URtrending

Inovatif! Mahasiswa Unair Ciptakan Aplikasi untuk Bantu Pengobatan HIV/AIDS

Nivita Saldyni, Minggu, 12 Januari 2020 11.45 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Inovatif! Mahasiswa Unair Ciptakan Aplikasi untuk Bantu Pengobatan HIV/AIDS
Image: Mahasiswa UNAIR Ciptakan Aplikasi untuk Membantu Pengobatan Paliatif Pasien HIV. (Humas Unair)

Surabaya - Data terakhir Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur pada Oktober 2019 mencatat, Kota Surabaya di posisi pertama terbanyak penderita HIV/AIDS.

Sebanyak 1.022 orang di Surabaya dinyatakan positif HIV/AIDS.

Untuk mendapatkan perawatan dan tindakan medis yang tepat bagi para pasien itu, maka dibutuhkan riwayat tindakan medis yang tepat pula.

Sayangnya, tidak semua perawat di rumah sakit mampu melacak tindakan medis untuk pasien HIV/AIDS. Seperti halnya perawat residen RSUD Dr. Soetomo yang kesulitan melacak tindakan medis untuk pasien HIV/AIDS.

Baca juga: Helm Pintar Buatan Mahasiswa Malang Ini Bisa Kirim Sinyal GPS Saat Kecelakaan

Melihat masalah itu, seorang mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (FST UNAIR), Hendriyan Ogivano berinisiatif membuat sebuah aplikasi untuk membantu pengobatan paliatif pasien HIV/AIDS.

Hendriyan bersama beberapa rekannya menciptakan aplikasi Med Buddies HIV/AIDS Medication Partner. Aplikasi itu sudah bisa diakses di Google Play Store dengan nama Med Buddies, guys.

Melalui aplikasi Med Buddies HIV/AIDS Medication Partner itu, pasien bisa lebih mudah untuk mengatur jadwal minum obat secara teratur.

“Kami membuat suatu aplikasi untuk membantu pengobatan paliatif pasien HIV/AIDS karena seringkali teman-teman penderita HIV/AIDS tidak minum obat secara rutin,” katanya.

Baca juga: Akses Informasi Obat dengan Mudah Pakai Aplikasi Besutan Mahasiswa Malang Ini

Hendriyan bersama Najibullah Ulul Albab mahasiswa FST, Rizki Jian Utami mahasiswa Fakultas Keperawatan (FKp), Rahmatul Habibah (FKP), dan Asih Parama Anindhia (FKP) bekerjasama mengembangkan aplikasi itu.

Bukan hal mudah bagi tim ini dalam menciptakan dan mengembangkan aplikasi itu. Mereka telah melalui serangkaian proses panjang, mulai dari brainstorming, mencari solusi, dan implementasi ke dalam sistem aplikasi.

Tahap awal yang mereka lakukan adalah mencari akar permasalahan lewat tahap brainstorming.

“Tahap awal yaitu melakukan brainstorming berulang kali untuk menemukan pokok masalah, lalu melakukan solusi dari permasalahan tersebut secara tepat. Setelah itu baru implementasi ke dalam sistem aplikasi,” kata mahasiswa tingkat akhir itu.

Baca juga: Unik, Mahasiswa Ubaya Buat Souvenir Khas Indonesia dari Ampas Tebu!

Mereka juga kerap kali menemui hambatan, salah satunya adalah waktu. Hendriyan mengaku timnya sempat kesulitan mencari waktu yang tepat untuk melakukan brainstorming berulang kali.

“Kesulitannya mungkin masalah mencari waktu yang tepat karena kan brainstorming dilakukan berkali-kali dan teman-teman juga waktu kosongnya tidak sama,” imbuhnya.

Hebatnya, karya yang telah melalui serangkaian proses pengembangan dan lolos diuji coba tim itu berhasil mengantarkan Hendriyan dan kawan-kawan meraih penghargaan Silver Award untuk kategori Best Project dalam ajang Management & Science University on Idea Regeneration Expo 2019 (MSU iREX 2019), pada 16-17 Desember 2019 di Chancellor Hall, Management & Science University, Malaysia.

Bukan itu aja lho, Med Buddies HIV/AIDS Medication Partner juga berhasil meraih gold award dalam ajang International Exhibition of Research, Idea & Innovation on Creative and Humanizing pada 16-18 Desember 2019 di Convention Hall, Level 5 E-Learning , Sultan Abdul Jalil Shah Campus (KSAJS), Sultan Idris Education University (UPSI), Malaysia.

Pencapaian itu tak lantas membuat Hendriyan dan tim berpuas diri. Mereka berharap ke depannya aplikasi itu bisa berkembang lebih luas dan tak hanya mengatasi masalah HIV/AIDS, tapi juga membantu mengatasi penyakit lainnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait