URnews

Jago Mana antara Pebisnis dan Militer dalam Strategi Pemenangan Pilpres?

Urbanasia, Senin, 22 Oktober 2018 13.32 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Jago Mana antara Pebisnis dan Militer dalam Strategi Pemenangan Pilpres?
Image: istimewa

Urban Asia “ Ibarat perang, kekeliruan penunjukan jenderal lapangan akan mempengaruhi kemenangan. Jika jenderal perang tidak memahami musuh, medan dan kekuatan prajurit serta senjata itu sama saja menggali kuburnya sendiri. Erick Thohir sosok pengusaha muda yang sukses telah ditunjuk oleh pasangan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres), Joko Widodo (Jokowi) “ Maruf Amin sebagai Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Koalisi Indonesia Kerja (KIK). Keberhasilan Erick yang juga sebagai Ketua Inasgoc dalam penyelenggaraan Asian Games 2018 dan penilaian mewakili kalangan milenial menjadi alasan dirinya dipilih sebagai Ketua TKN KIK. Tidak hanya itu, Erick yang diketahui bersahabat kental dengan Cawapres Sandiaga Uno dianggap juga mengetahui kekurangan dan kelebihan sahabatnya itu. Dan ini dianggap menjadi modal buat pasangan Jokowi “ Maruf bersama partai pendukung dalam menghadapi strategi Sandi yang berpasangan dengan Capres Prabowo Subianto.Diametral, pasangan Prabowo “ Sandi justu memasang Djoko Santoso yang pernah menjadi Panglima TNI 2007 “ 2010 sebagai Ketua Tim Sukses. Dengan pengalaman di bidang kemiliteran, Djoko diharapkan dapat menyesuaikan pengalamannya untuk berperang di ranah politik pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 nanti.Perbedaan dari Erick dan Djoko di atas yang banyak dipaparkan oleh media tentu dipengaruhi oleh faktor “ faktor lain juga. Ya seperti yang biasa kita dengar juga, bahwa politik bukanlah selalu yang ada di permukaan atau yang tampak.Sebagai misal, Erick diketahui juga bos dari beberapa media, seperti Republika, ANTV, Jak Tv dan beberapa stasiun radio. Ini tentu memperkuat posisi sebelumnya, dimana ada Surya Paloh bos Media Grup dan Hary Tanoesoedibjo yang juga bos dari MNC Grup.Dari komposisi kekuatan ini, Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Arief Poyuono mengisarkan 75% media arus utama sudah dikuasai oleh pasangan Jokowi “ Maruf. Ya mungkin anggapan Arief ini seperti fakta yang ada, jika media massa yang pemiliknya terjun ke dunia politik, sangat rentan dengan keberpihakannya terhadap salah satu pasangan calon.Bersandar pada pendapat Arief ini, jika benar terjadi, Erick bisa dibilang turut membantu pembiayaan kampanye dari Jokowi “ Maruf. Karena sama “ sama kita ketahui belanja iklan atau kampanye politik itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, bisa miliaran bro sis.Kekuatan material ini lah yang tak dimiliki Djoko sebagai Ketua Tim Sukses Prabowo “ Sandi. Tetapi dengan pengalaman militernya yang belajar berbagai strategi perang, itu yang nampak diandalkan oleh Prabowo “ Sandi.Ya kita bisa lihat dari buku strategi perang seperti The Art of War yang ditulis oleh Sun Tzu, strategi perang militer bisa diterapkan di dunia bisnis, politik, kebudayaan dan lain “ lain. Bisa jadi Djoko diminta mempersiapkan untuk membuat strategi darat, udara dan bahkan perang asimetris. Startegi Djoko seperti gerilya politik, perang setangah terbuka, setengah tertutup atau perang total tentu akan membuat dinamika adu kuat antara dirinya dengan Erick akan terus diperbandingkan.

Kini dengan kelebihan dan kekurangan masing “ masing dari Erick dan Djoko, keduanya harus tetap perlu banyak melakukan penyesuaian agar dapat berperang secara efektif untuk menang. Tidak hanya melihat dirinya sendiri, tapi juga sekali lagi pada lawannya, medan perangnya, pasukan dan senjatanya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait