URnews

Intip Strategi Taiwan dan Hong Kong Tangani Wabah Corona

Kintan Lestari, Rabu, 15 April 2020 14.30 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Intip Strategi Taiwan dan Hong Kong Tangani Wabah Corona
Image: Seorang warga memakai masker pelindung saat berdoa di Kuil Lungshan di Taipei, Taiwan, Kamis (12/3/2020). (REUTERS/ANN WANG)

Taipei - Seluruh negara saat ini tengah berperang melawan pandemi virus corona baru atau COVID-19. 

Dari semua negara yang tengah berjuang, Singapura disebut sebagai negara yang bagus dalam menangani COVID-19. Tapi tak hanya Singapura saja, Taiwan dan Hong Kong juga sukses menekan penyebaran COVID-19 di negaranya. Padahal 2 negara tersebut letaknya sangat dekat dengan Cina.

Data hari ini (15/4/2020) menunjukkan di Hong Kong ada 1.013 kasus COVID-19 dengan total korban meninggal 4 orang. Sementara Taiwan punya 393 kasus dengan 6 orang meninggal dunia.

Total kematian yang sangat rendah sampai hari ini tentu membuat kita bertanya-tanya strategi apa yang digunakan Taiwan dan Hong Kong untuk mencegah penyebaran virus corona.

Rupanya dua negara itu berjuang melawan wabah dengan pengujian agresif, mengisolasi orang yang terinfeksi, dan melacak dan mengkarantina orang yang melakukan kontak dengan pasien terinfeksi.

- Hong Kong

Saat jumlah kasusnya bertambah, dari 149 kasus yang dikonfirmasi pada 15 Maret lalu menjadi 1.005 kasus pada hari Minggu (12/4/2020) kemarin, Hong Kong langsung memberlakukan pembatasan pada restoran dan menutup seluruh bar yang mana berlaku hingga 23 April mendatang. 

Hong Kong sudah berpengalaman menangani pandemi saat kasus SARS merebak tahun 2003 silam, dan mereka belajar banyak dari kasus itu. Mereka telah membangun kemampuan respons dan menyusun rencana kesiapsiagaan. Negara tersebut juga kecil dan punya sedikit perbatasan darat sehingga mudah dikontrol akses masuk.

Spesialis kesehatan umum Universitas Hong Kong Gabriel Leung juga menyatakan, "Baik pemerintah Hong Kong dan Singapura sangat peduli [tentang bukti ilmiah] dan mendengarkan para ilmuwan."

Bagi yang positif corona langsung dibawa ke rumah sakit, baik orang tersebut menunjukkan gejala atau tidak, sebagai tindakan pencegahan. Lalu orang yang baru pulang dari luar negeri harus mengkarantina diri sendiri selama 2 minggu. 

Di Hong Kong, orang yang dikarantina dilengkapi dengan gelang elektronik yang berfungsi sebagai telepon pintar untuk melacak keberadaan mereka. 

- Taiwan

Saat wabah corona merebak, tanggal 3 Maret lalu Pusat Komando Kesehatan Nasional Taiwan (NHCC) bereaksi sangat cepat dengan melakukan berbagai tindakan guna mencegah virus corona merebak.

Beberapa tindakan yang diambil sebagai berikut:
- Larangan berpergian
- Menghentikan kapal pesiar yang berlabuh di pelabuhan
- Hukuman tegas bagi pelanggar karantina
- Meningkatkan produksi masker wajah di dalam negeri dan memastikan harga jual masing-masing di bawah 0,15 euro (sekitar Rp 2500). Melarang ekspor
- Melakukan tes virus corona di seluruh pulau
- Menghukum penyebar berita hoaks virus corona

- Mengaktifkan tindakan manajemen darurat dengan menurunkan tim terlatih dan berpengalaman
- Mengatur suplai mesin dan obat-obatan ventilator
- Menerapkan protokol medis yang jelas dengan konsultasi berkelanjutan dari para pakar Tiongkok
- Memasang monitor suhu untuk menyaring orang-orang yang sedang demam
- Mengkarantina orang yang baru berpergian dari negara dengan kasus corona serta melacak mereka melalui ponsel

Dalam satu bulan, Taipei telah mendistribusikan hampir 6,5 juta masker ke sekolah-sekolah, ditambah 84.000 liter hand sanitizer, dan 25.000 termometer.

Orang Taiwan mendapatkan tes gratis, dan jika mereka diisolasi pemerintah membayar makanan, perumahan, dan perawatan medis mereka selama 14 hari.

Stasiun televisi dan radio menyiarkan pengumuman layanan publik setiap jam tentang virus corona, termasuk bagaimana penyebarannya dan bagaimana orang harus mencegah infeksi. Dengan informasi yang transparan dan pengetahuan medis yang memadai rasa takut berkurang. 

Setiap orang dapat membeli masker dewasa dan anak-anak dalam jumlah tertentu per minggu dari apotek dan klinik.

Basis data milik Administrasi Asuransi Kesehatan Nasional, Badan Imigrasi Nasional, dan Administrasi Pabean terintegrasi, sehingga bisa digunakan untuk mengidentifikasi mereka yang paling berisiko melalui perjalanan dan riwayat kesehatan mereka. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait