URtrending

Karyanya Dilukis Ulang dan Dijual Tanpa Izin, Seniman Ini Curhat di Twitter

Nivita Saldyni, Sabtu, 27 Maret 2021 12.46 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Karyanya Dilukis Ulang dan Dijual Tanpa Izin, Seniman Ini Curhat di Twitter
Image: Karya Ahmad Nusyirwan yang diduga telah dijiplak, dilukis ulang dan diperjualbelikan tanpa izin. Sumber: Twitter @ahmadnusyirwan_

Jakarta - Belum lama ini media sosial kembali dihebohkan dengan dugaan kasus plagiarisme. Sebuah lukisan Marilyn Monroe yang diperjualbelikan di akun Instagram @75gallery diduga menjiplak karya seniman digital bernama Ahmad Nusyirwan.

Hal ini mulai ramai dibicarakan sejak Ahmad membagikan ceritanya di Twitter pada Kamis (25/3/2021) lalu. 

"Nasib seniman digital, show off karya di internet, muncul di pinterest, google image, malah dicuri, dilukis ulang, dijual berjuta-juta. Eh saya yang bikin gak pernah jual semahal itu," cuit Ahmad, seperti dilihat Urbanasia pada Sabtu (27/3/2021). 

"Kapan sih orang-orang sadar kalo tiap gambar yg ada di pinterest/google image itu gak gratis???," imbuhnya.

Dalam cuitannya itu, Ahmad membagikan beberapa bukti foto. Mulai dari postingan @75gallery, percakapan dengan pihak gallery, hingga perbandingan karya asli miliknya dan karya yang diperjualbelikan tanpa izin oleh @75gallery.

Dalam postingan akun Instagram @75gallery, lukisan yang diduga menjiplak karya Ahmad itu berjudul Monroe karya pelukis Malang, Jawa Timur berinisial AH. Karya seniman kelahiran 1999 itu dijual seharga Rp 12 juta. 

Ahmad mengaku tak terima karya yang dibuatnya pada 2014 itu dilukis ulang dan diperjualbelikan tanpa izin. Ia pun berusaha meminta klarifikasi kepada pihak gallery namun malah berdebat dengan Fendy, yang diduga pemilik 75 Gallery.

Dalam potongan percakapan yang diposting ulang Ahmad, Fendy mengaku bahwa karya tersebut tidak bisa dibilang plagiat. Sebab kemiripan yang ada tidak 100 persen. Perbincangan pun berlangsung alot. Ahmad ingin karyanya di-takedown, namun 75 Gallery bersikeras bahwa itu bukanlah karya jiplakan.

Ahmad pun sempat meminta kontak sang pelukis. Namun Fendy enggan memberikannya dan meminta Ahmad mencarinya sendiri. Ia juga mengaku tak tahu kontak pelukisnya karena pihaknya membelinya dari pecinta seni, bukan pelukis aslinya.

"Saya cuma minta di takedown aja kok, gak mau minta pembagian uangnya, karna males ngurusinnya, saya di Jambi dia di Jakarta. Juga saya sudah sering ngalamin hal ini, karya dicuri, makanya males berurusan panjang sama orang-orang kayak gini," cuit Ahmad.

"Kalo dia mau tanggung jawab ya alhamdulillah, kalo malah ngotot ya saya bikin thread. Saya mah cuma bisa ngelakuin kayak gini aja, gak bisa nuntut-nuntut sampe ke ranah hukum. Karna saya cuma seniman kampung di pelosok Prov Jambi. Mau berurusan panjang juga susah," imbuhnya.

Ahmad mengaku ini bukan pertama kali dialaminya. Namun ia sudah beberapa kali menjadi korban dan sering membagikannya lewat Facebook.

"Btw ini kasus yang pertama kali saya share ke Twitter, kasus sebelum sebelum ini saya share ke FB. Nyolong juga. Nanti kalo ada waktu aku bikin thread juga. Karna tu orang lebih parah kasusnya dari ini," tutupnya.

Kasus ini masih jadi perdebatan. Hingga saat ini thread Twitter Ahmad itu telah disukai lebih dari 47 ribu akun dan di-retweet lebih dari 23 ribu kali. Bahkan tak sedikit yang memberikan dukungan untuk Ahmad.

"Jahat amat ini nama siapa dah 🤣🤣🤣... saya bantu up mas moga bisa terselesaikan," cuit salah seorang netizen.

"Bahkan dari garis ini pun jelas dia jiplak, hanya perbedaan saturasi warnanya saja. Curiga kalo dia cuma print vector anda, trus dijiplak di canvas. Saya pernah kelola galeri seni dan ngga mungkin org galeri punya mindset seperti dia. Fix tukang frame pinggir jalan," cuit lainnya.

"Astaga please org indo tuh harus naikin awareness mreka about copyright, artsy things; harus dihargain karena itu juga karya & ga cuman di copas, diedit doang... mikir ide, waktu buat explore tuh panjang bgt ga semalem jago    this thread is so heartbreaking   sabar ya," tulis netizen lainnya.

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait