia 20-39 tahun juga mengaku enggan menikah karena merasa belum menemukan sosok pasangan yang mereka inginkan. 

Sedangkan 35 persen pria Jepang berusia 30-an tahun enggan menikah karena tidak pernah berkencan sebelumnya. 

Diketahui, banyaknya orang lajang di Jepang ini telah mempengaruhi angka kelahiran di sana yang sudah rendah. Diperkirakan fenomena rendahnya angka kelahiran ini akan terus memburuk.

Rendahnya angka kelahiran akan berdampak signifikan pada beberapa sektor, termasuk akan kurangnya tenaga kerja dan masalah ekonomi jangka panjang di masa depan.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait