URnews

Ini Kata Pakar soal Ular Melingkar di Bangsal Magangan Keraton Yogyakarta

Nivita Saldyni, Rabu, 21 Oktober 2020 20.10 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Ini Kata Pakar soal Ular Melingkar di Bangsal Magangan Keraton Yogyakarta
Image: Penampakan ular melingkar di Bangsal Magangan Keraton Yogyakarta. Sumber: Facebook Subhan Mustaghfirin.

Yogyakarta - Fenomena munculnya seekor ular yang melingkar di Bangsal Magangan Keraton Yogyakarta beberapa waktu lalu masih menjadi sorotan publik.

Roikan, Antropolog dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya pun turut memberikan komentarnya atas kejadian tersebut, guys.

Roikan mengatakan fenomena ini bukan yang pertama kalinya. Bahkan ia pun mengungkapkan ada beberapa hal yang bisa menjelaskan kemunculan ular yang melingkari salah satu tiang di Bangsal Magangan itu, guys.

Pertama, fenomena itu terjadi pada malam Jumat Legi, di mana malam tersebut dipercaya oleh orang Jawa sebagai hari yang sakral atau istimewa.

"Itu yang kemarin Jumat Legi di Bangsal Magangan. Kalau di daerah Keraton, Bangsal Magangan ini tempat untuk rekrutmen (seleksi) abdi dalem. Kalau di konsep Jawa, Jumat Legi itu harinya juga kan hari spesial," kata Roikan kepada Urbanasia, Rabu (21/10/2020).

Nah, kemunculan ular itu sendiri dipercayanya sebagai suatu simbol atau sebuah perlambangan. Layaknya burung gagak yang diyakini sebagian orang sebagai pembawa kabar duka.

"Meskipun di beberapa media mengatakan itu fenomena yang biasa, tapi kalau kita tilik dari alam pikir orang Jawa, ada alam kosmo. Kosmologi Jawa itu kan penuh dengan simbol dan perlambangan, jadi kalau ular itu adalah hewan yang ada simbol tertentu juga," jelasnya. 

Ular juga seringkali dijadikan perlambangan untuk berbagai hal, seperti halnya di organisasi kesehatan yang digunakan sebagai simbol pengobatan.

"Nah kalau beberapa etnis menyatakan itu perlambangan, salah satunya kalau di hikayat lama itu penanda gempa bumi kalau ada ular. Karena ini di Keraton, maka mungkin momennya itu ada sesuatu yang terjadi di Keraton," ungkap Roikan.

Ketika ditanya soal posisi ular yang melingkar itu, Roikan menjelaskan hal itu melambangkan suatu siklus.

"Bisa jadi kalau melingkar dan kepala ketemu buntut itu siklus, karena terjadi satu perputaran," imbuhnya.

Namun ia tak mengungkapkan secara jelas terkait pertanda tersebut. Sebab di Keraton sendiri sering kali terjadi hal serupa, dan bukan hanya ular sajam

"Di keraton kan memang ada beberapa hewan yang jadi kendaraan dewa. Abdi dalem sendiri kalau ditanya ini dular) perlambangan apa mungkin mereka juga gatau. Tapi bagi orang Jawa sendiri, semua itu mengandung simbol. Jadi apapun di Jawa itu semua disimbolisasikan," terang asisten peneliti di CSWS FISIP Unair itu.

"Ini memang kearifan lokal orang Jogja sendiri ketika membaca tanda alam dan ini berhubungan dengan istilahnya ada fenomena unik yang akan terjadi setelah itu," lanjutnya.

Namun terlepas dari beragam cerita yang beredar di luar sana terkait fenomena langka ini, Roikan berpesan agar Urbanreaders tak mengaikatnya dengan hal-hal yang buruk. 

"Kita hidup dalam simbol-simbol dan tidak lepas dari simbol-simbol. Manusia itu buat simbol dan terjaring oleh simbolnya sendiri, sehingga ini sebuah fenomena simbolis yang mesti ada pro-kontra, berbagai macam argumen. Ya kita tetap bahwa ada sesuatu yang akan terjadi dan itu memang dinamika dalam Keratonan juga. Jadi tidak baik juga ketika dibawa-bawa ke pertanda-pertanda buruk yang orang Jogja sendiri menjaganya," tutupnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait