URguide

Ini Faktor Terjadinya Toxic Relationship Menurut Sosiolog

Eronika Dwi, Selasa, 9 Februari 2021 11.51 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Ini Faktor Terjadinya Toxic Relationship Menurut Sosiolog
Image: Pixabay/lambhappiness

Jakarta - Selebgram Edelenyi Laura baru-baru ini mengungkap sosok mantannya, Gaga Muhammad, lewat unggahan foto-fotonya dengan caption yang diubah di Instagram miliknya saat mereka masih menjalin status sebagai sepasang kekasih.

Laura terang-terangan menyebut bahwa Gaga yang menyebabkan dirinya harus terbaring di tempat tidur karena kecelakaan mobil di tahun 2019.

Laura juga menyebut bahwa Gaga adalah benalu. Menurut Laura, selama pacaran dia kerap membiayai kebutuhan Gaga.

Bahkan, Laura mengungkap, Gaga tega menggesek ATM-nya diam-diam dan berselingkuh saat dia masih terbaring karena kecelakaan tersebut.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Edèlenyi Laura (@edlnlaura)

Melihat keberanian Laura, banyak netizen langsung memberi hujatan pedas kepada Gaga. Mantan Awkarin itu bahkan sampai menutup kolom komentar Instagramnya, guys.

Namun, tak sedikit juga netizen yang justru 'menghakimi' Laura dengan menyebutnya terlalu mudah percaya dan menganggap gaya pacaran Gaga dan Laura terlalu berlebihan.

Berkaca pada fenomena Laura-Gaga itu, Urbanasia pun bertanya kepada Pengamat Sosiologi Universitas Indonesia (UI), Ida Ruwaida mengenai faktor yang menyebabkan mengapa kisah cinta seperti itu bisa terjadi.  

Menurut Ida, kisah cinta yang bisa disebut sebagai toxic relationship seperti fenomena Laura-Gaga juga bisa terjadi pada usia dewasa, tak hanya pada masa remaja menuju dewasa awal.

"Salah satunya ditandai dengan relasi 'extra-marital' (perselingkuhan, open relationship, dan lain-lain yang bahkan pada beberapa kasus hingga menjurus pada perilaku kekerasan, bahkan kejahatan," kata Ida Ruwaida saat dihubungi Urbanasia, Senin (8/2/2021).

Ida pun memaparkan beberapa faktor yang melatari terjadinya toxic relationship atau cinta buta, sebagai berikut:

1. Tidak/minim pengalaman dalam berelasi;
2. Tidak mengenal atau bahkan tidak mau cari tahu tentang karakter dan latar belakang pasangannya;  
3. Terlalu percaya dan bergantung;  
4. Pada perempuan khususnya, terlalu takut dengan stigma jomblo, tidak laku, dan lain-lain;
5. Tidak paham atau tidak mau paham prinsip-prinsip dalam berelasi sosial, apalagi berpacaran, antara lain: menghargai komitmen, kejujuran, keterbukaan, ketulusan, tanggung jawab; kepedulian, empati;  
6. Tidak diajarkan/dibiasakan untuk menjunjung prinsip prinsip di poin 5, baik di keluarga, sekolah, dan teman sebaya;
7. Pengaruh pergaulan atau teman sebaya;
8. Pengaruh media/media sosial;
9. Memanfaatkan situasi 
10. Populer, dan lain-lain.

Selain itu, Ida juga mengatakan bahwa glorifikasi di media sosial tentang pacaran bisa mempengaruhi konsepsi mengenai pacaran atau pertemanan/relasi interpersonal yang berkembang.

Lebih lanjut, Ida mengatakan bahwa keluarga dan sekolah sangat berperan penting dalam memberikan 'wawasan' dan 'pembiasaan' tentang bagaimana berelasi sosial yang setara, dan cara memanusiakan manusia.  

Ida menyarankan, untuk kita yang masih di usia muda dan belum menemukan pendamping hidup, bersikap kritis dan selektif itu penting dalam memilih pasangan atau teman dekat yang bisa dipercaya.

"Perlu ada kecerdasan sosial, sebagai wujud pribadi yang matang secara sosial. Isu-nya juga terkait dengan kesehatan mental. Jadi kita perlu tahu dan cek kondisi sehat pacar/pasangan kita, bukan hanya sehat secara fisik, tapi juga mental, sosial, bahkan spiritual," jelas Ida.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait