URedu

Karier Mentok, Lebih Dari 50% Pekerja di Vietnam Berhenti Kerja

Itha Prabandhini, Jumat, 6 Maret 2020 03.00 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Karier Mentok, Lebih Dari 50% Pekerja di Vietnam Berhenti Kerja
Image: istimewa

Jakarta - Hasil survei yang dilakukan oleh sebuah recruitment firm, Adecco, menunjukkan angka yang mengejutkan. Selama tahun 2019, lebih dari dari separuh tenaga kerja di Vietnam memilih berhenti bekerja karena tidak ada jenjang karier. Survei tersebut melibatkan 120,000 pekerja dari 1000 perusahaan di Hanoi dan Ho Chi Minh City.

Tercatat sebanyak 51.3% pekerja, berhenti dari pekerjaannya karena merasa mentok dengan karirnya dan tidak ada kesempatan untuk menduduki posisi yang lebih tinggi. Selain itu, 32,4% pekerja beralih profesi demi mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Hasil survei juga menunjukkan bahwa peringkat produktivitas pekerja di Vietnam jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara di Asia dan Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Tiongkok.

Adanya tuntutan yang bertolak belakang antara pihak pekerja dan pihak perusahaan, rupanya menjadi faktor yang signifikan membuat para pekerja meninggalkan pekerjaannya. Lebih dari 80% pekerja mengatakan bahwa jam kerja yang fleksibel akan membantu mereka untuk lebih produktif.

Baca Juga: Alasan Networking Itu Penting untuk Dapatkan Pekerjaan

Di sisi lain, sekitar 80% perusahaan mengharapkan para pekerja untuk terus ngantor selama jam kerja. Padahal, seringkali para pekerja hanya menghabiskan jam kerja tanpa melakukan apa-apa.

Menurut Pusat Statistik Vietnam, rendahnya produktivitas kerja disebabkan oleh teknologi yang ketinggalan zaman dan kurangnya keterampilan para pekerja.

Namun demikian, Adecco juga mencatat bahwa rekrutmen pegawai akan terus meningkat seiring derasnya arus investasi asing ke Vietnam. Didukung oleh banyaknya jumlah tenaga kerja muda, meningkatnya perekonomian, dan tingkat stabilitas politik, Vietnam menjadi tujuan investasi dunia yang menjanjikan. Apalagi menyusul ketegangan hubungan perdagangan Amerika dan Tiongkok.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait