URnews

Mengenal Baltik, Negara yang Disebut Jadi Sasaran Rusia Jika Ukraina Tumbang

Nivita Saldyni, Jumat, 4 Maret 2022 12.39 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mengenal Baltik, Negara yang Disebut Jadi Sasaran Rusia Jika Ukraina Tumbang
Image: Ilustrasi Estonia (Pixabay/Makalu)

Jakarta - Kekhawatiran negara Baltik terhadap invasi Rusia ke Ukraina tampaknya semakin meningkat. Apalagi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky belum lama ini mengatakan negara Baltik kemungkinan bakal jadi sasaran Rusia selanjutnya jika Ukraina tumbang. 

"Jika kamu tidak memiliki kekuatan untuk menutup langit, maka beri aku pesawat!" kata Zelensky dalam konferensi pers, Kamis (3/3/2022), seperti dikutip dari Economic Times.

"Jika kami tidak ada lagi, amit-amit, Latvia, Lithuania, Estonia akan menjadi yang berikutnya. Percayalah," imbuhnya.

Lantas, apa itu negara-negara Baltik?

Dilansir dari Britannica, negara-negara Baltik adalah istilah geopolitik untuk menyebut kelompok tiga negara yang berdaulat di Eropa Utara dan berbatasan langsung dengan Laut Baltik. Negara-negara tersebut adalah Republik Estonia, Latvia, dan Lithuania.

Di wilayah barat dan utara, negara-negara Baltik berbatasan dengan Laut Baltik, itulah yang membuat mereka mendapat nama 'Baltik'. Sementara dari tenggara, mereka berbatasan dengan Belarus. Dan di barat daya, mereka berbatasan dengan Polandia dan Rusia.

Nah, negara-negara ini merupakan pecahan dari Uni Soviet yang memperoleh kemerdekaannya pada 1991. Hal itu dibuktikan dengan keberadaan orang Rusia di sana. Dikutip dari situs HI Fisipol UGM, jumlah etnis Rusia yang di negara-negara Baltik cukup besar, khususnya di Estonia dan Latvia. Namun mereka cenderung mengalami diskriminasi.

Soal budaya meski ketiganya pecahan dari Uni Soviet, namun kebudayaan Jerman turut mempengaruhi negara-negara Baltik, khususnya Estonia dan Latvia.

Negara Baltik merupakan bagian dari North Atlantic Treaty Organization (NATO), bersama dengan 27 negara lainnya. Mereka resmi bergabung dengan NATO sejak 2002.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait