URguide

Liku-liku Pacar Sewaan: Kencan Tanpa Baper

Ika Virginaputri, Sabtu, 23 Juli 2022 21.50 | Waktu baca 6 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Liku-liku Pacar Sewaan: Kencan Tanpa Baper
Image: Acara kencan bareng pacar (ilustrasi: Freepik)

Berbekal hasil penelusuran di Twitter, Urbanasia berkesempatan menjajal layanan pacar sewaan. Sebut saja namanya Z. Menawarkan jasanya lewat akun @yourboyfrlend, Z hampir selalu menerima order kencan setiap hari untuk sekitar Jabodetabek.

Sopan adalah kesan pertama yang terpancar dari cowok berkacamata ini. Baik dari gaya bicara, tingkah laku dan penampilannya. Meski hanya memakai kaos, celana jeans, jaket, dan sneakers ke acara 'kencan' kami, namun Z terlihat bersih dan rapi. Setelah lama ngobrol, Z pun tak ragu berbagi dengan Urbanasia mengenai perjalanannya setelah setahun melakoni 'karier' sebagai pacar sewaan.

Menjadi pacar sewaan bukan pekerjaan utama Z. Pria yang enggan berbagi biodatanya ini, sehari-hari bekerja sebagai staf IT sebuah perusahaan swasta di Bekasi, Guys. Dengan jam kerja yang agak longgar, sehari-hari Z juga menyediakan waktu untuk para cewek yang ingin merasakan boyfriend experience. Hangout di kafe, jadi teman kondangan, atau pacar pura-pura untuk dikenalin ke teman dan orang tua. Z mengaku penghasilan per bulan dari side job ini nggak jauh beda dengan yang ia dapat dari kantor. Namun, pengalamannya menghadapi berbagai karakter cewek tentu jadi kenangan tersendiri.

Cerita Z sebagai pacar sewaan bermula pada awal 2021, saat ibunya sakit dan butuh biaya ekstra untuk pengobatan. Selain itu, Z juga suka bertemu dengan banyak orang dan sering merasa nggak betah di rumah. Karena itulah ia mulai mempromosikan diri di media sosial. Z menawarkan kencan offline, sebutannya untuk ‘kencan biasa’, maupun online, yaitu jadi pacar kontrak via chat dan telepon. Rata-rata, pelanggan Z punya rentang usia antara 18-35 tahun.

“Kalo offline rata-rata yang baru lulus SMA sampai 23 tahun, yang online biasanya di atas 25 tahun. Ada yang 35 tahun,” Z mulai bercerita di tengah 'kencan' dengan Urbanasia di sebuah mal di Jakarta Selatan. “Kebanyakan rata-rata pada curhat masalah hidup. Dan aku paham kenapa mereka butuh teman cerita, aku paham posisi mereka,” kata Z saat ditanya alasan para 'klien' membayar jasanya.

1658587449-header.jpg

Aturan Main

Dalam menjalankan pekerjaan sampingan ini, Z punya dua aturan main yang selalu dia tegaskan ke klien di awal transaksi. Yang pertama adalah saling menjaga privasi demi kenyamanan masing-masing. Misalnya, buat cewek yang berniat manas-manasin mantan saat baru putus, Z nggak bakal nolak berfoto sedikit mesra dengan klien, selama nggak menampilkan profilnya dengan jelas.

“Biasanya foto tangan lagi gandengan, atau dia (klien) lagi nyender ke aku tapi aku nggak kelihatan muka. Itu nggak apa-apa,” Z menjelaskan aturan nomor satunya.

Aturan kedua yang juga penting dan nggak boleh dilanggar klien adalah no sexual things. Z ingin menjaga bisnisnya tetap 'bersih' dengan mencoret aktivitas seks dari daftar kegiatan kencannya bersama klien.

“Ada aja sih yang aneh-aneh. Makanya aku tegasin 'ini clean ya',” ungkap Z. “Waktu itu ada yang ngajak ke hotel, ada yang nanya apakah aku bisa diajak liburan, trip 2 hari 1 malam. Aku nggak bisa, aku menghindari hal-hal itu. Yang nggak nginep tapi sampai terlalu malam pun aku nggak mau, soalnya capek,” lanjutnya.

Dari Kondangan Sampai Wisuda 

Oke, jadi kegiatan apa saja yang biasa dilakukan Z saat bertemu dengan cewek pemesan jasanya? Z menjawab pertanyaan ini dengan menyebut sederet permintaan yang pernah ia terima dari klien. Mulai dari movie date ke bioskop, lunch date, coffee date, menemani kondangan, datang sebagai pendamping wisuda klien sambil membawa buket bunga, hingga jadi pacar pura-pura untuk dikenalin ke teman dan orang tua.

“Pernah juga ada orderan dari klien yang sakit. Mungkin dia pengen ngerasain dirawat pacar pas lagi sakit. Jadi, waktu itu aku ke rumahnya bawain bubur dan aku suapin dia,” kenang Z.

Beda pesanan, beda pelayanan, beda pula biaya yang harus dibayar si pemesan. Z enggan berbagi tarifnya secara spesifik, namun untuk bayangan Urbanreaders, coffee date kami selama 3 jam di sebuah kedai kopi ternama menghabiskan nggak lebih dari Rp 300 ribu. Cukup reasonable ya, Guys? Z mengaku memang nggak mau pasang tarif mahal demi menjaga keberlangsungan bisnis.

“Aku nggak mau pasang tarif yang terlalu tinggi,” ungkap Z soal harga layanannya. “Mendingan kayak begini aja sih, seenggaknya tiap minggu ada aja keluar (ketemu klien). Kecuali aku lagi capek, aku closed. Palingan terima untuk yang online, itu juga kalo lagi mau. Kalau lagi nggak mau, closed semuanya,” imbuh Z.

Berdasarkan cerita Z, menemani kondangan masih jadi pendapatan terbesarnya. Lebih karena klien memiliki special request di luar outfit yang harus dipakai Z. Misalnya dijemput menggunakan kendaraan pribadi yang tentu bakal dikenakan tarif tambahan, tergantung jenis kendaraan, jarak, dan rute.

“Untuk (menemani klien ke) wedding lebih makan biaya lagi,” ucap Z. “Rata-rata minta dijemput pakai mobil karena mereka pakai dress. Tapi banyak juga yang mau naik motor, bahkan ada yang order cuma minta jalan-jalan naik motor,” tambah cowok berzodiak Aries ini.

Skenario Pacaran

Cerita seru Z nggak cuma sampai di sini, Guys. Z juga bercerita soal usahanya memenuhi tuntutan cewek-cewek yang menggunakan jasanya. Misalnya, bangun ekstra pagi demi bersiap-siap menemani klien ke kondangan, atau menyiapkan skenario saat jadi pacar pura-pura di hadapan teman dan keluarga klien. Menurut Z, bikin skenario biar pembicaraannya ‘nyambung’, itu bukan perkara gampang.

“Yang ribet itu skenario yang harus disusun sebelum ketemuan. Nggak mungkin pas ketemu nanti omongan kita jadi nggak tektok. Palingan sebelumnya ada briefing dulu lah kayak ngebahas skenario udah berapa lama pacaran, alasan kenapa kita jarang jalan bareng, kenapa jarang update status tentang satu sama lain, agak ribet nyusun di situ aja sih,” Z menuturkan.

Mungkin Urbanreaders bertanya-tanya, selama setahun berinteraksi dengan begitu banyak cewek, pernah nggak sih Z ngerasa suka beneran sama kliennya? Jawaban Z balik lagi ke alasan privasi, Guys. Menjaga privasi, menurut Z, merupakan salah satu bentuk profesionalisme. Setelah kencan selesai, Z memastikan nggak ada bentuk komunikasi lanjutan untuk menghindari baper alias terbawa perasaan.

“Aku udah berkomitmen sih, kayak begini nggak boleh pakai perasaan untuk menjaga profesionalisme,” ujar Z santai. “Ada klien yang berkesan, iya. Pernah dapet (klien) yang orangnya asik, smart dan lucu, ngobrolnya enak. Tapi tetep, abis itu nggak ada komunikasi lagi,” ucapnya.

Lumayan Cuan

Berdasarkan ceritanya kepada Urbanasia, kayaknya Z cukup enjoy menjalaninya ya, Guys? Z mengakui dirinya memang tipe orang yang aktif, sehingga sebisa mungkin waktu luangnya harus menghasilkan sesuatu yang produktif.

Kalau ngomongin cuan, pendapatan Z jadi pacar sewaan ini cukup untuk membiayai kebutuhan pribadinya. Gaji dari kantor pun bisa dialokasikan untuk membiayai orang tuanya, seperti alasan awal Z membuka layanan ini.

So far, secara finansial cukup lumayan. Gaji jadi nggak terganggu, bisa dikasih buat orang tua,” jawab Z. “Fee-nya worth it lah untuk waktu yang terpakai. Kalau dihitung, sama dengan gaji aku di kantor. Jadi, aku bisa bilang ini masih worth it,” Z memaparkan.

Meski secara finansial memuaskan, namun Z nggak menampik pekerjaannya ini juga punya kesan negatif di masyarakat. Untuk itu Z juga ingin meluruskan anggapan bahwa bisnis pacar sewaan yang dijalaninya memanfaatkan kondisi cewek-cewek jomblo kesepian.

Job desc kayak begini sering disebut memanfaatkan situasi banget. Tapi ada market karena ada permintaan. Kalau nggak ada permintaan dari awal ya nggak ada marketnya,” Z memaparkan.

“Nggak gampang loh, untuk ketemu strangers dan bisa nge-build conversation yang baik, memastikan dia nggak kecewa. Kelihatannya memang enak, cuma dateng ketemu cewek, nemenin terus dibayar. Tapi nggak segampang itu. Kalo nggak punya skill convo yang baik agak susah sih. Minimal juga harus punya wawasan yang cukup,” ungkap Z menambahkan.

Lalu, kira-kira sampai kapan Z bakal menjalani profesi pacar sewaan ini? Untuk jawaban pertanyaan ini, Z mengenang kembali luka hatinya di tahun 2019 akibat gagal menikah dengan perempuan yang dia pacari bertahun-tahun. Kegagalan tersebut lumayan membekas cukup dalam sampai-sampai membuat Z agak takut membuka hati untuk hubungan baru.

“Kalau aku udah berani punya hubungan romantis sendiri kayaknya bakal stop deh. Tapi untuk saat ini belum berani untuk memulai hubungan seperti itu lagi lah. Menghindari aja dulu, lebih sibuk cari uang sampai waktu yang tidak ditentukan hehehe,” pungkas Z sambil tertawa.

Nah, gimana Urbanreaders? Berniat mencoba seru-seruan hang out dengan pacar sewaan? Tapi, jangan sampai baper ya, Guys?

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait