Kenapa Sih Milenial di Swedia Suka Hidup Menyendiri?

Jakarta - Para generasi milenial biasanya perlu kehidupan sosial tinggi. Tapi, agak berbeda dengan yang terjadi di Swedia, guys. Pada umur 18 atau 19 tahun, milenial di Swedia mulai meninggalkan rumah orang tuanya untuk hidup sendiri secara mandiri.
Di Swedia, budaya untuk move out atau meninggalkan rumah orang tua dan mulai kehidupan sendiri, punya keterkaitan erat dengan sejarah negara tersebut.
Dulunya, orang-orang biasa meninggalkan rumah untuk bekerja di ladang atau perkebunan yang jauh letaknya dari rumah. Rupanya, seiring perubahan zaman, budaya ini tetap ada meskipun dalam bentuk yang berbeda.
Tinggal di Apartemen
Mereka keluar dari rumah, bukan untuk tinggal di asrama atau mengontrak rumah bersama teman-temannya. Biasanya, mereka menempati apartemen kecil untuk para lajang dan memulai hidupnya tanpa bantuan orang tua atau saudara.
“Saya selalu ingin keluar dari rumah dan merasa siap untuk itu,” ucap Ida Staberg (21) seperti dikutip BBC. Ida sudah 2 tahun hidup sendiri di Stockholm dan membiayai pengeluaran hidupnya dari bekerja di sebuah perusahaan.
Rupanya hal ini memberi kepuasan tersendiri bagi Ida bahwa dia bisa merawat diri sendiri dan mengatur kehidupan sesuai dengan keinginannya sendiri.
Baca juga: Fenomena Hikikomori, Wujud Depresi Orang Muda Jepang Dengan Mengurung Diri
Wujud Kemandirian
Seorang Profesor dari Universitas Stockholm, Gunnar Andersson, mengatakan, budaya untuk move out dari rumah orang tua adalah bentuk dari mewujudkan kemandirian seseorang. Jika ada milenial yang masih tinggal dengan orang tuanya, justru ada yang salah dengan mereka.
Saat ini, lebih dari 50% hunian di Swedia ditempati oleh milenial lajang berusia antara 18 hingga 25 tahun. Angka ini menurut data Eurostat, adalah yang tertinggi di antara negara-negara Uni Eropa, di mana para pemuda di Eropa kebanyakan mulai meninggalkan rumah di usia 26 tahun.
Didukung oleh Tingkat Kesejahteraan
Milenial umumnya terganjal oleh mahalnya harga hunian dan biaya hidup sehingga menunda memulai hidupnya secara mandiri. Tapi untungnya, tingkat kesejahteraan negara ini memungkinkan untuk para milenial bisa memiliki hunian sendiri, jaminan kesehatan, dan pendidikan yang layak. Wah, enak banget ya?
Baca juga: 10 Kebaikan Kecil yang Bisa Mengubah Hidupmu dan Orang Lain
Ada Sisi Gelapnya
Di Swedia, begitu banyak tekanan bagi para milenial untuk bersikap dan menjadi orang dewasa. Tak jarang tekanan ini membuat beberapa orang merasa stress. Tercatat dalam satu dekade terakhir, jumlah kasus milenial yang mengalami masalah psikologis, meningkat hingga 70%. Waduh!
Tantangan hidup sendiri yang terbesar adalah rasa kesepian. Selain itu, mengatur keuangan yang lebih kompleks untuk menyewa tempat tinggal, makan sehari-hari dan kebutuhan lain, menjadi kesulitan tersendiri.
Seperti yang dirasakan oleh Christoffer Sandstrom (26), yang telah 5 tahun hidup sendiri. “Saya merasa terisolasi, kehilangan semangat, dan sedih saat bangun pagi,” ungkapnya. Christoffer mengatasi perasaan kesepiannya itu dengan menyibukkan diri untuk melewati hari dengan cepat.
Sedikit berbeda dengan Christoffer, Ida menikmati pengalaman hidup sendiri, meskipun diakuinya berat. “Meskipun berat, hidup sendiri mengajarkan banyak hal kepada saya dan hal ini baik untuk perkembangan diri saya,” tandasnya.
So guys, sudah siap untuk hidup mandiri?