URtrending

Kampung Lali Gadget Jadi Cara Unik Tanggulangi Kecanduan Gadget

Nivita Saldyni, Selasa, 26 November 2019 11.30 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kampung Lali Gadget Jadi Cara Unik Tanggulangi Kecanduan Gadget
Image: Instagram @kampunglaligadget

Sidoarjo - Berbicara soal pengaruh gadget yang semakin tak bisa lepas dari kehidupan manusia, nama Kampung Lali Gadget (KLG) tentu menarik perhatian. Kampung yang berada di Desa Bendet, Pagerngumbuk, Wonoayu, Sidoarjo ini berhasil membuat gebrakan untuk menanggulangi kecanduan gadget pada masyarakat.

Namun ternyata, keberhasilan KLG tak lepas dari tangan-tangan kreatif para pemuda di Sidoarjo, guys. Ide ini datang dari dua pemuda asal Wonoayu, Sidoarjo.

Mereka adalah Nicho Priambodo dan Ahmad Irfandi yang telah menggodok ide ini sejak duduk di bangku SMA, sekitar delapan tahun lalu.

"Dulu saya punya mimpi kalo di desa ini ada bumi perkemahan karena saya pegiat pramuka. Bareng mas Irvandi, kurang lebih enam tahun kami berkegiatan bareng," kata Nicho kepada urbanasia saat ditemui Minggu lalu.

Baca Juga: Nakula Indonesia Ajak Anak Milenial Kembali Main Game Tradisional Dibanding Gadget

Berbekal prinsip hidup yang mereka dapat selama kegiatan pramuka, keduanya memberanikan diri untuk membuat gerakan literasi di desa asalnya untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat.

Mereka memulai dari gerakan literasi sederhana bernama Indonesia Bijak Gawai yang diawali Sidoarjo Bijak Gadget bersama dengan komunitas Iki Lho Wonoayu. Lalu ide ini diteruskan ke komunitas Wonoayu Kreatif dan berkembang menjadi Dolanan Tanpo Gadget.

Hingga kini jadilah Kampung Lali Gadget yang setiap dua bulan sekali mengadakan kegiatan rutin di Desa Bendet, Pagerngumbuk, Wonoayu, Sidoarjo.

Tak hanya anak-anak dan remaja, para orang tua juga turut serta dalam kegiatan di KLG yang belum genap berusia dua tahun ini.

"Karena semua merasakan dampak yang sama dari penggunaan gadget. Jadi kami ingin menanggulangi dengan cara mengalihkan ke berbagai kegiatan edukatif dan menarik," katanya.

Tak heran jika di sini kamu bisa menemui spot literasi dengan ratusan buku yang tersedia di area pendopo, majalah dinding, berbagai permainan tradisional, dan berbagai kesenian seperti wayang hingga diskusi parenting.

Baca Juga: Di Malang Ada Wisata ‘Kampung Radio’ Lho, Seperti Apa Ya?

Menariknya, tak hanya masyarakat Pagerngumpuk dan sekitarnya aja nih yang antusias, banyak juga yang datang dari Surabaya, Gresik, Jombang, dan Malang ikut dalam kegiatan ini. Bahkan beberapa vonlunteer dari Yogyakarta hingga Medan juga turut ambil bagian dalam beberapa kegiatan KLG, lho.

"Kami selalu bilang kalau KLG itu milik bersama, siapapun boleh berperan, berinisiasi, dan berinovasi di sini. Karena kami melaksanakan kegiatan demi kepentingan dan kebutuhan bersama yang dampaknya dirasakan semua orang," kata Nicho.

Ia pun berpesan untuk para pemuda di mana pun berada untuk tak melupakan daerah asalnya. Ia mengajak seluruh pemuda untuk turut menyelesaikan permasalahan di daerah masing-masing dengan caranya sendiri.

"Saya ambil filosofi lebah, di mana saya ambil ilmu banyak di jalan, saya ambil madu-madunya dari luar kota lalu saya bawa pulang kembali," katanya.

Lanjutnya, jangan selalu berekspektasi kepada uang tapi cobalah memikirkan penyelesaian masalah dalam lingkup masyarakat.

"Terakhir, banyak orang yg punya ide dan gagasan di dunia ini, tapi pemenang adalah yang mengeksekusinya," tegas Nicho.

Berkat konsistensinya ini, KLG berhasil mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dan Provinsi Jawa Timur sebagai pemuda pelopor di bidang pendidikan tahun ini.

Namun tak ingin berpuas diri, Nicho yang ingin KLG lebih dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia ini mengaku punya harapan besar.

"Kami berharap isu tentang Indonesia Bijak Gawai bisa diadopsi menjadi isu nasional dan KLG bisa menjadi desa tematik dan wisata edukasi, sehingga kami selalu bisa bermanfaat untuk orang banyak," tutupnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait