URstyle

Komunitas UFO-Alien: Percaya Kehidupan di Luar Bumi

Ika Virginaputri, Selasa, 29 Juni 2021 19.29 | Waktu baca 9 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Komunitas UFO-Alien: Percaya Kehidupan di Luar Bumi
Image: Indonesia UFO Network (IUN) saat dideklarasikan berbarengan dengan International SETI Conference tahun 2019 di Yogyakarta (copyright Indonesia UFO Network 2021)

Jakarta - Topik mengenai fenomena luar angkasa seperti alien dan UFO (Unidentified Flying Object) bukanlah sesuatu yang lumrah jadi bahan obrolan di Indonesia, apalagi ditekuni sebagai hobi.

Tapi, lain ceritanya dengan empat pria berikut ini. Ketertarikan mereka akan keberadaan UFO-Alien seperti sudah mendarah daging. Tak hanya sekadar meyakini, mereka juga tergabung di komunitas UFO-Alien yang ternyata beranggotakan ribuan orang. Latar belakang apa sih yang bikin mereka percaya?

Bukan Orang Sembarang

Tidak banyak orang yang diberi kesempatan melihat penampakan benda langit atau luar angkasa seperti piring terbang atau UFO. Setyawan Haryanto, atau akrab dipanggil Ipang, adalah salah satu yang pernah mengalaminya. Di suatu siang Agustus 2012 saat sedang menjemur bantal-guling di atap teras rumahnya, Ipang melihat sebuah objek melintas awan dengan kecepatan tinggi.

Objek tersebut berbentuk kubus berwarna gelap, tanpa jejak asap, tanpa lampu, tanpa suara. Menurut penglihatan Ipang dari kejauhan, ukurannya lebih besar dibanding pesawat, helikopter dan jet. Sayangnya karena terik matahari, Ipang kesulitan untuk mengikuti titik dan pergerakan objek. Pengalaman itu sempat direkam Ipang menggunakan kamera ponsel dan diunggah di kanal Youtube pribadinya. Sudah sering Ipang melihat UFO. Dirinya berpendapat UFO bukan lagi masalah percaya atau tidak percaya.

"UFO itu nyata. Semua perlu membicarakannya, menelitinya dan membuktikannya." kata Ipang. "Memang mereka ada di atmosfer kita tetapi kita tidak tahu apakah mereka menggunakan jenis teknologi yang sama. Mereka mungkin menggunakan sesuatu yang sepenuhnya berbeda, sesuatu yang sangat berbeda dari apa yang biasanya kita kaitkan dengan teknologi yang digunakan untuk penerbangan saat ini."

Karena minat ini, Ipang bergabung dengan BETA UFO di tahun 2009 dan juga di Indonesia UFO Hunters. Bersama dengan Venzha Christ yang juga penggiat UFO dan peminat space science, serta Nur Agustinus, Mei 2019 Ipang mendirikan Indonesia UFO Network (IUN), sebuah wadah besar yang sampai saat ini menaungi 29 komunitas dan institusi dengan berbagai latar belakang keilmuan di Indonesia.

1624968191-U-I-N.jpgSumber: Penggagas Indonesia UFO Network (IUN): Setyawan Haryanto (Ipang), Venzha Christ (tengah) dan Nur Agustinus (kanan) - (Foto: Nur Agustinus)

Sedangkan Nur Agustinus adalah pendiri komunitas BETA UFO (Benda Terbang Aneh-UFO) yang didirikan lebih dulu pada 1997. Berbeda dengan cerita Ipang yang punya pengalaman pribadi melihat penampakan UFO, Nur Agustinus justru mengaku sama sekali belum pernah melihat UFO/Alien. Keyakinannya akan benda luar angkasa tersebut dilatarbelakangi oleh hobi yang ia mulai sejak bangku SMP. Nur sering membaca media dan buku-buku tentang UFO/alien.

"Saya udah membaca banyak hal. Kemudian saya mempelajari sejarahnya ya, saya lebih suka melihat sejarah kronologinya," ujar Nur kepada Urbanasia. 

"Misalnya bagaimana pemerintah Indonesia di masa lalu, terutama di masa lalu ya karena di masa kini tidak terlalu tampak peduli dengan fenomena ini. Tapi di tahun 70-an itu ada minat yang cukup serius. Bahkan di tahun 78 misalnya, PBB itu mengadakan sidang umum khusus membahas tentang UFO. Kalo misalnya saja UFO itu tidak ada atau hanya khayalan, mengapa sampai dibahas di sidang umum PBB?  Dan itu bukan dirahasiakan, bisa dibuka aksesnya kok tentang sidang umum PBB yang tentang UFO itu. Kemudian juga misalnya pernyataan atau kesaksian dari misalnya astronot, dari militer, termasuk yang belakangan kan ada video-video yang dirilis ke publik dan diakui oleh Pentagon juga memang itu asli ya. Jadi paling tidak memberikan semacam hard evidences, atau bukti yang kuat mengenai keberadaan UFO ini," tambahnya lagi.

Pernyataan Nur didukung teman lamanya yang juga peminat UFO-Alien, Edy Susanto. Edy yang aktif di BETA UFO sejak tahun 2005 juga tak memiliki pengalaman melihat sendiri adanya UFO-Alien.

"Saya tidak punya pengalaman pribadi dengan fenomena UFO, tapi melihat kesaksian mereka yang cukup kredibel, saya cukup yakin akan kebenaran fenomena penampakan UFO," jawab Edy soal prinsipnya mengenai UFO dan alien.

"Orang lain di luar sana yang pernah melihat dan memberi kesaksian, mereka bukan orang sembarang. Mereka yang bersaksi misalnya pilot-pilot pesawat tempur, pilot-pilot pesawat komersil, panglima-panglima tinggi, pejabat-pejabat tinggi di luar negeri," tegasnya.

Yang juga bergabung dengan BETA UFO dan punya pengalaman penampakan adalah Irfan. Masih lekat di ingatan pria 33 tahun ini, kejadian yang dia alami di Bandung akhir tahun 2005. Saat itu sekitar jam 1 atau jam 2 dinihari, dia baru saja pulang ke tempat indekosnya. Sebelum masuk, Irfan memutuskan untuk melepas lelah sejenak di luar. Tiba-tiba di situ ada semacam dorongan yang membuat Irfan melihat ke arah langit. Irfan menuruti dorongan tersebut. Dia melihat sebuah benda melayang berwarna hitam dan setelah beberapa detik langsung melesat menjauh.

"Basically, sebelumnya saya sama sekali nggak tahu apa itu UFO atau alien atau kehidupan di luar bumi. Tapi sejak penampakan itu saya coba cari tahu, saya coba pelajari," jawab Irfan soal awal ketertarikannya akan fenomena UFO-Alien.

"Tapi gak langsung yakin ini pesawat UFO atau buatan alien. Cuma yakin beberapa saat, kalo itu bukan buatan manusia. Nggak ada yang kayak gitu di bumi, buatan orang, buatan manusia, itu nggak ada. Akhirnya dari situ percaya..."

Keyakinannya akan keberadaan UFO semakin kuat saat Irfan bergabung dengan komunitas BETA UFO. Para anggota komunitas itu memberinya berbagai arsip tentang sejumlah penampakan serupa seperti yang dia alami.

Setelah tiga tahun bergabung, tahun 2008 Irfan mendapat dukungan penuh dari BETA UFO untuk mendirikan UFOnesia, komunitas para peminat UFO-Alien khusus di wilayah Bandung, Jawa Barat, yang juga masuk ke dalam jaringan IUN. Selain bisa ditemukan di Instagram dengan akun @UfonesiaIndonesia, komunitas ini juga punya UFONesiaTV sebagai kanal Youtube-nya.

Ilmu Kompleks

Namun patut digarisbawahi bahwa walau punya keyakinan yang serupa, antar anggota komunitas UFO-Alien juga termasuk sering menghadapi perbedaan pendapat dalam berdiskusi atau dalam menyikapi sebuah kejadian. Tapi di situlah letak serunya. Baik menurut Ipang, Nur dan Irfan sebagai pendiri komunitas, penggiat UFO-alien pun punya banyak 'warna' dan 'aliran'.

"IUN terdiri atas komunitas dan institusi dengan berbagai latar belakang, berbagai point of view, berbagai pendekatan, keberagaman persepsi dan perbedaan teori." Ipang menjelaskan kepada Urbanasia. "Sampai kapanpun juga pasti akan selalu ada perbedaan, selalu ada sedikit-sedikit konflik namun itu hal yang wajar. IUN dideklarasikan supaya yang berbeda-beda tadi bisa berkumpul, terekspos di permukaan dengan bermacam nama, hadir dengan bermacam-macam penalaran. IUN mengajak semuanya untuk bisa saling berkumpul, saling belajar, saling menambah wawasan dan pengalaman, lalu dengan keberagaman tersebut dapat terwujud kolaborasi satu dengan yang lain." 

Senada dengan Ipang, menurut Nur Agustinus setiap penggiat UFO-alien punya minat dan kepercayaan yang berbeda dan itu bisa terkait banyak hal karena memang banyak teori-teori yang berseliweran.

1624968798-Anggota-BETA-UFO.jpgSumber: Nur Agustinus (tengah depan) bersama anggota BETA UFO saat cara gathering di Yogyakarta (Foto: instagram @BetaUFOIndonesia)

"Misalnya tentang asal-usul UFO atau alien. Ada yang percaya asalnya dari luar angkasa, ada yang berpendapat itu dari dimensi lain, ada juga yang bilang itu berasal dari bumi sendiri, atau dari masa depan yang menggunakan mesin waktu untuk kembali ke masa kita sekarang," ujarnya.

Lebih jauh menjelaskan tentang hal-hal ekstraterestrial yang diyakini para anggota dalam organisasi yang dipimpinnya, Nur mengatakan ada semacam klasifikasi.

"Klasifikasi nol atau yang tipe nol itu yang tidak percaya UFO dan tidak percaya alien misalnya. Kalo yang satu itu percaya adanya UFO tapi tidak percaya adanya alien. Ya mungkin dia bilang UFO itu bisa aja buatan manusia. Ada yang kita kelompokkan ke tipe dua, dia percaya UFO dan dia percaya alien. Jadi tidak bisa dianggap sama semua. Itu yang menarik, sudut pandangnya beda-beda. Diskusi tuh menarik, selama tidak jatuh menjadi 'pendapatmu salah, hanya pendapatku yang benar," kata Nur Agustinus yang juga seorang dosen psikologi.

Sedangkan Edy yang lebih santai, bersuara mewakili mereka yang memilih cuek dan netral dalam menanggapi perbedaan pendapat antara sesama anggota.  

"Saya cenderung bersikap netral. Dengan berada pada posisi netral maka kita bisa lihat ke kiri dan ke kanan," kata Edy. "Bisa mencoba menerima informasi dari kedua sisi yang berbeda. Istilahnya saya bukan fanatik fenomena UFO, tapi juga bukan skeptik 100%," terangnya.
 
Sedangkan Irfan berpendapat, diskusi yang dilatarbelakangi oleh perbedaan sudut pandang justru membuat masing-masing anggota lebih mengenal satu sama lain.

"Perbedaan pendapat malah bikin lebih seru karena berarti di situ akan terjadi debat yang sehat. Dia jadi tahu saya gimana, saya jadi tahu dia gimana. Kalo menurut saya pribadi, Ufologi ini ilmu yang kompleks. Ketika kita terjun ke Ufologi ini, gak cuma satu bidang ilmu aja yang kita pelajari," Irfan menjelaskan.

"Atau mungkin gini, ketika kita mempelajari Ufologi kita juga harus belajar sejarah suatu negara, sejarah suatu daerah, belajar arkeologi, belajar astronomi lebih penting. Misalnya mempelajari arkeologi karena di jaman dulu ada ancient alien yang mungkin punya jawaban tersendiri dengan sesuatu yang terjadi saat ini. Misalnya peninggalan prasasti-prasasti, tanda-tanda di goa, kayak gitu kan masuknya ke arkeologi. Ada orang yang lebih suka membedah ilmu Ufologi dari arkeologi, kalo saya lebih suka membedah Ufologi dari segi astronomi," tambah Irfan.  

1624968648-Irfan---UFOnesia.jpegSumber: Muhammad Irfan, pendiri UFOnesia (Foto: dok pribadi)

Dicap Mabuk, Gila dan Sesat

Masih ingat dengan viralnya hoax babi ngepet yang menghebohkan media sosial akhir April 2021? Saat itu netizen menyayangkan banyaknya masyarakat yang masih mempercayai isu babi ngepet walau tidak pernah bisa dibuktikan kebenarannya.

Ini juga yang dirasakan oleh para peminat UFO-alien saat masyarakat lebih familiar dengan hal-hal gaib seperti pocong dan kuntilanak dibanding fenomena UFO dan alien.

Anggapan masyarakat yang kerap memandang penggemar UFO-alien sebelah mata ini diakui Ipang dan Nur Agustinus sebagai sebuah kendala dalam menyingkap misteri kehidupan ekstraterestrial.

"Dunia Antariksa dan Space Science disini masih sangat minim peminat, jika dibandingkan dengan jumlah populasi Indonesia." kata Ipang. "Juga kita masih sangat jauh tertinggal jika ditilik dari lembaga pendidikan yang mempunyai jurusan Astronomi atau Space Science. Jadi ya mungkin wajar saja jika pola pikir sebagian orang masih menganggap topik ini sebagai hal yang tabu dan sering dijadikan bahan ejekan."

"Pengalaman berkesan sekaligus menyedihkan adalah bertemu orang-orang hebat yang berani berbicara serius tentang topik ini, biarpun mereka membicarakannya secara diam-diam atau tertutup. Tambah Ipang. "Ternyata banyak orang-orang dengan latar belakang yang kredibel memiliki pengalaman pribadi dengan UFO, dan ini tidak banyak terekspos karena masih melekatnya stigma." ujar Ipang, menyayangkan.

Pandangan meremehkan tersebut bahkan makin menjadi-jadi di jaman kecanggihan teknologi yang berkembang pesat. Menurut Nur, aplikasi edit foto dan video membuat orang jadi lebih mudah menyebarkan hoax UFO-alien.

"Nah, ketika orang sungguh-sungguh melaporkan pengalamannya melihat UFO, itu langsung dikomentarin dengan seenaknya. Memang netizen bisa komentar apa saja tanpa melalui investigasi yang benar," Nur menjelaskan.

"Nah itu efeknya buat di BETA UFO, yang melaporkan ini kadang jengkel, atau mungkin kecewa karena disikapi dengan negatif oleh banyak netizen lain. Lalu itu juga mempengaruhi orang lain lagi yang mau memberikan laporan, nanti dia takut di-bully. Kesulitannya di situ juga."

Tapi kemudian Nur mengaku tak terlalu ambil pusing dengan anggapan masyarakat yang cenderung mengecilkan.

"Misinya BETA UFO itu mengedukasi. Mengumpulkan data dan mengedukasi. Jadi kalo masalah dipandang sebelah mata tuh ya... bagaimana usaha yang dilakukan itu terus berlangsung. Misalnya kita membuat buku, membuat majalah, di masa pandemi ini, kita juga membuat webinar sehingga tetep jalan terus. Nah informasi ini yang kita coba berikan kepada masyarakat. Jadi gak pengaruh dengan pandangan orang," ujar pria asal Surabaya ini.

Irfan bahkan sempat dicap dengan berbagai label negatif seperti mabuk, gila atau sesat. Tak terkecuali anggota-anggota UFOnesia.

"Dibilang gila, dibilang mabok, dibilang sesat. Itu sering banget," ujar Irfan sambil tertawa.

"Pasti kayak gitu. Minimal kita dianggap gila. Tapi saya selalu bilang ke temen-temen, Einstein, Thomas Alva Edison, emang dulu dianggap pinter? Kan nggak. Ada benda besi beratnya ribuan kilogram bisa terbang kan dulu orang bilang gak mungkin, buktinya sekarang apa? Suka lucu juga kalo diinget-inget," kenangnya. 

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait