URstyle

Mengenal Preeklamsia, Gangguan Kehamilan yang Diduga Renggut Nyawa Kartini

Kintan Lestari, Selasa, 21 April 2020 15.00 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mengenal Preeklamsia, Gangguan Kehamilan yang Diduga Renggut Nyawa Kartini
Image: Ilustrasi ibu hamil. (Pixabay/Greyerbaby)

Jakarta - Setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Kartini merupakan pahlawan nasional asal Jepara yang dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. 

Meski sosok dan pemikirannya masih terkenang hingga saat ini, pemilik nama asli Raden Adjeng Kartini itu hanya menjalani kehidupan singkat. Ia meninggal dunia pada usia 25 tahun di Rembang.

Kartini meninggal dunia akibat komplikasi saat melahirkan anak laki-laki satu-satunya, Soesalit Djojoadhiningrat. Dan salah satu penyebabnya diduga adalah preeklamsia.

Dilansir berbagai sumber, preeklamsia adalah gangguan kehamilan yang ditandai oleh tekanan darah tinggi dan kandungan protein yang tinggi dalam urine. Kondisi ini sangat berbahaya untuk ibu hamil serta janinnya karena preeklamsia dapat berubah jadi eklamsia, yakni kondisi preeklamsia yang disertai kejang.

Preeklamsia dapat menyebabkan plasenta tidak mendapat cukup darah sehingga membuat suplai darah ke bayi jadi terganggu. Itu akan menyebabkan kelahiran prematur, pertumbuhan janin yang terhambat, dan yang terparah menyebabkan kematian. Umumnya kondisi ini terjadi di kehamilan trimester 2-3.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kondisi ini, di antaranya itu merupakan kehamilan pertama, si ibu berusia 40 tahun ke atas, punya penyakit lain, obesitas pada awal kehamilan, hamil kembar atau lebih, sebelumnya pernah mengalami preeklamsia, atau jarak kehamilan lebih dari 10 tahun dari kehamilan sebelumnya.

Biasanya ibu hamil yang mengalami preeklamsia akan mengalami gejala seperti berikut: hipertensi, sakit kepala, proteinuria, gangguan penglihatan, frekuensi buang air kecil dan volume urine menurun, pusing, lemas, dan tidak enak badan. 

Di Indonesia sampai saat ini preeklamsia masih menduduki peringkat kedua penyebab kematian ibu melahirkan berdasarkan data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), yakni sebesar 24%. 

Dengan kemajuan zaman, risiko preeklamsia bisa dikurangi dengan cara rutin memeriksa kehamilan ke dokter juga menjaga berat badan serta diet rendah sodium. Bila terdeteksi lebih awal, tentu ibu hamil berserta janinnya bisa mendapat penanganan dengan cepat.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait