URstyle

Kisah Pilu Korban Gagal Ginjal Akut

Ika Virginaputri, Rabu, 9 November 2022 19.15 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kisah Pilu Korban Gagal Ginjal Akut
Image: Pasien anak-anak (Foto: Freepik/LifeforStock)

Curie bingung. Sudah beberapa hari ini anak perempuannya, Cyrene Melody Mamonto, yang baru berusia 2 tahun 7 bulan, menderita demam. Curie pun memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter keluarga via aplikasi pesan.

Tapi ada yang janggal dengan sakit Melody. Meski sudah diberi obat paracetamol sirup dan antibiotik Cefixim seperti anjuran dokter, kondisi Melody tak juga menunjukkan perubahan yang berarti. Demam Melody hanya naik-turun, tanpa benar-benar sembuh.

“Ini sudah tidak seperti biasanya,” pikir Curie dan suaminya. Demam Melody sudah terlalu lama. Berbagai kekhawatiran pun mulai berkecamuk di benak Curie. “Jangan-jangan demam berdarah atau malaria”, pikirnya.

Tanpa pikir panjang lagi, Curie dan suami segera melarikan Melody ke rumah sakit terdekat. Melody pun langsung ditangani di Instalasi Gawat Darurat.

Dokter di rumah sakit segera melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk pemeriksaan menyeluruh. Tubuh lemah Melody pun harus menyerah dengan jarum suntik yang menembusi kulitnya demi mendapatkan hasil tes darah.

Guna memastikan kondisi Melody, Curie dan suami pun memilih rawat inap untuk observasi lebih lanjut. Biar bagaimanapun, kondisi Melody masih sangat lemah. Terlebih lagi, nafsu makannya yang menurun, membuat Melody perlu mendapatkan bantuan infus.

Curie mulai sedikit merasa lega saat dokter menyatakan bahwa Melody menunjukkan gejala paratifoid yang tidak berbahaya. Namun, kelegaan itu tak berlangsung lama.

Kondisi Melody kembali menurun dengan seringnya ia mual dan muntah. Tubuh gadis kecil itu seakan enggan mencerna makanan yang diterimanya. Padahal, semua obat yang diberikan juga harus diminum.

Melihat putrinya makin tak berdaya, Curie pun tak bisa lagi menahan rasa paniknya. Apalagi, injeksi obat mual dan Ranitidine yang diberikan dokter, seakan tak mampu membuat Melody merasa lebih baik.

1667996036-Melody.jpgSumber: Unggahan Curie di media sosialnya menceritakan hari-hari terakhir Melody di RS (Foto: Tiktok @CurieLoho)

Tubuh Melody mulai mengalami bengkak. Dari yang awalnya hanya telapak tangan sebelah kiri dan bagian badan yang terdapat infus, kini menjadi bengkak di semua bagian tubuh. Dokter pun heran dengan perubahan ini dan mulai mencabut infus.

Saat itu Curie dan dokter juga menyadari bahwa Melody tidak buang air kecil, padahal dua hari sebelumnya masih lancar. Curie pun dianjurkan untuk mengompres perut Melody dengan air hangat dan air dingin bergantian, untuk merangsang tubuhnya membuang kotoran melalui berkemih.

Namun hasilnya nihil. Melody tak juga buang air kecil. Curie hampir putus asa dengan kondisi Melody yang tak kunjung membaik.

Akhirnya dokter pun mulai memusatkan pemeriksaan pada ginjal Melody. Curie dan suami pun harus menerima kabar buruk bahwa Melody didiagnosa menderita gagal ginjal akut.

Sayangnya, karena keterbatasan layanan, Melody harus dirujuk ke rumah sakit lain untuk mendapatkan penanganan yang lebih optimal. Di rumah sakit rujukan, Melody harus kembali berjuang dengan dibantu banyak peralatan medis.

Tak kuasa menahan rasa sakitnya, Melody mulai mencabuti selang-selang yang menempel di tubuhnya. “Melody mulai memasuki masa delirium atau masa pasien berhalusinasi,” begitu penjelasan dokter.

Tak dapat dibayangkan lagi betapa kalutnya perasaan Curie dan suaminya. Sakit yang dirasakan di hatinya tak dapat dibandingkan dengan luka batin apapun.

Buah hati yang dicintainya tengah berjuang untuk bertahan hidup dengan ginjal yang sudah rusak. Harapan pun mulai menipis ketika kesadaran Melody makin menurun.

Meski doa Curie dan suami yang mengharap datangnya mukjizat, tak pernah putus, hanya Tuhan yang dapat mengubah situasi ini. Namun, Tuhan tak berkehendak Melody menderita terlalu lama. Melody pun dipanggil Yang Maha Kuasa untuk beristirahat selama-lamanya pada hari Minggu, 31 Juli 2022.

Kandungan Berbahaya

Cerita Curie tentang hari-hari terakhir Melody, menuai simpati masyarakat. Terutama karena sebagai ibu, Curie sempat mendapat jawaban yang kurang memuaskan tentang mengapa buah hatinya pergi begitu cepat.

Namun, setelah mengetahui adanya korban lain selain Melody dan pemerintah mulai buka suara, Curie berharap produsen obat tidak mencari-cari alasan demi lari dari tanggung jawab hukum.

“Jika etilen glikol dan dietilen glikol tidak ada dalam sirup, tidak mungkin Melody akan gagal ginjal. Dan pada akhirnya produsen obat berbahaya akan mencari dalih mulai dari bakteri, virus, dosis, padahal semua awalnya dari bahan berbahaya yang ada yang membuat proses ginjal tersebut rusak dalam waktu yang cepat,” begitu Curie mengungkapkan kekecewaannya.

“Ginjal anak itu sangat kuat. Jika sebelumnya dia baik saja dan tiba-tiba rusak, berarti ada bahan berbahaya yang masuk,” lanjutnya.

Meski terlambat karena sudah ratusan nyawa melayang, Curie berharap akan ada pengawasan obat yang lebih baik di Indonesia agar tak ada lagi yang bernasib seperti Melody.

“Anak saya memang sudah meninggal dan saya pun sudah menerima hal tersebut,” ungkap Curie. “Cuma dari dulu memang saya penasaran dengan berbagai penyebab dan pemicu meninggalnya anak saya dengan cara yang cepat dari segi medis. Sekarang saya sudah mendapatkan jawabannya dan semoga mereka yang bertugas mengawasi, tidak kecolongan lagi,” sambungnya lagi.

Curie juga meninggalkan pesan seolah menguatkan para orang tua yang mengalami hal serupa dengannya. Berharap sekaligus berdoa kepergian anak-anak mereka tak sia-sia dan bisa jadi pelajaran berharga.

“Selamat jalan untuk anak-anak yang meninggal karena gagal ginjal akut, kalian adalah pahlawan untuk generasi saat ini dan akan datang,” ucap Curie. “Tanpa kalian, mustahil kandungan berbahaya ini terbongkar dan kemungkinan generasi ini jadi generasi gangguan ginjal. Semoga selanjutnya BPOM mampu mengawasi dengan benar,” harap Curie.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait