URtrending

Mbah Maimun Meninggal di Mekah pada Hari Selasa, Keinginannya Terkabul

Nunung Nasikhah, Selasa, 6 Agustus 2019 05.24 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mbah Maimun Meninggal di Mekah pada Hari Selasa, Keinginannya Terkabul
Image: Image: Koleksi Pribadi Nunung Nasikhah

Indonesia berduka. Sosok ulama kharismatik, KH Maimoen Zubair, menghembuskan nafas terakhir pada Selasa (6/8) pagi hari di Mekah, Arab Saudi.

Menurut kabar yang beredar, pria yang akrab disapa Mbah Moen ini pernah mengutarakan keinginannya untuk meninggal di hari Selasa. Info ini pun dibenarkan oleh salah seorang murid beliau, Abdul Jalil.

“Masih ingat dengan pesan beliau waktu khataman (kitab) Bughayatul Mughtarrin pada malam 18 Ramadhan. Beliau ngendikan (mengatakan), ‘Cung doakan aku husnul khotimah. Aku wes tuwo, tuwo iku awak rasane yo abot.’ Beliau sambil menangis,” ungkap Jalil.

Dalam bahasa Indonesia, sebagaimana disampaikan oleh Abdul Jalil, Mbah Moen pernah meminta santrinya untuk didoakan agar meninggal dalam keadaan baik atau istilahnya husnul khotimah karena merasa sudah berusia lanjut sembari menangis.

“Lan dongakno aku iso dipundut neng Mekah,” imbuh Jalil.

Mbah Moen juga minta didoakan agar bisa meninggal di Mekah, Arab Saudi. Keinginan Mbah Moen ini sudah menjadi rahasia umum bagi para santrinya.

Kajian kitab Bughyatul Mughtarrin rutin dilaksanakan selepas salat tawarih sekitar pukul 20.15 hingga 22.30 WIB selama Ramadan tahun ini.

Kendati kondisinya lemah, Mbah Moen tetap semangat mengkaji kitab tersebut dengan dipapah santri.

Lalu mengapa Mbah Moen berkeinginan untuk meninggal hari Selasa? Berikut penjelasannya sebagaimana yang disampaikan dalam kajian kitab Bughyatul Mughtarrin.

Pada tahun 1800-an, di pondok pesantren wilayah Kecamatan Sarang Rembang, sering digunakan sebagai hari libur ngaji bagi santri.

Menurut penuturan Mbah Moen, nenek-neneknya hingga ayah dan ibunya semua meninggal hari Selasa. Pun dengan kakeknya Kiai Ahmad pernah berkata, tidak hanya di Indonesia saja, kiai-kiai di Mekah juga banyak yang meninggal hari Selasa.

Sebab, menurut Mbah Moen, Allah SWT dulunya menciptakan bumi dan seisinya hanya empat hari yakni Ahad yang dalam bahasa arab berarti pertama, Senin yang berarti kedua, Selasa yang berarti tiga dan Rabu yang berarti empat. Fi Arbaati Ayyamin Sawa Al Lissailin.

Sehingga, menurut Mbah Moen, orang Jawa sering mengatakan Rabu wekasan yang berarti Rabu penutup karena Allah selesai menciptakan bumi pada hari Rabu.

“Hari Selasa Allah menciptakan segala ilmu yang ada di dunia ini, itu sesudah tahapan pertama 2 hari, Ahad dan Senin yaitu yang disebut fi yaumaini,” tutur Mbah Moen dalam rekaman kajian kitab yang diunggah santri di platform sosial media.

Karena Selasa merupakan hari diturunkannya ilmu di dunia, maka kebanyakan kiai jaman dulu menggunakannya sebagai hari libur ngaji.

“Jadi saya kalau Selasa juga libur,” pungkas Mbah Moen.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait